Scroll Untuk Membaca

HeadlinesAceh

Usai Berobat, Bayi 43 Hari Di Aceh Singkil Meninggal, Begini Tanggapan Dokter

SINGKIL (Waspada): Warga Komplek Perumahan BRR Kecamatan Singkil mengaku kecewa atas pelayanan di Puskesmas, hingga menyebabkan bayinya yang berusia 43 hari meninggal dunia usai berobat. Kabar meninggalnya bayi tersebut juga sempat heboh dan muncul di media online dan media sosial, sehingga menjadi perhatian masyarakat.

Sebelumnya orang tua korban Banu kepada wartawan mengungkapkan, kronologis meninggal bayinya tersebut berawal saat dirinya bersama istri, Selasa 7 Juni 2022 sekitar pukul 23:00 WIB, membawa bayinya ke Puskesmas Singkil untuk berobat. Namun sayangnya pelayanan medis pada malam itu kurang maksimal terhadap pasien darurat. Lantaran tidak ada dokter yang berjaga.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Usai Berobat, Bayi 43 Hari Di Aceh Singkil Meninggal, Begini Tanggapan Dokter

IKLAN

Dokter piket pada malam itu juga tidak datang ke Puskesmas dan hanya mengandalkan konsultasi dengan perawat melalui handphone untuk pemberian obat. “Paramedis kurang cepat melayani pasien yang sedang darurat, dokter piket juga tidak mau datang pada malam itu. Pemberian obat hanya melalui telpon saja,” ucap Banu.

Setelah diberikan resep obat, orang tua korban pulang ke rumah membawa bayinya, yang disebutkan sebelumnya sempat mengalami kejang.

Sesampai di rumah meminumkan obat Amoxilin kepada bayinya tersebut resep dari dokter tersebut. Lantas disebutkannya kondisi bayinya semakin parah, bahkan bayinya kesulitan bernafas dan keluar darah dari hidungnya. “Khawatir dan panik, kami membawanya berobat lagi ke dokter di tempat lain,” tuturnya.
Sayangnya belum sempat mendapat perawatan intensif oleh dokter di tempat lain, bayi nya tersebut telah meninggal dunia.

Menanggapi keluhan keluarga Banu tersebut, Kepala Dinas Kesehatan H Subarsono memanggil dokter bersangkutan serta Kepala Puskesmas Singkil.

Didampingi Kadis Kesehatan, Kepala Puskesmas dr Yuna Marini Sianipar, dr Diski, Kabid Kesmas Hariono, Kasi Pelayanan Neti Pohan, serta Staf Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Yuliana kepada wartawan, Senin (13/6) menjelaskan, pada Selasa malam perawat Khaidir menghubungi dr Diski yang sedang bertugas piket malam itu.

Saat konsultasi melalui handphone apakah ada demam, ternyata tidak ada. Apakah batuk ada keluar darah, juga tidak ada, ucap dr Diski menirukan percakapannya dengan perawat pada malam itu.
Kemudian kondisi pasien bayi juga tidak mengalami sesak pada malam itu, termasuk tidak ada mengalami kejang.

Kemudian saat digali riwayat lahirnya juga normal tidak ada kelainan, dengan berat timbangan 3,8. Temperatur suhu badan juga 3,61. “Kita nilai pasien tidak ada masalah,” sebutnya. Sesuai SOP (Standard Operating Procedure), untuk penanganan pasien IGD yang datang juga harus melalui observasi dulu, dan saat jam malam, pihaknya menggunakan sistem oncall (telepon selular).

“Untuk awal biasa observasi sederhana, yakni harus dipantau dulu selama 15 menit lalu kalau tidak ada keluhan lain bisa diperbolehkan pulang. Jika ada keluhan yang buruk bisa dilakukan observasi lanjutan dan bisa ditangani lebih lanjut dan dokter pasti datang. Tapi malam itu tidak demam dan tidak ada kedaruratan dan hanya batuk biasa tidak ada batuk berdarah pada malam itu,” sebutnya.

Tapi, papar dia, kondisi pasien habis terima resep langsung pulang dan obat diminum di rumah. Jadi tidak bisa dilakukan observasi. “Karena malam hanya keluhan biasa maka dokter belum datang. Jika sudah emergensi dokter pasti datang,” tambah Dr Yuna.

“Dan obat yang diberikan juga hanya sebagai anti biotik yakni Amoxilin. Untuk minum obat bayi juga sudah kita berikan saran harus posisi duduk. Tidak boleh posisi setengah duduk apalagi tidur. Dan jangan dekat asap rokok,” terangnya.

Namun jika kondisi sampai batuk berdarah berarti mengalami radang tenggorokan. Dan jika mengalami kejang kecurigaan akibat tersedak, bisa jadi saat meminumkan obat posisi anak sedang miring atau tidur. Sehingga menyebabkan tersedak.

Minum ASI dengan posisi setengah duduk dan tidur juga berbahaya, dan bisa menyebabkan bayi tersedak. “Saya curiga bayi mengalami tersedak, apakah karena obat atau ASI,” sebut dr Diski.

Dipaparkannya, jika kondisi bayi mengalami batuk, dalam kondisi tubuh tidak normal seperti setengah duduk atau tidur, sehingga saat kondisi minum maka air masuk ke paru-paru dan tidak masuk ke lambung. “Dan kondisi ini lah yang menyebabkan bayi tersedak dan membahayakan pernapasannya tertutup hingga menyebabkan kematian,” terang dr Diski. (b25)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE