USAI Waled Lapang menepungtawari Gubernur Aceh Terpilih untuk periode 2025-2030, H Muzakir Manaf di Mushlla Dayah Darut Muttaqin, Minggu (29/12) siang, panitia meminta kesediaan Ketua MPU Aceh Utara, Abu Manan Blang Jruen untuk menyampaikan tausyiah singkat pada acara silaturahmi antara H Muzakir Manaf dengan masyarakat di dayah tersebut.
Setelah memberikan salam, Abu Manan mengajak seluruh hadirin untuk menyampaikan puji-pujian kepada Allah Swt atas nikmat yang telah kita cicipi dan kita rasai. Nikmat yang pertama, kata Abu, yaitu nikmat bertemu dalam satu ruangan dalam satu tempat. Dan bahkan dalam sebuah upacara yang diridhai oleh Allah Swt, yaitu upacara memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW (hari kebangkitan kelahiran Rasul). Dan itu, adalah hari yang mulia.
Kata Abu Manan, mulia memperingati maulid, bukan karena kenduri maulid yang mulia, tetapi, mulia kenduri maulid adalah karena memperingati hari yang mulia. Oleh sebab itu, perbuatan yang kita perbuat mengakibatkan kepada mulia, maka, sebut Abu Manan, tidak perlu melihat, apakah peringatan maulid itu pernah dibuat oleh nabi atau tidak pada masanya.
Sebab, kata Abu, tidak semua perbuatan sempat diperbuat oleh Rasul. “Yang kesimpulannya, semua perbuatan baik, tidak mesti semua perbuatan itu diperbuat oleh nabi, tapi semua perbuatan yang nabi lakukan, tidak ada yang tidak baik. Semuanya baik,” kata Abu Manan di hadapan Mualem dan di hadapan ratusan tamu undangan.
Oleh karena itu, lanjut Abu Manan, maulid yang sudah menjadi tradisi di dalam masyarakat Aceh. Jika dilihat dari sisi pekerjaan, maka Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya, juga Rasulullah tidak pernah menyatakan larangan untuk perbuatan tersebut.
“Oleh karena itu, saat kita membuat acara maulid, tidak perlu melihat, apakah nabi juga melaksanakannya. Dan peringatan maulid tidak perlu dihentikan, karena nabi tidak pernah melarangnya,” ucap Abu Manan lagi.
Tapi, sambung Abu Manan, jika pada acara maulid, kita membuat kegiatan yang kegiatan itu mengakibatkan pada perbuatan dosa, maka bukan acara maulidnya yang salah, tapi orang yang melakukan perbuatan itu yang salah, bukan maulidnya.
“ini, Allah Swt mempertemukan kita hari ini, pada satu tempat yang mulia. Di tempat pendidikan, dalam acara yang mulia yaitu memperingati maulid, bahkan dalam acara ini, ada pertemuan ramah tamah antara warga Aceh dengan seseorang yang telah menjadi tumpuan dan harapan masyarakat Aceh yaitu dengan H Muzakir Manaf. Bertemu dengan seseorang yang diidam-idamkan,” sebut Abu Manan.
Lalu Abu Manan meneruskan, selawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sekalian. Lalu, Abu mengatakan, Tengku H Muzakir Manaf, Allah SWT telah menyerahkan kepercayaan kepada diri Anda.
Di tangan Anda saat ini, sebut Abu, Allah berikan kesempatan untuk menjalankan kepemimpinan di Aceh untuk sesaat. Kemudian, kata Abu, seluruh muslimin dan muslimat, apa yang sudah diutarakan tadi dalam kata sambutannya, oleh Muzakir Manaf, itu merupakan tumpuan dan harapan semua orang Aceh.
“Saat melihat perjalanan yang sudah berjalan. Saya ingin menyampaikan dua buah kata-kata. Kata-kata ini ternukil dari kata-kata orang yang baik. Dan bukan atas sebab dengan saya yang menyampaikan kata-kata tersebut. Kata-kata yang akan saya sampaikan adalah kata-kata seseorang yang mengatakan hal yang baik,” kata Abu.
Lalu Abu meneruskan, yang pertama, kata-kata yang disampaikan oleh Ulama besar Aceh, almarhum Abu Krueng Kale. Kata-kata ini, sebut Abu, bahwa dia mendengar sesuai yang disampaikan oleh almarhum Abu Lhoksukon.
“Saya sendiri bersama Abu Lhoksukon mulai dari tahun 1958 hingga tahun 1965. Abu sering menyampaikan pesan-pesan penting kepada anak-anak didiknya. bukan berarti saya mendengar kata-kata itu langsung dari almarhum Abu Krueng Kale, tetapi kata-kata itu kami dengar melalui lisan Abu Lhoksukon. Abu Krueng Kale adalah orang paling baik,” kata Abu Manan.
Pada suatu saat, kata Abu Manan, almarhum Abu Krueng Kale mengatakan pada seseorang pada masanya, pada saat ini, pada waktu sekarang ini, kata Abu kepada seseorang itu, Allah telah menitipkan kepercayaan kepada diri anda. Gagang parang ada di tangan Anda, dan mata parang di tangan orang lain. Jika Anda ingin menarik parang tersebut, maka mungkin untuk dilakukan. Maka, sebut Abu Krueng Kale pada seseorang itu, jika Anda ingin menarik parang, maka inilah waktunya.
Lalu, beberapa waktu setelah kata-kata itu disampaikan, seseorang tersebut kembali lagi pada Abu Krueng Kale, dan memberitahukan Abu, bahwa seseorang itu tidak tega menarik parang dari tangan seseorang lainnya, karena seseorang lainnya itu, datang menghadap dirinya dalam keadaan menangis.
“Lalu Abu Krueng Kale mengatakan pada seseorang ini, ya sudahlah, karena kamu tidak tega melihat linangan air mata orang itu. Tapi pada satu saat lainnya, datang lagi seseorang memberitahukan, ini bagaimana Abu, tentang Abu Beureu’eh. Lalu, Abu Krueng kale mengatakan pada seseorang itu, saat ini mata parang di tangan Anda, dan gagang parang di tangan orang lain. Jangan ditarik, karena tangan Anda akan putus oleh sayatan parang,” kata Abu Manan memberitahukan seluruh hadirin yang hadir pada acara silaturahmi dengan Muzakir Manaf.
Selanjutnya, kata Abu Manan, melanjutkan kata-kata Abu Krueng Kale pada seseorang itu, sesuai dengan yang disampaikan oleh Abu Lhoksukon, “Jika pada saat gagang parang berada di tangan orang lain dan mata parang di tangan Anda, maka jika nekat untuk menarik parang tersebut, dipastikan tangan Anda akan putus. Dan semua orang akan melepaskan mata parang. Parang boleh dtarik ketika gagang berada di tangan kita,” kata Abu Manan sesuai penuturan Abu Lhoksukon.
Dalam hal ini, kata Abu Manan kepada seluruh hadirin dan juga kepada Muzakir Manaf, sesuatu terjadi, tentu memiliki sebab musabab. Andai tidak ada Pemilu, maka kata Abu, Prabowo tidak mungkin menjadi presiden saat ini. Dan jika tidak adanya Pilkada, maka Muallem tidak mungkin menjadi Gubernur Aceh untuk periode 2025-2030.
“Karena Pilkada menjadi sebab, maka Alhamdulillah, Mualem menjadi Gubernur Aceh ke depan. Dalam ilmu Allah yang kadim, direalisasi pada hamba, Allah berikan jabatan pada manusia, lalu dengan apa itu terjadi yaitu dengan adanya Pilkada. Dan dengan apa itu terjadi, dengan suara 87 persen yang diberikan oleh masyarakat Aceh Utara untuk Mualem-Dek Fadh. Dalam hal ini, saya katakan, sesuatu yang terjadi tentu ada sebab. Andai kata Pilkada tidak ada, maka sungguh Muallem tidak menjadi Gubernur di Aceh,” sebut Abu Manan.
Pada kesempatan itu, Abu Manan kembali mengatakan, sesuatu mempernampakkan sesuatu dengan nampak menjadi sesuatu. Bukan pada Pilkada, Mualem menjadi gubernur. Ini karena perbuatan Allah. Allah yang menjadikan hingga Pilkada itu ada, pada siapa itu terjadi, pada diri Mualem.
Lalu, sesuatu yang telah terjadi pada diri Mualem, apakah itu akan berjalan. Jawabnya, sebut Abu Manan, bisa jadi jalan di tempat dan bisa jadi maju. “Dengan jabatan semua itu akan berjalan. Jika bukan dengan jabatan, sampai kiamat dunia itu tidak akan berjalan. Bukan dengan gagahnya Mualem itu akan berjalan. Tapi ini dengan sebab Muallem memiliki jabatan sebagai gubernur maka ini berjalan.”
Selanjutnya, Abu Manan mengatakan, dulu, lahir pemikiran dari seseorang pada masa hidupnya Imam bin Hanbal. Pemikiran seseorang itu menyebutkan bahwa Al-Quran itu adalah makhluk. Alasannya, jika kena air basah, jika disulut api terbakar dan lama kelamaan kotor.
Seseorang yang memiliki pemikiran ini tidak mampu menjalankan keinginannya untuk meyakinkan masyarakat kalau Al-Quran itu adalah makhluk. Dan tidak pernah mampu untuk dijalankan. Kemudian, hasil pemikiran tersebut, seseorang ini menyampaikan kepada raja pada masa itu.
Lalu, pemikiran seseorang ini diterima oleh sang raja. “Dan raja menjalankan pimikiran tersebut dengan kekuasaanya, untuk meyakinkan masyarakat bahwa Al-Quran itu adalah makhluk. Siapa saja yang menetang pemikiran itu maka dibunuh. Pada masa itu, Imam bin Hanbal dipenjara karena melawan pemikiran tersebut. Program ini terus dijalankan, dari raja yang satu, kepada raka ke dua dan hingga pada raja yang ke tiga. Namun, raja ke empat menolak pemikiran ini. Dan seketika pemikran itu pun berhentikan dan mati,” kata Abu.
Nah, agar kehidupan masyarakat Aceh ke depan tidak dalam morat marit, maka tugas Mualem sebagai Gubernur Aceh ke depan, sebut Abu, pertama, Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2006, tentang Pemerintahan Aceh yang mengatur pembagian daerah Aceh dan kawasan khusus yang telah diberikan oleh Pemerintah Pusat harus segera dijalankan dengan sempurna.
Hasil penelurusan Waspada, UU Nomor 11 tahun 2006 mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan Aceh dan kabupaten/kota termasuk
Pembagian daerah Aceh menjadi kabupaten/kota, kecamatan, mukim, kelurahan, dan gampong. Asas umum penyelenggaraan pemerintahan, seperti asas ke-Islaman, asas kepastian hukum, dan asas kepentingan umum. Penyelenggaraan pemerintahan Aceh dan kabupaten/kota yang berpedoman pada qanun .
Selanjutnya, fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan DPRA dan DPRK . Hak DPRA dan DPRK untuk membentuk alat kelengkapan DPRA/DPRK. Jumlah anggota DPRA yang paling banyak 125% dari yang ditetapkan undang-undang. Tentang koordinasi pemerintah Aceh dengan pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan pelabuhan dan bandar udara umum
UU Nomor 11 Tahun 2006 tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633.
“Selain menjalankan UU Nomor 11 Tahun 2006, Mualem dan Dek Fadh juga harus menjalan qanun tingkat 1. Mualem harus menyampaikan kepada Pemerintah Pusat, bahwa ini telah menjadi hak rakyat Aceh. dan telah diberikan oleh pusat, bukan karena direbut, tapi karena diberikan,” kata Abu Manan kepada Mualem.
Dan jika pada masa kepemimpinan Mualem-Dek Fadh Aceh menjadi provinsi yang maju, maka ketika berbagai kapal masuk Aceh, agama tidak boleh rusak. “Mudah-mudahan, kapai i tamong, agama beek reuloh (mudah-mudahan, kapal masuk Aceh, agama tiak boleh rusak). Doa kami untuk Muallem agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Kata orang Aceh, Mualem…wate teungoh na igoe, neukap, wate hana igoe, hana peu neukap lee, han lut (kata orang Aceh, Mualem…saat punya gigi, gigitlah, saat tidak punya gigi, jangan gigit lagi),” kata Abu Manan menutup tausiyahnya pada acara silahturahmi dan tepung tawar Mualem sebagai Gubernur Aceh terpilih.
Maimun Asnawi, S.HI.,M.Kom.I
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.