Scroll Untuk Membaca

Aceh

TS Sani: “Benar Kata Soekarno, Dijajah Bangsa Sendiri Itu Lebih Sakit Dari Jajahan Asing”

TS Sani: "Benar Kata Soekarno, Dijajah Bangsa Sendiri Itu Lebih Sakit Dari Jajahan Asing"
TS. Sani, mantan Ketua KNPI Aceh Utara

TOKOH dari induk organisasi kepemudaan KNPI di Kabupaten Aceh Utara, TS Sani, Kamis (15/8) sore kepada Waspada menyebutkan, hakikat kemerdekaan adalah kemampuan suatu bangsa untuk melepaskan dirinya dari segala bentuk perbudakan dan tidak menghambakan dirinya selain hanya kepada Allah SWT.

Maksud dari kalimat membebaskan diri dari perbudakan, kata mantan politisi Partai Golkar ini, bukan hanya karena dijajah oleh bangsa lain, melainkan juga tidak dijajah oleh bangsa sendiri. Karena dijajah oleh bangsa sendiri jauh lebih sakit dari jajahan bangsa asing.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

TS Sani: "Benar Kata Soekarno, Dijajah Bangsa Sendiri Itu Lebih Sakit Dari Jajahan Asing"

IKLAN

“Presiden Soekarno sebagai Proklamator R.I , pernah menyatakan bahwa tugasnya membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan asing lebih mudah. Tetapi tugas kalian membebaskan penjajahan oleh bangsa kalian sendiri, itu jauh lebih sulit,” sebut TS Sani.

Ditanya apa pengertian merdeka, TS. Sani menyebutkan, merdeka adalah berhasil membebaskan diri dari segala bentuk penghambaan selain kepada Allah. “Ini jauh lebih berat lagi dilakukan oleh suatu bangsa, karena ini menyangkut aqidah iman dan mentalitas diri suatu bangsa,” paparnya.

Mengacu kepada landasan pemahaman tersebut di atas, kata TS. Sani, dengan Indonesia sudah 79 tahun Merdeka, apakah hakikat kemerdekaan seperti uraian singkat di atas sudah terwujud. Maka jawabannya belum. Mengapa belum, karena kemerdekaan yang sudah dijalani selama tiga perempat abad, baru sebatas mencapai pintu gerbang kemerdekaan, yang telah dihantarkan dengan nyawa, darah, harta benda dan air mata para pejuang kemerdekaan.

“Tugas kita sebagai generasi yang menerima estafet dari pintu gerbang kemerdekaan adalah mengisi tujuan dari kemerdekaan yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Tugas dari mengisi tujuan kemerdekaan inilah yang belum terwujud sebagaimana mestinya sampai saat ini,” ucap TS. Sani.

Cara mewujudkan tujuan dari kemerdekaan tersebut, maka kata TS. Sani dibutuhkan pola pikir dan sikap mental bangsa yang mandiri, tidak bergantung dengan bangsa lain, tidak memiliki mental budak, tidak saling menjajah sesama anak bangsa, memiliki sumber daya manusia (SDM) yang handal untuk mengelola sumber daya alam (SDA), mampu berdemokrasi yang berkualitas, relegius, tata kelola negara yang amanah, konstitusi yang memiliki kepastian hukum dan berfungsinya dengan baik tiga pilar trias politica (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif).

Mengacu kepada cara untuk meraih tujuan dan hakikat kemerdekaan tersebut di atas, maka TS. Sani mengajak semua warga Indonesia bertanya pada diri sendiri dan berilah jawaban dengan jujur, apakah cara tersebut di atas sudah terwujud dengan baik, benar dan berkualitas.

Jika belum terwujud dengan baik, benar dan berkualitas, maka, kata TS. Sani, hakikat kemerdekaan dan tujuan yang hendak diraih belum memenuhi cita-cita para pejuang dan pendiri republik ini.

“Berarti status kemerdekaan baru sebatas dihantarkan sampai kepada pintu gerbang kemerdekaan saja dan generasi kita belum mampu melewati pintu gerbang dengan mengisi hakikat dan tujuan dari kemerdekaan itu sendiri,” pungkas Mantan Ketua KNPI Aceh Utara itu.

Kemerdekaan Baru Sebatas Label

Tokoh masyarakat lainnya, Rizal Cahyadi dari Kabupaten Aceh Utara mengatakan, merdeka itu ketika anak-anak Indonesia tidak kesulitan mengakses dunia pendidikan. Contohnya tidak memberatkan pelajar dan mahasiswa dalam membayar biaya pendidikan.

Begitu juga tidak kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan mendapatkan kesejahteraan di bidang ekonomi dengan cara membuka peluang kerja seluas-luasnya sehingga tidak ada lagi warga Indonesia harus membuang negaranya untuk bekerja di luar negeri, seperti ke Malaysia.

“Kita memang sudah merdeka dari penjajahan bangsa asing, tapi belum merdeka dari jajahan bangsa sendiri. Dan dijajah oleh bangsa sendiri itu sangat sakit. Jika ditanya apakah bangsa kita sudah merdeka, maka jawabnya kita masih terjajah. Terjajah oleh bangsa sendiri. Kita sudah merdeka tapi sebatas label dan tidak lebih dari itu,” Rizal.

TS Sani: "Benar Kata Soekarno, Dijajah Bangsa Sendiri Itu Lebih Sakit Dari Jajahan Asing"
Zulfikar Mulieng, mantan Ketua BEM Unimal

Mantan Ketua BEM Unimal, Zulfikar Mulieng

“Merdeka…Merdeka…Merdeka,” sebut Zulfikar Mulieng mengawali jawaban dari pertanyaan Waspada terkait pengertian dari kata merdeka.

Bicara merdeka, kata Zulfikar, semestinya merdeka itu adalah merdeka lahir dan merdeka batin. “Seperti yang dirasakan oleh nasyarakat petani sawah di 9 kecamatan di Aceh Utara. Sudah tiga tahun tidak bercocok tanam karena tidak ada air akibat rusaknya Bendungan Krueng Pase. Ini juga bagian belum merdeka. Tiga tahun masalah ini dibiarkan tanpa ada upaya apapun. Baru sekarang bendung tersebut diperbaiki dan belum tentu tahun depan petani dapat bercocok tanam,” kata mantan Ketua BEM Unimal itu.

Maimun Asnawi, S.Hi.,M.Kom.I

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE