KUTACANE (Waspada): Dua bocah terpisah selama enam tahun lamanya dari sang ibu namun karena kepedulian Pj Bupati Aceh Tenggara, Drs. Syakir, M.Si setelah mendapatkan informasi dari masyarakat akhirnya berhasil mengembalikan kedua bocah itu ke pangkuan ibu kandungnya.
Pj Bupati Agara juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Tanah Karo melalui Dinas Sosial setempat dan Ketua dan anggota DPRK Tanah Karo, atas kepedulian dan kebaikannya merawat kedua bocah yatim tersebut di salah satu Panti Asuhan di Kabanjahe selama enam tahun lamanya.
Semua peroses administrasi dipermudah, kepedulian Pemkab Tanah Karo terhadap kedua bocah warga aceh Tenggara itu diapresiasi. “Jika kami tidak dapat membalasnya, Tuhan pasti akan membalasnya di hari kelak nantinya,” kata Pj Bupati Agara melalui Direktur RSUD Kutacane, dr Bukhari Pinim, SpOG yang didampingi istrinya, Kepala Dinas Sosial Agara, Bahagia Wati, SPd, MAP, Tokoh Pemuda Lawe Alas, Salman Selian serta rombongan kepada Waspada.id, Rabu (5/7)sore.

Lanjutnya, atas nama Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara, melalui Dinas Sosial, melakukan penjemputan terhadap dua anak yatim kurang mampu dari Panti Asuhan Keluarga Bunga Bakung, Laudah, Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Rabu (5/7).
Penjemputan langsung dikomandoi oleh Kepala Dinas Sosial Aceh Tenggara, Bahagia Wati, S.Pd, MAP bersama sejumlah staf dari kedua instansi tersebut. “Dijemput, karena orang tua dari anak-anak itu (Ibunya), meminta uluran tangan kepada pemerintah untuk memfasilitasi penjemputan anak-anaknya yang telah terpisah sejak enam tahun silam,” jelas Bukhari.
Menurut ibunya, ditambahkan Bahagia, anak-anak itu terpisah dari orang tuanya, sejak kepergian ibunya sebagai TKW ke Malaysia, pada enam tahun silam. Awalnya dititip kepada saudara angkat ibu dari anak tersebut, namun berujung hingga penelantaran sampai dengan diserahkan sebagai warga panti asuhan Kristiani.
“Anak-anak itu sempat terlantar sebagai pemulung barang bekas di sekitaran Kota Kabanjahe, terjaring razia Satpol PP dan diserahkan kepada Dinas Sosial setempat, hingga diserahkan ke panti asuhan tersebut,” jelas Bahagia.
Penjemputan anak pantai asuhan tersebut penuh dengan bantuan dari beberapa pihak, termasuk dari Ketua DPRD Kabupaten Karo, Iriani Br Tarigan.
Menurut dia, dirinya dipercaya oleh Pj Bupati Aceh Tenggara, Drs. Syakir, M. Si, sebagai pendamping dari Dinas Sosial Aceh Tenggara, sangat merasa haru terhadap tugas yang dipercayakan tersebut, yang melibatkan dari Ketua DPRK Aceh Tenggara, Denny Febrian Roza, hingga sampai dengan Ketua DPRD Kabupaten Karo.
“Haru karena Pj Bupati, sangat antusias terhadap laporan dari warga kecil yang membutuhkan. Ini perlu untuk dicontoh bagi pemimpin-pemimpin Aceh Tenggara ke depan.
Sementara Kepala Bidang Pelayanan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Karo, Johan Ginting, menjelaskan penyerahan anak-anak itu dari Satpol PP, terjadi sekira empat tahun silam, namun karena tidak memiliki keluarga, lalu diserahkan ke panti asuhan.
“Saat itu, ada sekitar tujuh anak yang terlantar diserahkan oleh petugas Satpol PP, tiga diserahkan ke panti asuhan Muslim dan empat diserahkan ke panti asuhan Kristen. Sebelum diserahkan ke panti asuhan, terlebih dahulu ditanyai kepada anak-anak, mengenai anutan kepercayaan,” jelasnya.
“Karena mengaku sebagai umat Kristen, lalu anak-anak itu diserahkan ke Panti Asuhan Keluarga Bunga Bakung. Sejak itu anak-anak yang dimaksud sudah berada di panti asuhan tersebut,”akuinya.

Menjadi TKW Sebabkan Terpisah Dengan Anak
Hadimah, ibu dari SR, 11 dan PZ, 8, warga Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara, selaku orang tua dari kedua anak-anak yang diserahkan ke Panti Asuhan Keluarga Bunga Bakung, Laudah Kabanjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara, mengatakan keberadaan anaknya di panti asuhan tersebut, diketahui olehnya sejak empat tahun silam.
“Kami terpisah sejak saya berpergian sebagai TKW ke negeri jiran pada enam tahun lalu. Sebelum berpergian, saya menitipkan anak-anak kepada saudara angkat saya yang berada di Kota Kabanjahe. Dan selalu setiap bulan mengirimi belanja kepada mereka,” katanya.
Dikatakannya, kepergiannya sebagai TKW ke negeri Jiran, untuk mencukupi kebutuhan belanja anak-anak yang telah ditinggal suami (Almarhum). Saat itu, SR masih berusia lima tahun dan PZ berusia dua tahun. “Namun belanja anak-anak, selalu saya kirimin. Selalu saya kirimkan senilai Rp3 hingga 4 juta perbulan,” katanya.
“Namun setelah mengetahui anak-anak terlantar dan hingga masuk ke panti asuhan, kiriman belanja saya hentikan. Anak-anak diketahui tinggal di panti asuhan, atas laporan dari kerabat yang tinggal di Kota Medan, Sumatera Utara,” jelasnya.
Setelah bisa kembali dari negeri Jiran, kata dia, dirinya berupaya untuk melakukan penjemputan, namun terbentur dengan biaya dan administrasi dari pemerintah kabupaten, sehingga dirinya meminta bantuan kepada Pj Bupati Aceh Tenggara, melalui warga sekitar. “Saya ucapan banyak terima kasih kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial dan RSUD atas kebaikannya sehingga anak-anak bisa sama saya lagi,” sebutnya sambil menangis. (cseh)