Tafakur Nail Al Authar Syarh Muntaqa Al Akhbar: Permata Abad Ke-12 Hijriah Dari Yaman

  • Bagikan
Tafakur Nail Al Authar Syarh Muntaqa Al Akhbar: Permata Abad Ke-12 Hijriah Dari Yaman

Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar Min Ahaditsi Sayyidi al Akhyar ( نيل الاوطار شرح منتقى الاخبار من احاديث سيد الاخيار ) adalah kitab yang isinya mengulas hadist-hadist hukum. Adapun arti dari Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar Min Ahadits Sayyid al Akhyar adalah menggapai keinginan penjelasan kitab muntaqa al Akhbar (berita pilihan) dari hadist-hadist pemuka orang yang terpilih.

Kitab ini pada intinya merupakan syarah atau penjelasan dari kitab yang berisi kumpulan hadist-hadist hukum, yaitu kitab al Muntaqa Fi Ahkam al Syar’iyyah Min Kalam Khair al Bariyyah, karya monumental dari syekh Majdudin Abu al Barakat Abdussalam Bin Abdullah Bin al Khadir Bin Muhammad Bin Ali al Harrani. Kitab Nail al Authar sendiri merupakan buah karya dari imam Muhammad Bin Ali Bin Muhammad Bin Abdullah Bin al Husain al Syaukani, yang populer dengan nama imam al Syaukani.

Sementara, jata Syaukani dinisbahkan kepada suatu tempat yaitu Hijratusy Syaukan yang terletak di wilayah al Suhamiyyah -Yaman Utara. Suhamiyah sendiri awalnya merupakan salah satu dari qabilah al Haulan yang mendiami wilayah pinggiran kota Shan’a ibukota dari negeri Yaman. Imam al Syaukani dilahirkan pada hari Senin tanggal 28 Dzulqa’dah tahun 1173 Hijriah dan wafat di Shan’a pada malam Rabu pekan terakhir bulan Jumadil Akhir tahun 1250 Hijriah dalam usia 77 tahun. Imam al Syaukani dimakamkan di pemakaman Khuzaimah di Shan’a dan jenazahnya dishalatkan di masjid Jami’ Kabir kota Shan’a dan telah menjadi mufti di Yaman sejak berumur 20 tahun.

Pada saat imam al Syaukani berumur 36 tahun, tepatnya pada tahun 1209 Hijriah qadhi qudhat (hakim agung) Yaman yang bernama Yahya Bin Shalih al Syajri al Sahuli wafat, dan imam al Syaukani ditunjuk sebagai penggantinya, dan jabatan itu diembannya sampai ia wafat. Pandangan hukum yang difatwakan oleh imam al Syaukani tidak hanya berkembang di Yaman namun juga sampai ke India, melalui muridnya yang bernama Abdul Haq al Hindi.

Imam al Syaukani belajar Alqur’an kepada al Faqih Hasan Ibn Abdullah al Habi. Sedangkan hadist dan ilmu hadist dipelajarinya dari syekh Abdul Qadir Ibn Ahmad. Adapun Ilmu Ushul Fiqh Syafi’iyyah dipelajari imam al Syaukani melalui kitab Syarh Jami’ al Jawami’ karya imam Jalaluddin al Mahalli, di bawah bimbingan gurunya yang bermadzhab Syafi’i yaitu syekh al Hasan Ibn Ismail al Maghribi. Pada masa hidupnya, imam al Syaukani banyak menulis kitab, ada kurang lebih 240 buah kitab yang ditulisnya.

Sebagian besar kitab-kitab karya imam al Syaukani baru berbentuk naskah atau manuskrip, hanya ada 40 buah kitab karya imam al Syaukani yang telah dicetak dalam bentuk kitab.

Di antara kitab-kitab imam al Syaukani yang masih bisa ditemukan sampai sekarang di antaranya adalah sebagai berikut: kitab Fathul Qadir al Jami’ Baina Fann al Riwayat wa al Dirayat Fi al Tafsir (5 jilid), kitab al Sailul Jarar al Mutadaffiq ‘Ala Hada’iq al Azhar (4 jilid), kitab Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar (4 jilid), kitab al Durar al Bahiyyah Fi al Masa’il al Fiqhiyyah, kitab al Darar al Mudhiyyah Syarh al Durar al Bahiyyah, kitab Irsyad al Fuhul Ila Tahqiq al Haq Min ‘Ilmi al Ushul, kitab al Badru al Thali’ Bi Mahasin Man Ba’da al Qarni al Sabi’, kitab al Fawa’idh al Majmu’ah Fi al Hadits al Maudhu’ah, kitab Tuhfah al Dzakirin Bi ‘Iddat al Hishni al Hashin, kitab Adab al Thalib Wa Muntaha al Arib, kitab al Qaul al Mufid Fi Adilat al Ijtihad Wa al Taqlid, kitab Risalah al Bughyah Fi Masalat al Ru’yat, kitab Irsyad al Tsiqat Ila al Ittifaaq al Syara’i ‘Alaa al Tauhid Wa al Ma’aadi Wa Nubuwwati, kitab al Tuhaf Fi al Irsyad Ila Madzhab al Salaf, dan lain-lainnya.

Imam al Syaukani memiliki banyak guru, di antaranya adalah syekh Ahmad Bin Amir al Hada’i, syekh Ahmad Ibn Muhammad Ibn al Harazi, syekh Ismail Bin al Hasan Bin Ahmad al Hasan, syekh al Hasan Ibn Ismail al Maghribi, syekh al Qasim Bin Yahya al Khaulani, syekh Ali Ibn Hadi ‘Urhab, syekh Abdul Qadir Ibn Ahmad al Kaukabani, syekh Hadi Ibn Husein al Qarani, syekh Abdurrahman Ibn Hasan al Akhwa’, syekh Alj Ibn Ibrahim Ibn Ali Ibn Ibrahim Ibn Ahmad Ibn ‘Amir, syekh Yahya Ibn Muhammad al Hautsi, dan lain-lainnya.

Adapun murid-murid imam al Syaukani di antaranya adalah Ahmad Bin Husein al Wazzanu al Shan’ani, Ahmad Bin Zain al Kabsi al Shan’ani, al Qadhi al Alamah al Husein Bin Qasam al Mujahid, Hasan Bin Ahmad Bin Yusuf al Raba’i al Shan’ani, al Qadhi al Husain Bin Muhammad Bin Abdullah al Ansi al Shan’ani al Kaukabani, Ismail Bin Ibrahim al Hasan Bin Yusuf Bin al Imam al Qasim, al Qadhi Ali Abdullah al Haimi, al Imam al Abbas Bin Abdurrahman al Syahari, dan lain-lainnya.

Kitab Nail al Authar merupakan penjelasan dari kitab Muntaqa al Akhbar yang berisi 5.029 buah hadist ahkam yang dihimpun oleh imam Abdussalam Bin Abdillah Bin Abi al Qashim Bin Muhammad Bin al Hidhr Bin Muhammad Bin Ali Bin Abdullah Bin al Harrani (661-728.H). Kitab Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar terdiri atas 4 jilid, 8 juz, di antaranya kitab ini diterbitkan di Beirut oleh penerbit Dar al Fikri, pada tahun 1994. Kitab Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar ditahqiq oleh Muhammad Shubhi Bin Hasan Halaaq.

Kitab ini juga memiliki ringkasan atau mukhtashar yang berjudul Bustaan al Akhbar Mukhtashar Nail al Authar yang disusun oleh Faishal Bin Abdul Aziz al Mubarak. Kitab Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar memiliki kesamaan dengan beberapa kitab yang telah ada pada masa sebelumnya, seperti kitab Umdatul Ahkam Min Saidi al Anam, karya al Hafidz Abu Muhammad Abdulghani al Maqdisi al Hanbali, kitab al Imam Bi Ahaditsi al Ahkam, karya imam Ibnu Daqiq al ‘Aid, kirab Bulugul Maram Min Ahaditsi al Ahkam, karya imam al Hafidz Ibnu Hajar al Asqalani, dan lain-lainnya.

Adapun titik perbedaan antara kitab Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar dengan kitab kitab syarah hadist ahkam yang lain adalah; Pertama, kitab Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar selalu mencantumkan takhrij hadits (sumber periwayatan hadits pada kitab induk haditsnya).

Kedua, Mengungkapkan setiap makna lafadz pada matan hadist, menjelaskan qaul para ulama, menjelaskan sumber pengambilannya baik dari Nabi Saw, para sahabaat, tabi’in, maupun ulama ulama madzhab, Ketiga, Istinbath pengambilan dan penetapan hukumnya jelas, kaedah ushulnya jelas baik secara juz’iyyah maupun far’iyyah, menjelaskan dalil merujuk kepada pandangan ulama-ulama mu’tabar, luas pembahasan hukum fikihnya, dan setiap uraian fikihnya disertai oleh dalil-dalil yang jelas.

Sebagai bagian akhir dari tulisan ini, penulis kutipkan hadist yang terdapat pada kitab Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar, jilid, 3, juz, 6, halaman, 109, nomor hadist 4.142, berikut ini : عن ابى نوسى ان النبي ص قال ثلاثة لا يدخلون الجنة مدمن خمر قاطع رحم و مصدق بالسحر – رواه احمد . Artinya, Dari Abi Musa adalah Nabi Saw bersabda, ada tiga golongan yang tidak masuk ke dalam surga, yaitu peminum khamar, pemutus hubungan kasih sayang, dan orang yang membenarkan sihir (Riwayat imam Ahmad).

Pada jilid dan halaman yang sama dari kitab Nail al Authar Syarh Muntaqa al Akhbar, imam al Syaukani menulis hadits nomor 4.143 sebagai berikut : عن ابى هريرة ان البي ص قال من اتى كاهنا او عرافا فصدقه بما يقول فقد كفر بما انزل على محمد ص – رواه احمد و مسلم . Artinya, Dari Abu Hurairah adalah Nabi Saw bersabda Siapa yang mendatangi tukang tenung atau tukang ramal, lalu ia mempercayai apa yang dikatakan tukang tenung atau tukang ramal tersebut, maka ia telah kufur kepada apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw (Riwayat imam Ahmad dab imam Muslim).

Di dalam hadist nomor 4.144, imam al Syaukani di dalam kitab Nail al Authar Syarh Munraqa al Akhbar menuliskan hadist berikut ini: عن صفية بنت ابى عبيد عن بعض ازواج النبى ص قال من اتى عرافا فساله عن شىء لم تقبل له صلاة اربعين ليلة – رواه احمد و مسلم . Artinya, Dari Shafiyah Binti Ubaid dari sebagian istri Nabi Saw berkata Siapa yang mendatangi peramal maka kemudian bertanya kepadanya sesuatu, tidak diterima baginya shalatnya selama 40 malam (Riwayat imam Ahmad dan imam Muslim).

Hamparan dunia ilmu begitu luas tanpa batas, bagaikan bintang gemintang yang bertaburan menghiasi alam semesta. Oleh karena itu, jadilah insan penggemar ilmu, mudah-mudahan dengan ilmu, seseorang dapat menjadi bintang penerang dikala gelap dan menjadi tongkat penyangga dikala licin. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadist Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tafakur Nail Al Authar Syarh Muntaqa Al Akhbar: Permata Abad Ke-12 Hijriah Dari Yaman

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *