Kitab al Kaafiy Fi al Fiqh al Hanafi (كتاب الكافي في الفقه الحنفي ) adalah karya dari syekh Wahbi Sulaiman Ghauiji ( شيخ وهبي سليمان غاوجي ). Kitab al Kaafiy Fi al Fiqh al Hanafi terdiri atas 3 jilid dan di antaranya diterbitkan di Beirut oleh penerbit al Risalah tahun 1430 Hijriah (2009.M). Jilid 1 dari kitab al Kaafi Fi al Fiqh al Hanafi membahas tentang fikih ibadah (فقه العبادات). Jilid 1 dari kitab al Kaafi Fi al Fiqh al Hanafi terdiri atas 388 halaman.
Adapun pembahasan pokok pada jilid 1 berkaitan dengan 5 hal. Pertama, jilid 1, halaman 13 sampai dengan halaman 130, mengulas tentang Dua Kalimat Syahadat dan Hukum Hukumnya (الشهادتان و احكامها). Kedua, Jilid 1, halaman 131 sampai dengan halaman 224, membahas tentang Shalat dan hukum hukumnya (الصلاة و احكامها). Ketiga, Jilid 1, halaman 225 sampai dengan halaman 296, membahas tentang Menegakkan Shalat ( اقامة الصلاة ).
Di dalam kitab al Kaafi Fi al Fiqh al Hanafi, jilid 1, halaman 287 tentang shalat berjama’ah dan keutamaannya ( صلاة الجماعة و فضلها ) dijelaskan, bahwa dalam pandangan fikih Hanafi, shalat berjama’ah itu hukumnya wajib (احكامها اي صلاة الجماعة واجبة).
Syekh Wahbi Sulaiman al Ghauji menjelaskan hal tersebut, dengan mengutip hadits riwayat imam al Bukhari dari Abu Hurairah, pada kitab 29 tentang Azan, Bab Wajib Shalat Berjama’ah (رواه البخاري عن ابي هريرة كتاب الاذان ٢٩ باب وجوب صلاة الجماعة). Keempat, jilid 1, halaman 293 sampai dengan halaman 357, membahas tentang shalat Jum’at (صلاة الجمعة), shalat Jenazah ( صلاة الجنازة ), shalat Wajib ( الصلاة الواجبة ), shalat Witir ( صلاة الوتر ), shalat Dua Hari Raya ( صلاة العيدين ), dan shalat shalat sunat ( الصلاة المسنونة ).
Kelima, jilid 1, halaman 357 sampai dengan halaman 382, membahas tentang hal&hal yang perlu diperhatikan, baik secara umum maupun secara khusus (العوارض العامة و الخاصة). Jilid ke 2 kitab al Kaafi Fi al Fiqh al Hanafi terdiri atas 528 halaman, mulai dari halaman 395 sampai dengan halaman 923. Jilid 2 kitab al Kaafi Fi al Fiqh al Hanafi terdiri atas 12 pembahasan.
Pertama, dari halaman 401 sampai dengan halaman 468, membahas tentang ketentuan ketaatan umum tentang zakat dan zakat khusus ( الحض على الطاعة عامة و الزكاة خاصة ). Kedua, halaman 469 sampai dengan halaman 542 membahas tentang pendistribusian zakat ( مصارف الزكاة ). Ketiga, halaman 543 sampai dengan halaman 575 membahas tentang puasa dan hukum hukumnya ( الصيام و احكامه ).
Keempat, halaman 576 sampai dengan halaman 636 membahas tentang hukum puasa Ramadhan ( احكام صيام رمضان ). Kelima, halaman 637 sampai dengan halaman 664, membahas tentang berbagai pandangan tentang puasa ( عوارض الصيام ). Keenam, halaman 665 sampai dengan halaman 700 membahas tentang meninggalkan puasa dan hukum hukumnya ( ترك الصيام و احكامه ).
Ketujuh, halaman 701 sampai dengan halaman 738 membahas tentang ketentuan haji dan ‘umrah dan keutamaan Mekkah dan tanah haram ( في الحض على الحج و العمرة و فضل مكة و الحرم ). Kedelapan, halaman 739 sampai dengan halaman 814, membahas tentang jenis jenis haji dan amal dalam haji ( انواع الحج و اعمال الحج ). Kesembilan halaman 815 sampai dengan halaman 838, membahas tentang sifat amal amal haji ( صفة اعمال ابحج ).
Kesepuluh, halaman 839 sampai dengan halaman 878, membahas tentang ketentuan ketentuan amal haji berkaitan dengan pelanggaran ihram haji ( عوارض بفعل الحاج الجنايات ). Kesebelas, halaman 879 sampai dengan halaman 887, membahas tentang ‘umrah ( العمرة ). Keduabelas, halaman 888 sampai dengan halaman 909, membahas tentang ziyarah kepada Rasulullah Saw dan masjid Nabawi ( زيارة رسول الله ص و مسجده ).
Di dalam pembahasan tentang kadar zakat firhrah dalam bentuk tepung gandum (قمح و دقيق ) menurut madzhab Hanafi, sebagaimana yang dijelaskan oleh syekh Wahbi Sulaiman Ghauji di dalam kitab al Kaafi Fi al Fiqh al Hanafi, jilid 2, halaman 695, Bab.ه، tentang kadar zakat fithrah ( مقدارها ) adalah setengah sha’ ( نصف صاع ) atau 1,9 kg.
Syekh Wahbi Sulaiman Ghauji menulis di dalam kitabnya itu sebagai berikut : مقدارها نصف صاع من قمح او دقيق Artinya, Kadar zakat fithrah untuk tepung gandum adalah setengah sha’. Jika satu Sha’ dalam madzhab Hanafi 3,8 Kg, maka setengah sha’ adalah 1,9 Kg. Pandangan ini tentunya berbeda dengan tiga madzhab yang lainnya. Kitab al Kaafi Fi al Fiqh al Hanafi jilid 3 terdiri atas 547 halaman dan jilid 3 adalah jilid terakhir dari kitab al Kaafi Fi al Fiqh al Hanafi karya dari Syekh Wahbi Sulaiman Ghauji.
Jilid 3 dari kitab al Kaafi Fi al Fiqh al Hanafi diawali dengan membahas tentang pernikahan ( كتاب النكاح ) dan ditutup dengan pembahasan tentang washiyat ( كتاب الوصايا ) dan faraidh ( الفراءض ) pada halaman 1409 sampai dengan halaman 1480. Kitab al Kaafiy Fi al Fiqh al Hanafi, hanya salah satu saja dari kitab fikih madzhab Hanafi. Masih banyak kitab-kitab fikih lain dari madhzab Hanafi, seperti kitab al Mabsut, al Ziyadat, Jami’ al Kabir, Jami’ al Shaghir, Asiru Kabir, Asiru Shaghir, dan lain-lainnya.
Madzhab Hanafi adalah madzhab fikih pertama dari 4 madzhab yang ada di kalangan umat Islam sunni. Imam Abu Hanifah adalah tokoh utama dan pendiri madzhab Hanafi. Nama lengkapnya adalah imam Abu Hanifah Nu’man Bin Tsabit Bin Zuta Bin Marzuban ( ابو حنيفة نعمان بن ثابت بن زوطا بن مرزبان ). Imam Abu Hanifah lahir di Kufah – Iraq pada tahun 80 Hijriah (699 M) dan wafat di Baghdad – Iraq pada tahun 150 Hijriah (767 M) dalam usia 70 tahun.
Imam Abu Hanifah adalah satu-satunya imam madzhab yang empat dari kalangan sunni yang merupakan seorang tabi’in besar (bertemu dengan sahabat Nabi Saw). Imam Abu Hanifah bertemu dengan beberapa sahabat Nabi Saw yang mereka itu adalah peserta perang Badar. Di antara sahabat-sahabat Nabi Saw yang bertemu dengan imam Abu Hanifah adalah Anas Bin Malik, Abdullah Bin Harits, Abdullah Bin Abi Aufah, Watsilah Bin al Aqsa, Ma’qil Bin Yasar, Abdullah Bin Anis, dan Abu Thufail atau ‘Amir Bin Watsilah.
Selain itu, imam Abu Hanifah adalah tokoh pertama dari kalangan fuqaha’ yang menyusun kitab fikih berdasarkan pengelompokkan tema-tema fikih seperti bersuci atau thaharah, wudhu’, adzan, shalat dan seterusnya. Pola ini kemudian diikuti oleh imam Malik, imam Syafi’i dan juga ulama ahli hadits.
Selama 18 tahun atau sejak berusia 22 tahun, imam Abu Hanifah belajar ilmu-ilmu Islam pada syekh Hammad Bin Abu Sulaiman, ulama paling terkemuka di Bashrah dan Kufah pada masa itu. Imam Abu Hanifah wafat di penjara pada era pemerintahan khalifah Abu Ja’far al Manshur, karena imam Abu Hanifah menolak jabatan qadhi atau hakim yang ditawarkan kepadanya.
Akibat dari penolakkan itu, imam Abu Hanifah dihukum cambuk 100 kali dan dipenjarakan. Khalifah Abu Ja’far juga menawarkan uang sebesar 30 ribu Dirham Baghdad (nilai tukar sekarang sekitar 2,1 Milyar rupiah), namun imam Abu Hanifah tetap menolak uang dan jabatan hakim yang ditawarkan kepadanya tersebut. Sampai akhirnya imam Abu Hanifah wafat dan orang-orang di negeri Irak mengatakan, kini mufti dan fakih Irak telah tiada dengan nada kesedihan yang mendalam.
Jenazah imam Abu Hanifah dimandikan oleh murid-muridnya, di antaranya adalah al Hasan Bin Imarah dan yang menyiramkan air pada jenazahnya adalah muridnya yang bernama imam al Harawi. Jenazah imam Abu Hanifah dishalati oleh 50 ribu orang dengan 6 gelombang barisan shalat jenazah yang sangat panjang. Sesuai dengan wasiatnya, imam Abu Hanifah dimakamkan di pemakaman al Khairazan-Baghdad -Irak.
Demikian cintanya umat Islam kepada imam Abu Hanifah pendiri madzhab fikih pertama dari kalangan ahlu sunnah waljama’ah tersebut, sehingga masyarakat berebut untuk bisa ikut menshalati jenazahnya.
Semoga Allah Swt memberikan pahala dan kemuliaan yang tiada putus putusnya kepada imam Abu Hanifah dan juga kepada para ulama yang telah memberi sumbangsih ilmunya untuk kemuliaan Islam dan umatnya. Aamiin Ya Rabbal’alamin. Wallahu’alam.
Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa