“AL Istidzkar al Jami’ Li Madzahib Fuqaha’ al Amshar Wa ‘Ulama’ al Aqthar Fi Ma Tadhammanuhu al Muwatha’ Min Ma’ani al Ra’yi Wa al Atsar Wa Syarh Dzalika Kulihi Bi al Ijazi Wa al Ikhtishar ( الاستذكار الجامع لمذاهب فقهاء الامصار و علماء الاقطار فيما تضمنه الموطا من معانى الراي و الاثار و شرح ذلك كله با الايجاز و الاختصار ) adalah kitab fikih madzhab Maliki legendaris yang ditulis pada abad ke-4 Hijriah di wilayah Semenanjung Iberia yang meliputi tiga negara yaitu Spanyol, Portugal, dan Andorra”
Meskipun tiga negara tersebut kini telah dihuni oleh mayoritas penganut Katholik dan Yahudi, dahulunya adalah salah satu pusat peradaban dan kejayaan Islam. Kitab al Istidzkar merupakan karya dari imam Ibnu Abdil Barr terdiri atas 30 jilid, diterbitkan di Kairo oleh penerbit Dar al Wa’iy Halbi pada bulan Jumadil Akhir tahun 1414 Hijriah, dan juga diterbitkan di Beirut oleh penerbit Dar Qutaibah.
Kitab al Istidzkar pada dasarnya merupakan kitab syarah atau penjelasan atas kitab al Muwatha’ ( الموطا ) karya imam Malik dan kitab al Istidzkar sekaligus ikhtishar (ringkasan) dari kitab al Tamhid. Meskipun demikian, antara kitab al Istidzkar dengan kitab al Tamhid memiliki perbedaan. Di antara perbedaannya, kitab al Istidzkar ditulis dengan metode penyusunan Bab-nya berdasarkan kepada tema-tema fikih sebagaimana kitab asalnya yaitu kitab al Muwatha’, sedangkan kitab al Tamhid metode penulisan Bab nya merujuk kepada urutan nama para perawi hadist.
Selain itu, Kitab al Istidzkar merupakan salah satu karya akademik dari imam Ibnu Abdil Barr. Imam Ibnu Abdil Barr memiliki nama lengkap imam Yusuf Bin Abdillah Bin Muhammad Bin Abdil Barr Bin Ashim al Namri al Andalusi al Qurthubi al Maliki yang masyhur dengan panggilan imam Ibnu Abdil Barr. Imam Ibnu Abdil Barr murni berdarah Arab dari kabilah Namr Bin Qasith. Imam Ibnu Abdil Barr dilahirkan di Semanjung Iberia yang masuk wilayah Cardoba pada hari Jum’at tanggal 5 Rabi’ul Akhir tahun 368 Hijriah dan wafat serta dimakamkan di kota Syatibah -Andalusia pada akhir bulan Rabi’ul Awal tahun 463 Hijriah dalam usia 95 tahun lebih 5 hari.
Kota Cardoba tempat imam Ibnu Abdil Barr dilahirkan awalnya adalah kota utama bangsa Visigoth (penganut Katholik Roma) hingga akhirnya berhasil ditaklukkan oleh kaum Muslimin dan menjadi bahagian dari wilayah kekhalifan Bani Umayyah. Pada era kejayaan Islam, kota Cardoba dibangun dengan indah dan mempesona. Di kota ini dibangun jembatan besar nan megah di atas sungai al Wadi al Kabir yang membelah kota. Kota Cardoba sangat kaya dengan bangunan artistik dalam bentuk istana, taman-taman, tempat pemandian, masjid masjid seperti masjid agung Cardoba Le Mezquita yang sampai hari ini berdiri megah dan diakui menjadi salah satu peninggalan sejarah dan peradaban dunia.
Di kota Cardoba ini, imam Ibnu Abdil Barr belajar tentang Al Qur’an dan al Hadist dari ayahnya sendiri yaitu syekh Abdullaah Bin Muhammad seorang ulama besar Cardoba yang ahli dalam bidang Al Qur’an, al Hadist, dan fikih dan terkenal dengan sifat zuhudnya. Imam Ibnu Abdil Barr yang banyak menguasai tentang hadist, oleh para ulama pada masa itu diberi gelar dengan sebutan Hafidz al Maghrib atau Penghafal Hadits Wilayah Barat. Banyak ulama sezaman yang memuji imam Ibnu Abdil Barr misalnya imam al Humaidy, yang mengatakan bahwa imam Ibnu Abdil Barr adalah fakih (ahli fikih) besar, hafidz dalam hal hadist dan ‘ulum al hadist serta menguasai dengan sangat baik hal hal yang bersifat khilaf atau diperselisihkan berkaitan dengan fikih.
Syekh Abu al Walid al Baji mengatakan bahwa pada masa itu, tidak ada seorang pun di Andalusia yang sepadan dengan imam Ibnu Abdil Barr dalam bidang ilmu hadist dan fikih. Imam Ibnu Hazm mengatakan, aku tidak mengetahui ada pembahasan fikih hadist yang semisal dengan imam Ibnu Abdil Barr. Imam Abi Abdillah Bin Abi Fath mengatakan, imam Abu Umar Ibnu Abdil Barr adalah orang yang paling berilmu di Andalus tentang sunah Nabi Saw, atsar sahabat, dan khilaf (perbedaan pandangan) para ulama di berbagai negeri.
Kemudian, Imam Ibnu Farhun mengatakan bahwa imam Abu Umar Ibnu Abdil Barr adalah syekhnya ulama Andalus, pemuka ahli hadist di sana, dan yang paling hafal tentang sunah Nabi Saw dan beliau juga pemimpin ulama Andalus yang sangat kokoh hafalan hadist dalam periwayatannya. Ìmam Ibnu Abdil Barr melakukan perjalanan ilmiah ke berbagai wilayah dalam mencari ilmu mulai dari Andalusia, Daniyah, Valencia, sampai Syatibah dan pernah menjadi hakim atau qadhi di Lisabon ibukota negara Portugal sekarang.
Selanjutnya, Imam Ibnu Abdil Barr memiliki banyak guru di antaranya adalah syekh Khalaf Bin al Qasim al Andalusi, Abdul Warits Bin Sufyan, Abdullah Bin Muhammad al Juhani, Muhammad Bin Abdul Malik al Rashafi, al Hafidz Abu Utsman Said Bin Nashr al Andalusi, Ahmad Bin Qasim al Bazar, Ahmad Bin Fath al Rasan, dan lain lainnya. Di samping itu, imam Ibnu Abdil Barr juga memiliki banyak murid, di antaranya adalah Abu Ali al Ghassani, Abdurrahman Bin Muhammad al Qurthubi, Abul Hasan Thahir Bin Mufawwiz al Syathibi, Abu Bahr Sufyan Bin al Ash, Ibnu Hazm al Andalusi, dan lain-lainnya.
Sejarah juga mencatat bahwa ilmu yang dimiliki oleh imam Ibnu abdil Barr dikagumi oleh Mujahid al Amiri penguasa dari dinasti Daniyah yang berkuasa di wilayah Andalusia pada zaman itu. Imam Ibnu Abdil Barr termasuk ulama yang produktif di dalam penulisan kitab-kitab.
Di antara kitab-kitab yang ditulis oleh imam Ibnu Abdil Barr adalah sebagai berikut, kitab al Tamhid Lima Fi al Muwatha’ Min al Ma’ani Wa Asanid al Istidzkar Fi Syarh Madzhabi Ulama al Smshar al Ziyadah Allati Lam Taqa’ Fi al Muwatha’, kitab Ikhtishar Fi Kitab al Tamyiz, kitab al Syawahid Fi al Itsbat Khabar al Ahad, kitab Mandzumatun Fi Sunnah, kitab Musnad Ibnu Abdil Barr, kitab al Kafi Furu’ al Malikiyah, kutab Inshaf Fi Ma Baina al Mukhtalifin Fi Fatihati al Kitab Min al Ikhtilaf, kitab al Isyraf ‘Ala Ma Fi Ushul al Faraidh Min al Ijma’ Wa al Ikhtilaf, kitab Jawaiz al Sulthan, kitab al Istighna’ Fi Asma al Masyhurin Min Hamalat al Ilmi Bi al Kuna, kitab Tarjamat al Imam Malik Bin Anas, kitab al Ta’rif Bi Jama’atin Min Fuqaha’ al Malikiyah, kitab Akhbar Aimat al Amshar, kitab al Maghazi, kitab Mihan al Ulama’, kitab A’lamun Nubuwwah, kitab al Inshaf Fi Asmaillah, kitab Bahjatul Majalis, kitab Adab al Mujalasah Wa Hamdu al Lisan, kitab Jami’ al Bayan al Ilmi Wa Fafhlih, kitab al Raqqaq, kitab al Bustan Fi al Ikhwan, dan lain-lainnya.
Hal lebih menarik yang ditulis oleh imam Ibnu Abdil Barr di dalam kitab al Istidzkar, jilid 1, halaman, 149 adalah pernyataan imam Malik tentang pentingnya arti membangun kejayaan umat hari ini dengan menempuh jalan kejayaan orang orang di masa lampau. Dengan lugas imam Malik Bin Anas mengatakan di dalam kitab al Istidzkar sebagaimana yang dikutip oleh imam Ibnu Abdil Barr : لا يصلح امر هذه الامة الا بما صلح به اولها Artinya, Umat ini tidak akan jaya kecuali dengan mengikuti apa yang menjadikan awal mula umat ini jaya.
Dengan demikian, sangat wajar jika menurut Yunus Bin Abdil A’la sebagaimana yang beliau dengar dari imam al Syafi’i, dimana imam Syafi’i mengatakan : ما رايت كتابا الف في العلم اكثر صوابا من موطا مالك Artinya, Imam al Syafi’i mengatakan aku tidak melihat ada kitab yang di dalamnya mengandung lebih dari seribu ilmu yang menyamai kitab Muwatha’ Malik (Lihat imam Ibnu Abdil Barr, al Istidzkar, jilid 1, halaman, 167).
Tiga puluh jilid kitab al Istidzkar karya imam Ibnu Abdil Barr, tentunya sangat kaya dengan ilmu, jika diibaratkan ilmu yang terkandung di dalam kitab al Istidzkar yang 30 jilid tersebut, banyaknya bagaikan butir-butir pasir di tepian pantai.
\Semoga Allah Swt memberikan limpahan pahala yang banyak kepada imam Ibnu Abdil Barr dan juga kepada semua para pecinta ilmu. Aamiin Ya Rabbal’alamiin. Wallahu’alam. WASPADA.id
Penulis adalah Dosen Hadist Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.