IDI (Waspada): Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati Aceh Timur Nomor Urut 1, H. Sulaiman (Tole) dan Abdul Hamid (Apong) memiliki mimpi besar untuk memajukan kabupaten terluas nomor dua di Aceh ini.
Selain menyusun berbagai program inovatif yang pro-rakyat, Sulaiman-Abdul Hamid (SAH) juga telah menyiapkan skema pembangunan ‘Ekonomi Hijau’ sebagai landasan pembangunan dan menuangkannya ke dalam visi misi mereka dalam membangun Aceh Timur.
H. Sulaiman atau akrab disapa Haji Tole dalam siaran persnya, Jumat (22/11) menjelaskan, pembangunan ekonomi hijau adalah konsep yang menggabungkan upaya percepatan atau pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
“Dalam penerapannya, ekonomi hijau memiliki lima prinsip utama. Lima prinsip tersebut menjadi indikator inisiatif ekonomi hijau yakni Kesejahteraan, Keadilan, Batas Alam, Efisiensi dan Kecukupan serta Good Governance,” kata Haji Tole.
Salah satu rencana yang dicanangkan nantinya adalah penurunan angka kemiskinan petani kelapa sawit di Aceh Timur dengan mengadopsi Peta Jalan Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh. Ini sebagai bagian dari upaya pembangunan berkelanjutan Provinsi Aceh yang tertuang dalam Rencana Pertumbuhan Hijau (Green Growth Plan) Provinsi Aceh 2020-2050.
Haji Tole menyebutkan, luas lahan perkebunan sawit Aceh Timur saat ini sekitar 73 ribu hektar dan sekitar 30 ribu hektar di antaranya merupakan kebun sawit rakyat. Pada tahun 2023, sekitar 17 ribu petani sawit Aceh Timur hanya mampu menghasilkan produksi 197.340 ton Tandan Buah Segar (TBS).
“Petani kita masih mengandalkan luas lahan untuk meningkatkan produktivitas. Jika dikalkulasikan, rata-rata petani kita hanya mampu menghasilkan 13 ton/hektar, jauh di bawah standar Kementerian Pertanian sebesar 30 ton/hektar,” urai Haji Tole, yang juga aktivis masjid itu.
Pria kelahiran 1984 itu juga menjelaskan, sebagai salah satu daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Aceh. Dia mengaku akan memprioritaskan peningkatan ekonomi petani kelapa sawit di Kabupaten Aceh Timur, yang juga salah satu komoditas unggulan daerah ini.
Sebagaimana diketahui, kelapa sawit memberikan kontribusi tertinggi dalam Nilai Tukar Petani (NTP) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Oleh karena itu, kelapa sawit bernilai strategis untuk mempercepat pencapaian indikator pembangunan Aceh Timur.

Terutama untuk menurunkan angka kemiskinan melalui peningkatan kesejahteraan petani, meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), penciptaan lapangan kerja dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh melalui hilirisasi. Namun, peningkatan produksi itu perlu dibarengi dengan perlindungan kawasan hutan dan inklusi sosial demi masa depan Aceh Timur yang berkelanjutan.
“Jika produktivitas meningkat dan petani sejahtera, secara otomatis mereka tidak akan memperluas lahan apalagi sampai merusak hutan sehingga lingkungan kita akan lebih terjaga dan tingkat Deforestasi juga akan menurun. Masyarakat yang dibekali dengan pemahaman lingkungan yang baik akan menjadi benteng terbaik untuk melindungi keanekaragaman hayati kita di Aceh Timur,” tambah Haji Tole.
Selain itu, sebagian wilayah Kabupaten Aceh Timur merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), yang menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan fungsi daya dukung lingkungan hidup yang amat berharga.
“Oleh karena itu, KEL menjadi salah satu kawasan penting dunia yang menjadi habitat bagi empat mamalia besar, yaitu Gajah, Harimau, Badak dan Orangutan. Status konservasi empat mamalia besar ini sudah terancam punah dan dilindungi Undang-Undang,” timpa Haji Tole.
Sebagai masyarakat yang lahir dan besar di Aceh Timur tentu sangat sadar, bahwa dengan menjaga hutan khususnya Leuser akan menyelamatkan manusia dan generasi di masa mendatang. “Nah, sekarang bisa dibayangkan, bagaimana jika kita hidup tanpa air dan oksigen. Oleh karenanya sudah selayaknya kami menyusun konsep ini, karena air dan oksigen adalah dua sumber yang harus dijaga dan dilestarikan,” pungkas Haji Tole, Cabup Aceh Timur 01. [*].