Scroll Untuk Membaca

Aceh

Sekda Aceh Utara, Dayan Albar: Penggali Kubur Berbayar Dan Pemandi Jenazah Mulai Langka

Sekda Aceh Utara, Dayan Albar: Penggali Kubur Berbayar Dan Pemandi Jenazah Mulai Langka
Sekda Aceh Utara, Dayan Albar, Minggu (17/11) pagi membuka Pendidikan Kader Ulama (PKU) Khusus di Wisma Kurang Lama di Kota Lhokseumawe.Waspada/Maimun Asnawi

“Jika ada orang meninggal di gampong saya, masih banyak warga yang berebutan memegang cangkul dan belencong untuk menggali kubur. Tapi di sini (Aceh Utara) saya dengar, ahli waris harus membayar Rp200 ribu untuk penggali kubur. Di tempat saya, warga sadar bahwa itu tanggungjawab dan nanti akan datang giliran yang sama pada diri mereka.”

HAL itu diutarakan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Aceh Utara, Dayan Albar, pada saat memberikan kata sambutan pada pembukaan Pendidikan Kader Ulama (PKU) Khusus yang dilaksanakan oleh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Utara, angkatan ke VII. Kegiatan ini dilaksanakan, Minggu (17/11) pagi di Wisma Kuta Karang Lama, Kota Lhokseumawe.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Sekda Aceh Utara, Dayan Albar: Penggali Kubur Berbayar Dan Pemandi Jenazah Mulai Langka

IKLAN

“Persoalan menggali kubur merupakan hal kecil yang disepelekan. Bagi warga miskin, maka ini menjadi hal yang sangat berguna. Sekarang, penggali kubur baru mau bekerja jika dibayar Rp200 ribu. Di tempat kami ini belum terjadi,” sebut Dayan Albar di hadapan para peserta pelatihan Pendidikan Kader Ulama.

Selain itu, kata Dayan lagi, di Aceh Utara, pemandi jenazah di gampong-gampong mulai langka. Saat ini, di setiap gampong, rata-rata memiliki dua pemandi jenazah wanita dan 2 pemandi jenazah laki-laki. Jika ke dua pemandi jenazah itu berhalangan atau sudah meninggal, maka tidak tertutup kemungkinan, gampong A harus menyewa pemandi jenazah dari gampong B.

Maka, agar tidak mengalami kelangkaan, kegiatan pelatihan untuk pengkaderan pemandi jenazah penting untuk dilaksanakan secara terus menerus di Kabupaten Aceh Utara. Ini merupakan hal kecil yang bersifat penting dan fatal.

“Dulu, pada saat saya menjadi camat, saya pernah membuat pelatihan memandikan jenazah untuk laki-laki dan perempuan. Banyak orang waktu itu nyinyir dan mencemooh kegiatan yang saya buat. Dan saya waktu tidak itu tidak peduli. Kegiatan itu tetap saya laksanakan. Buktinya hari ini, pemandi jenazah mulai langka. Ini patut untuk diwaspadai,” sebut bos ASN di Aceh Utara itu.

Penggali kubur dan pemandi jenazah, kata Dayan, merupakan dua hal penting dan bersifat fatal. Tidak dapat dianggap sepele. Ke dua persoalan ini harus menjadi perhatian setiap kepala desa (geusyiek) di 852 gampong dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara. Setiap kepala desa wajib memikirkan persoalan ini. Dan jangan sampai, orang miskin meninggal tidak ada yang mau menggali kubur, karena tidak mampu membayar.

“Bek sampe ureung seumano jeunazah harus dirental dari tempat laen dan beek sampe ureung gasien meulinggai hana soe tem kuh kubu, karena hana mampu geubayeu (jangan sampai pemandi jenazah harus dirental dari tempat lain dan jangan sampai, orang miskin meninggal, tidak ada orang yang mau menggali kubur untuk orang miskin),” kata Dayan Albar mengingatkan.

Pendidikan Kader Ulama (PKU) Khusus

Selanjutnya, sebut Dayan Albar, hal ini juga berlaku pada pengkaderan ulama. Menurut dia, tidak mudah mencetak kader ulama. Tidak seperti mencetak kader ketua pemuda dan kader geusyiek (kepala desa). Untuk kader kepala desa dan kader ketua pemuda merupakan dua hal yang mudah dan cukup banyak orang yang mampu.

“Tapi cie coba mita tengku imum di gampong-gampong. Susah dan hana semudah untuk kader-kader yang laen. Jika meuno kejadian, maka cie bayangkan peu yang akan terjadi pada masa ukeu (tapi coba cari tengku imum di desa-desa. Susah dan tidak semudah untuk mendapatkan kader-kader yang lain. Jika begini kejadiannya, maka coba bayangkan apa yang akan terjadi pada masa depan),” sebut Dayan serius.

Maka kata Dayan lagi, pengkaderan pemandi jenazah dan pengkaderan ulama merupakan dua hal yang harus mendapat perhatian serius dari kepala daerah. Jika tidak, dua hal ini akan hilang dalam masyarakat.

“Memang sudah ada yang didik di dayah (pesantren). Pun demikian, pelatihan pengkaderan ulama dan pengkaderan pemandi jenazah harus tetap dilakukan. Kader-kader ini harus kita siapkan. Jika kita tidak mau kehilangan. Dan yakinlah, jika tidak kita siapkan, maka kader-kader ini akan disiapkan oleh pihak lain,” katanya.

Ditanya siapa pihak lain yang dimaksud, Sekda Aceh Utara itu memberitahukan, pihak lain itu adalah berasal dari kalangan non muslim. Orang non muslim, kata dia, begitu fokus untuk persoalan ini dan anggaran untuk pengkaderan disediakan dalam jumlah cukup besar. Orang-orang non muslim membuka sekolah khusus untuk pengkaderan pastor dan lain-lain.

“Tidak jauh dari tempat saya kuliah dulu, ada sekolah khusus tempat pangkaderan pastor. Dan luar biasa dukungan anggaran untuk kegiatan ini. Maka kita harus berhati-hati, jika tidak kita siapkan, maka akan disiapkan oleh orang lain,” ingatnya.

Terakhir, Dayan Albar pada kesempatan itu mengatakan, kepada pihak MPU Aceh Utara, Kepala Dinas Syariat Islam, dan Kepala Dinas Pendidikan Dayah diingatkan untuk melakukan peningkatan sumber daya manusia di bidang agama.

“Kita jangan hanya berfokus pada kesehatan jasmani, karena kesehatan rohani dan kesehatan hati jauh lebih lebih penting. Kalau rohani dan hati sehat, maka Insya Allah, semua yang kita cita-citakan bisa terlaksana dan sesuai dengan harapan,” kata Dayan Albar menutup sambutannya pada pembukan pelatihan Pendidikan Kader Ulama (PKU) Khusus di Wisma Kuta Karang Laha di Lhokseumawe.

Maimun Asnawi, S.HI.,M.Kom.I

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE