Scroll Untuk Membaca

AcehEkonomi

Sapu Lidi Sawit Di Tamiang Diekspor Ke India Dan Pakistan

Pekerja sedang menimbang sapu lidi sawit di Gudang pengumpulan sapu lidi sawit milik Edi Sahputra di Kampung Bukit Rata, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, Senin (18/9)sore. Waspada/Muhammad Hanafiah
Pekerja sedang menimbang sapu lidi sawit di Gudang pengumpulan sapu lidi sawit milik Edi Sahputra di Kampung Bukit Rata, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, Senin (18/9)sore. Waspada/Muhammad Hanafiah

Kabupaten Aceh Tamiang sebagian besar wilayahnya dikelilingi perkebunan pohon kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit sebagian besar milik perusahaan perkebunan pemegang Hak Guna Usaha ( HGU), ada juga perusahaan perkebunan milik pribadi dan warga di Aceh Tamiang.

Dari 12 kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, hanya Kecamatan Kota Kualasimpang yang tidak ada perkebunan kelapa sawit, sedangkan 11 kecamatan lainnya yakni Kecamatan Rantau, Karang Baru, Sekerak, Manyak Payed, Bendahara, Banda Mulia, Seruway, Kejuruan Muda, Tenggulun, Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka dikelilingi perkebunan pohon kelapa sawit.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Sapu Lidi Sawit Di Tamiang Diekspor Ke India Dan Pakistan

IKLAN

Edi Sahputra melihat ada peluang bisnis yang punya prospek cerah di bidang memanfaatkan hasil limbah dari kebun pohon kelapa sawit yaitu memanfaatkan lidi pohon kelapa sawit untuk dibuat menjadi sapu sebagai upaya menghasilkan lembaran-lembaran rupiah .

“Sangat mudah ditemukan lidi pohon kelapa sawit untuk menghasilkan pendapatan dan sekaligus mengurangi angka pengangguran di Aceh Tamiang, terutama pekerjaan sambilan bagi ibu-ibu yang ada di kampung-kampung untuk membuat meraut lidi sawit untuk membuat sapu lidi sawit,” ungkap Edi Sahputra kepada Waspada saat berkunjung ke gudang pengumpulan sapu lidi sawit tempat usahanya di tepi jalan Banda Aceh-Medan, persisnya di Kampung Bukit Rata, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, Senin (18/9) sore.

Sapu Lidi Sawit Di Tamiang Diekspor Ke India Dan Pakistan
Edi Sahputra bersama pekerjanya di Gudang Pengumpulan Sapi Lidi Sawit di Bukit Rata, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, Senin (18/9) sore. Waspada/Muhammad Hanafiah

Edi Sahputra menjelaskan, sapu lidi sawit yang dibelinya itu ada yang berasal dari dirinya dan pekerjanya yang membeli langsung datang ke berbagai kampung yang ada di Aceh Tamiang.

“Selain itu ada juga sapu lidi sawit yang dikumpulkan oleh agen yang datang ke kampung-kampung (desa) untuk membeli sapu lidi sawit pada warga, lalu agen menjual sapu lidi sawit ke gudang ini,” ungkap Edi.

Dijelaskannya lagi, dia membeli sapu lidi sawit harganya sangat bervariasi, harga sapu lidi sawit yang sudah kering Rp3.700/kg, sapu lidi setengah kering harganya Rp3.200/kg dan sapu lidi yang masih basah harganya Rp2.000/kg.

“Harga tergantung situasi pasar bisa berubah-ubah,” ujarnya lagi.

Menurut Edi, ibu-ibu yang ada di kampung-kampung dalam seminggu membuat sapu lidi sawit, setelah dijual bisa berpenghasilan antara Rp300 ribu sampai Rp400 ribu perminggu.

“Ibu-ibu sambil nonton televisi malam-malam di rumah bisa juga kerja sambilan membuat sapu lidi. Penghasilan sebesar Rp200 ribu sampai Rp400 ribu perminggu bagi-bagi ibu-ibu di kampung sebagai penghasilan tambahan untuk belanja dan biaya sekolah anak-anaknya,” papar Edi.

Menurut Edi, lidi sawit mudah didapat di perkebunan kelapa sawit di Aceh Tamiang yang merupakan limbah yang tidak terpakai.

”Kalau mengambil brondolan atau ninja sawit tentu jika dilaporkan oleh pemilik kebun ke polisi, bisa ditangkap diproses hukum. Tetapi kalau mengambil lidi sawit dari pelepah yang sudah dipotong diletakan di areal kebun sawit tidak marah pemilik kebun, malahan bagus karena lingkungan kebun menjadi bersih,” ujarnya.

Edi menjelaskan, pekerjaan sampingan membuat sapu lidi sawit tentu sangat bermanfaat karena dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi warga di kampung-Kampung dan sekaligus untuk megurangi angka pengangguran dalam menghasilkan angka-angka lembaran rupiah.

“Saya sambil berusaha jual beli sapu lidi sawit, juga ikut serta membantu program pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran,” tegas Edi.

Diungkapkan Edi, dirinya setiap seminggu sekali membawa sapu lidi sawit rata-rata sebanyak 20 ton sampai 50 ton ke Medan. “Kata toke di Medan, sapu lidi sawit dikumpulkan di Medan, lalu sapu lidi sawit selanjutnya dimasukan dalam peti kemas dibawa ke Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara untuk diekspor ke India dan Pakistan. Tergantung permintaan pesanan, kadang di ekspor ke India dan kadang-kadang dikirim ke Pakistan,” ungkap Edi.

Dipenghujung wawancaranya, Edi mengatakan, informasi yang diperolehnya sapu lidi sawit yang diekpor ke India dan Pakistan untuk dibuat peralatan sembahyang bagi agama Hindu-Budha atau untuk dupa dan untuk keperluan lainnya. WASPADA.id/Muhammad Hanafiah

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE