SIGLI (Waspada): Ribuan nelayan di Kabupaten Pidie mendesak pemerintah daerah setempat segera mewujudkan pembangunan sarana Kolam Labuh di Kota Sigli, demikian Sekretaris Panglima Laot, Kabupaten Pidie Marfian HS, Senin (22/7).
Dia mengatakan secara historis, Kuala (Muara-red) Kota Sigli pada zaman kolonial Belanda, salah satu pelabuhan terbesar di Aceh yang disinggahi kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka.
Dia mengungkapkan keinginan para nelayan Pidie untuk dibangun sarana kolam labuh telah sangat lama. Begitupun para nelayan melalui lembaga Panglima laot Kabupaten Pidie sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat.
Demikian juga para nelayan telah menyampaikan proposal ke DKP Pidie untuk diteruskan ke pemerintah pusat di Jakarta, namun sampai sekarang Kolam Labuh yang diharapkan belum terwujud.
Dikatakannya manfaat Kolam Labuh bagi para nelayan sangat penting. Selain dapat mencegah resiko kecelakaan bagi kapal-kapal nelayan yang keluar masuk muara-muara kecil menuju Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Pidie, keberadaan sarana Kolam Labuh juga mampu menghemat biaya lansir ikan dari satu lokasi TPI ke pajak ikan yang berlokasi di Kota Sigli.
Selain itu, dengan adanya Kolam Labuh juga dapat menjadi ikon destinasi baru Kota Sigli yang mampu meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat setempat.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Kadis DKP) Pidie, Safrizal, S.STP, M.Ec, Dev, membenarkan bila para nelayan melalui Lembaga Panglima Laot sudah sering melakukan koordinasi dengan pihaknya, terkait permintaan mereka agar pemerintah segera mewujudkan pembangunan Kolam Labuh di perairan Kota Sigli.
Menyikapi keinginan para nelayan Kabupaten Pidie, kata Safrizal Pemkab Pidie melalui Dinas Perikanan dan Kelautan yang dipimpinnya tersebut sudah beberapa kali juga mengusulkannya ke pemerintah pusat, namun sampai sekarang belum terwujud.
“Jadi kita tunggu saja realisasinya, semoga keinginan para nelayan kita dapat segera direspon oleh pemerintah pusat,” katanya.
Safrizal mengatakan keberadaan Kolam Labuh bagi masyarakat nelayan kabupaten Pidie sangat penting, karena dengan adanya fasilitas itu para nelayan tidak lagi mengandalkan pasang-surut air laut karena muara yang sempit di beberapa lokasi muara kecil yang saat digunakan sebagai Tempat Pendaratan Ikan (TPI).
Berdasarkan data DKP tahun 2023, jumlah nelayan tangkap di Kabupaten Pidie sebanyak 4.858 orang, jumlah kapal sebanyak 1.442 unit, dengan jumlah produksi nelayan tangkap seberat 2120,78 ton/tahun.
Menurut dia, jika Kolam Labuh itu terwujud, akan banyak kapal-kapal nelayan yang singgah di Kota Sigli karena letaknya yang strategis. “Dengan adanya Kolam Labuh, maka Kabupaten Pidie akan menjadi sentra perikanan yang tentu saja berdampak bagus untuk di segala sisi,” katanya. (b06)