TAPAKTUAN (Waspada) : Ribuan guru honorer, tenaga teknis dan operator sekolah yang tergabung dalam Forum Diskusi Tenaga Honorer Aceh Selatan (FDTHAS) menggelar aksi demonstrasi di Kantor DPRK Aceh Selatan, Jln. Syeh Abdul Rauf, Tapaktuan, Jumat (17/1).
Dengan mengusung spanduk dan kertas karton menuliskan aspirasinya, ribuan massa berseragam hitam putih mengikatkan pita hijau di kepala yang berasal dari ratusan sekolah SD dan SMP sederajat se-Aceh Selatan, berkumpul di badan jalan luar pagar kantor dewan menyampaikan orasi.
Beberapa saat kemudian, dibawah pengawalan ketat aparat Polres Aceh Selatan, Ketua DPRK Rema Mishul Azwa didampingi sejumlah anggota dewan langsung keluar dari gedung dewan menjumpai pengunjuk rasa.
Suriatina, guru honorer SD Panton Luas, Tapaktuan, dihadapan anggota dewan mengungkapkan, mereka benar-benar diperlakukan seperti pahlawan tanpa tanda jasa selama ini. Betapa tidak, berkat pengabdian dan kerja keras tanpa pamrih para guru mendidik siswa di sekolah, anak didiknya kini banyak yang sudah sukses berkarier baik sebagai PNS, TNI/Polri, politisi maupun pengusaha.
“Meskipun umur kami terus menua dimakan usia tapi nasib kami masih juga belum sukses masih berstatus honorer, kami tetap bangga melihat anak-anak didik kami banyak telah sukses. Kami tetap setia dan semangat mendidik siswa – siswi di sekolah meski hanya di gaji Rp.50 ribu/bulan,” kata Suriatina berlinang air mata.
Selama ini, sambung Suriatina, meskipun status mereka bukan PNS tapi demi memastikan jalannya proses belajar mengajar di sekolah tetap berjalan lancar dan sukses, rela mengemban tugas dan tanggungjawab sama seperti guru berstatus PNS.
Tugas yang tak kalah melelahkan lagi juga di pikul tenaga honorer yang bekerja sebagai operator di sekolah. Demi memastikan data tenaga kependidikan dan peserti didik ter-input seluruhnya dengan tenggat waktu tertentu, tak jarang mereka harus bekerja sampai pukul 05.00 WIB subuh.
“Kami rela dan selalu siap mempertaruhkan nyawa demi menyukseskan dunia pendidikan di Aceh Selatan, tapi sayangnya pemerintah tetap mengabaikan nasib kami. Perihnya lagi, penantian panjang kami sudah puluhan tahun berharap diangkat jadi PNS justru dipaksa harus menerima kabar pahit bak petir disiang bolong yaitu seluruh honorer akan di rumahkan (diberhentikan) terhitung akhir tahun 2024 menindaklanjuti UU No. 20 Tahun 2023 Tentang ASN. Nasib ribuan guru honorer kini sangat memilukan,” ungkap pengunjuk rasa.
Pantauan Waspada di lokasi, mendengar curahan aspirasi guru honorer tersebut beberapa srikandi DPRK Aceh Selatan seperti Ketua Dewan, Rema Mishul Azwa, Suhaida dan Novi Rosmita, ikut meneteskan air mata. Bahkan, Ketua DPRK Aceh Selatan Rema Mishul Azwa terlihat beberapa kali menyapu air matanya.
Dalam orasinya, tenaga guru, teknis dan operator yang terdata dalam database menuntut diprioritaskan diangkat jadi PPPK penuh waktu sedangkan yang belum terdata diminta agar didata ulang.
Pemkab Aceh Selatan diminta agar mengalokasikan anggaran dalam DPA dinas terkait untuk mengangkat guru honorer, tenaga teknis dan operator sekolah menjadi PPPK. Mereka juga mendesak DPRK dan Pemkab Aceh Selatan agar menolak dibuka penerimaan tenaga honorer baru dan CPNS sebelum tenaga honorer yang telah mengikuti seleksi PPPK tahap I dan tahap II seluruhnya diangkat menjadi PPPK penuh waktu.
Menanggapi tuntutan pengunjuk rasa, Ketua DPRK Aceh Selatan Rema Mishul Azwa mengatakan seluruh aspirasi yang disampaikan telah mereka tampung semuanya dan lembaga dewan berjanji akan memperjuangkannya ke pemerintah daerah.
“Tak hanya akan memanggil dan melakukan rapat kerja dengan dinas terkait di jajaran Pemkab Aceh Selatan tapi kami juga secara resmi akan menyurati Kemenpan RB, BKN dan DPR RI memperjuangkan nasib guru honorer,” tegas Rema. (chm)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.