LANGSA (Waspada): Mempersiapkan ketersediaan air baku sebagai sumber air bersih di pulau terluar Kota Langsa, yakni Pulau Pusong, dosen Prodi Teknik Sipil Universitas Samudra bersama mahasiswa melaksanakan pengabdian pembuatan pemanenan hujan (Rainwater Harvesting) di Gampong Telaga Tujuh, Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
Ketua tim pengabdian, Eka Mutia (Dosen Prodi Teknik Sipil) didampingi Zulfan Arico (Dosen Prodi Teknik Sipil), Meilandy Purwandito (Dosen Prodi Teknik Sipil), Kamis (7/9) mengatakan, pembuatan pemanenan hujan (Rainwater Harvesting) yang dilakukan selama 2 hari mulai tanggal 5-6 September 2023 yang dilaksanakan di SD Negeri Teulaga Tujuh dan SMPN Teulaga Tujuh dengan melibatkan mahasiswa dari Fakultas Teknik ini bertujuan sebagai solusi kebutuhan air bersih yang dapat diterapkan pada desa di pesisir Kota Langsa.
Di mana, ketersediaan air baku sebagai sumber air bersih masih menjadi permasalahan di Gampong Telaga Tujuh yang merupakan sebuah pulau yang berbatas langsung dengan Selat Malaka. Hingga saat ini warga Gampong Telaga Tujuh memperoleh air bersih dengan cara membeli.
“Air bersih tersebut dibawa dengan menggunakan kapal dari kota Langsa ke Pusong. Kondisi seperti ini membuat masyarakat harus sangat berhemat dalam penggunaan air bersih,” sebutnya.

Saat ini, sambungnya, sebagian masyarakat sudah memanfaatkan air hujan sebagai salah satu sumber air, namun air hujan yang ditampung belum melalui proses penyaringan. Seperti diketahui bahwa air hujan yang jatuh di atap, membawa sisa kotoran/debu yang harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan sehingga air hujan yang ditampung layak untuk dijadikan sumber air bersih.
Teknik pemanenan air hujan atau disebut dengan rainwater harvesting adalah suatu cara pengumpulan atau penampungan air hujan untuk selanjutnya digunakan pada waktu curah hujan rendah. Teknik pemanenan air hujan terdiri teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan (roof top rain water harvesting), dan teknik pemanenan air hujan (dan aliran permukaan) dengan bangunan reservoir, seperti dalam parit, embung, kolam, waduk dan sebagainya.
“Umumnya air hujan tidak berbau. Warna air hujan, total zat terlarut, kekeruhan, rasa, dan suhu di bawah baku mutu kualitas air minum yang dipersyaratkan menurut Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010, sehingga dari aspek fisik air hujan bisa dikonsumsi,” jelasnya.
Melihat kondisi dari Gampong Telaga Tujuh sendiri, maka teknik yang sesuai untuk digunakan adalah roof top rain water harvesting.
Kepala SD Negeri Teulaga Tujuh, Bukhari mengaku sangat bersyukur dengan adanya kegiatan ini, karena selama ini mereka di SD sering kesulitan air.
Menurutnya, air yang datang dari Kota Langsa sering tidak cukup sehingga mereka sering mengalah dan tidak memperoleh air bersih setiap harinya. Dengan adanya pemanenan air hujan ini, kesulitan murid, guru, dan masyarakat dapat akan air bersih menjadi berkurang.
Kepala SMP Negeri Teulaga Tujuh, Masrizal sangat mendukung pembuatan pemanenan air hujan di sekolah yang dipimpinnya.
Dirinya berharap pemanenan air hujan tersebut dapat dijaga dengan baik oleh para siswa dan masyarakat di sekitarnya, sehingga air hujan yang tertampung tersebut dapat dimanfaatkan bersama oleh guru, siswa, dan masyarakat.(b13)