ACEH TAMIANG (Waspada) : Pusat Unggulan Perkebunan Lestari (PUPL) Aceh Tamiang terus berupaya agar buah kelapa sawit petani yang sudah sertifikasi berkelanjutan nasional ISPO dan sertifikasi internasional RSPO harus dapat terjual langsung ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang ada di kabupaten tersebut.
Artinya, tandan buah segar (TBS) hasil panen para petani tersebut tidak lagi dijual melalui agen-agen penampung di tingkat desa yang harganya terkadang jauh lebih murah dari harga di pabrik. Demikian kata Ir Izuddin, Sekretaris Pusat Unggulan Perkebunan Lestari (PUPL) Aceh Tamiang kepada Wartawan Senin (27/11) sore di kantornya.
Dikatakannya, pekebun swadaya yang telah mendapatkan sertifikasi ISPO maupun RSPO mengharapkan adanya perbaikan harga jual TBS dibandingkan dengan produksi pekebun yang belum bersertifikat. “Pada saat ini petani yang telah mengantongi sertifikat RSPO mendapatkan insentif tambahan melalui penjualan kredit RSPO yang dimilikinya, namun belum mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dari pabrik pengolahan, ” tegas Izuddin.
Menurutnya, saat ini lembaga PUPL sedang membangun komunikasi secara intens dengan pabrik kelapa sawit di Aceh Tamiang agar kedepannya dapat menampung buah sawit masyarakat yang lahan perkebunannya sudah memiliki sertifikasi. “Dalam proses penjualannya tentu melalui Koperasi tempat bernaungnya para petani,”ujar Izuddin.
Disampaikannya, PUPL sudah berdiri sejak tahun 2019 lalu dan di lembaga ini terlibat dari berbagai unsur antara lain, perwakilan pemerintah daerah, perusahaan perkebunan, petani, lembaga swadaya masyarakat (LSM), Koperasi, Forum Konservasi Leuser (FKL) serta unsur terkait lain, baik dari swasta maupun pemerintahan.
Disebutkannya,Koperasi yang sudah bergabung dengan PUPL yaitu Koperasi Palm Lestari Tamiang, Koperasi Bumi Sawit Tamiang, Koperasi Sawit Muda Sedia, Koperasi Tamiang Sawita Lestari. “Dari Koperasi tersebut sebanyak 2.205 petani sudah mendapatkan sertifikasi ISPO dan RSPO,” terang Izuddin.
Karena itu, PUPL Aceh Tamiang sejak tahun 2020 sudah mulai melakukan kegiatan pendampingan sangat berharap dan menjadi target kedepan hasil panen kelapa sawit petani bisa terjual ke pabrik, tidak lain agar tercapainya kesejahteraan para petani sawit. “Sangat disayangkan jika pabrik kelapa sawit yang sudah bersertifikasi tidak bisa menampung produksi buah sawit petani yang lahan mereka telah mendapat sertifikasi,” tegas Izuddin.
Sebagaimana diketahui,beberapa institusi yang berkontribusi aktif dalam inisiatif PUPL diantaranya adalah Bappeda, Distanbunnak, DLHK, BPN, Yayasan IDH, Forum Konservasi Leuser, LTKL, Unilever, Pepsico, Musimmas, Koompasia serta didukung beberapa perusahaan lokal seperti PT.Socfindo, PT.Semadam, PT.Patisari dan PT.BSG.(b15).