IDI (Waspada): Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Idi, Aceh Timur, butuh peralatan dan tempat penyimpanan atau pendingin ikan atau cold storage dengan kapasitas 100-300 ton. Hal itu perlu mengingat hasil tangkapan nelayan rata-rata diatas 100 ton per hari.
“Berbagai fasilitas telah dibangun untuk mendukung operasional PPN Idi, tapi cold storage yang telah lama menjadi harapan nelayan sampai saat ini belum terwujud, sehingga harga ikan tidak dapat distabilkan,” kata Wakil Panglima Laot Lhok Kuala Idi, H Husaini, kepada Waspada, Selasa (31/1).
Disaat tempat pendingin ikan tersedia, dia memastikan harga ikan akan stabil, karena ikan tetap tersedia kapanpun. “Disaat hasil tangkapan ikan banjir, tentu harga ikan akan murah. Jika tidak dijual, maka ikan tentu membusuk,” katanya.
Tetapi ketika cold storage tersedia di PPN Idi, maka seluruh hasil tangkapan ikan dapat tersimpan dan kapanpun ikan dibutuhkan tetap tersedia dalam berbagai jenis. “Tempat pendingin ikan tidak tersedia di PPN Idi, sehingga hasil tangkapan ikan dijual seluruhnya ke Sumatera Utara,” kata H Husaini.
Ketika hasil tangkapan menurun, lanjutnya, maka harga ikan akan melambung tinggi seperti dalam sebulan terakhir. “Oleh karenanya, kami berharap pemerintah untuk mengusulkan tempat pendingin ikan di PPN Idi, sehingga harga ikan normal dan masyarakat tidak kesulitan memperoleh ikan yang berkualitas,” ujar H Husaini.
Anggota DPRK Aceh Timur, Tarmizi alias Keuchik Midi, terpisah mengatakan, pihaknya sepakat dengan usulan tokoh nelayan dalam pengadaan cold storage di PPN Idi, namun mendatangkan tempat pendingin ikan secara lengkap itu membutuhkan anggaran miliaran rupiah.
“Kita berharap Pemerintah Aceh ataupun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI untuk memperhatikan berbagai fasilitas di PPN Idi, baik cold storage maupun sarana dan prasarana lainnya, sehingga status PPN di Aceh Timur benar-benar sempurna,” demikian Keuchik Midi. (b11).