BLANGPIDIE (Waspada): Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya (Pemkab Abdya), diminta segera menyelamatkan bangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS), asset ‘Nanggroe Breuh Sigupai’, yang dibangun dengan menguras anggaran daerah puluhan miliar.
Bangunan tersebut saat ini dibiarkan terlantar, tanpa pemanfaatan. Padahal, untuk membangun pabrik kelapa sawit dimaksud, Pemkab Abdya harus menguras keuangan daerah puluhan miliar, dengan mengenyampingkan kepentingan masyarakat lainnya, yang tidak kalah emergencynya.
Seperti yang diuraikan H Syamsidik Ibrahim, salah seorang tokoh yang sangat berpengaruh di Abdya. Kepada Waspada Senin (27/2), pihaknya mengaku sangat prihatin dengan kondisi bangunan PKS Abdya, yang terletak di kawasan Desa Lhok Gayo, Kecamatan Babah Rot tersebut.
Katanya, saat ini bangunan bernilai puluhan miliar itu, dibiarkan terlantar tanpa pemanfaatan sebagaimana mestinya. Bahkan, bangunan itu terancam jadi bangunan tua dan tinggal menunggu masa untuk ambruk.
Pengusaha kelas satu di ‘Nanggroe Breuh Sigupai’ yang juga mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) abdya ini berharap, Pemkab Abdya secepatnya mengambil langkah dan kebijakan, untuk menyelamatkan bangunan PKS yang telah menghabiskan puluhan miliar, dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus Aceh (DOKA) itu.
“Jika tidak segera diselamatkan, dipastikan bangunan PKS milik Pemkab itu sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. Artinya, bangunan dan proyek pembangunannya, sudah merugikan Negara,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui lanjutnya, bangunan PKS terbengkalai tersebut didirikan diatas tanah seluas 26 hektar, dikawasan kebun kelapa sawit milik rakyat di Desa Lhok Gayo, Kecamatan Babah Rot, dengan menghabiskan anggaran senilai Rp30 miliar, sumber Otonomi Khusus (Otsus) 2010 (sekarang (DOKA).
“Banyak cara untuk menyelamatkan aset daerah itu. Salah satunya, dengan cara mengaet investor, baik dalam maupun luar negeri, untuk investasi refiniry (pengolahan) Crum Palm Oil (CPO),” sebutnya.
Jika ada investor yang mau investasi minyak goreng pada bangunan PKS itu tambah Syamsidik, di samping aset Pemerintah terselamatkan, juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, serta terciptanya hilirisasi CPO yang ada di daerah.
Syamsidik juga mengatakan, Abdya dikenal memiliki kebun kelapa sawit milik rakyat, yang luasnya mencapai 25 ribu hektar di kawasan Kecamatan Babah Rot dan Kecamatan Kuala Batee. Selama ini, hasil produksi Tandan Buah Segar (TBS) dipanen oleh petani mencapai 1.500 ton perhari, ditampung dua PKS milik swasta, di kawasan Kabupaten Nagan Raya untuk diolah menjadi bahan baku CPO.
“Kalau ada investor yang memanfaatkan bangunan PKS Pemerintah untuk refinery, maka akan lahir beberapa produk turunan kelapa sawit menjadi barang jadi bernilai ekonomis di masyarakat, ” ujarnya.
Di samping mendorong sektor hilirisasi di daerah, manfaat keberadaan investasi refinery tersebut, juga dapat terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Sehingga angka pengangguran menjadi berkurang. “Investasi itu berperan penting dalam upaya pemulihan ekonomi daerah, usai dilanda pandemi,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Sayamsidik juga mengapresiasi Pj Bupati Abdya Darmansyah, yang selama ini begitu gencar mencari imvestor, untuk investasi di bangunan PKS tersebut. “Salut pada bapak Pj Darmansah. Ini luar biasa, meskipun belum ada jawaban dari pengusaha, namun beliau sudah berupaya memajukan daerah kita, ” pungkasnya.
Sebelumnya, Pj Bupati Darmansah berencana memanfaatkan bangunan PKS tersebut untuk usaha para investor, dalam upaya mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan menggaet investor dari luar untuk masuk ke Abdya. Pada Rabu (26/10) lalu, terdapat tiga investor unggas dari luar daerah, yang hadir bersama Pj Bupati Abdya ke lokasi bangunan PKS itu, untuk meninjau dan mempelajari medan, sebelum berinvestasi di daerah yang dikenal dengan sebutan ‘Kota Dagang’ Barat Selatan Aceh (Barsela) ini.
Tiga investor itu masing-masing Rinaldy Anggada (Presiden Direktur PT. Putra Perkasa Genetika Indrustri Pengungasan), Anggiat Sitompul dan Ang Hendra.
Untuk diketahui, lokasi bangunan PKS yang terbengkalai itu luasnya sekitar 23 hektare. Di lokasi itu, masih berdiri kokoh bangunan tempat direncanakan pengolahan sawit, yang masih layak pakai. Sementara di lokasi lahan yang tidak terpakai, telah dimanfaatkan oleh warga setempat, dengan menanam jagung.
Pj Darmansah mengatakan, Pemkab Abdya memberi peluang kepada investor, apalagi di bangunan PKS yang tidak terpakai lagi. Daripada bangunan itu tidak terpakai, lebih baik dimanfaatkan untuk usaha yang lain, yang bernilai positif bagi daerah dan masyarakat.(b21)