Scroll Untuk Membaca

Aceh

Pilkada Subulussalam; Antara Kualitas Dan Kuantitas Paslon Atau Fanatisme Pemilih

Pilkada Subulussalam; Antara Kualitas Dan Kuantitas Paslon Atau Fanatisme Pemilih

SUKSESI Pilkada Serentak 2024 kian dekat. Dari ratusan kabupaten/kota se-Indonesia ikut kontestasi Pilkada, Rabu 27 November 2024, salah satunya Kota Subulussalam. 

Catatan khusus, kota ini pasca mekar dari Aceh Singkil, tahun ini adalah Gelaran Keempat Pilkada. Empat kontestan Pasangan Calon (Paslon) Wali Kota dari berbagai latar belakang telah melakukan kampanye dialogis, turun ke semua daerah dan tingkatan masyarakat dengan sejumlah trik demi meraih simpati, debat publik difasilitasi Komisi Independen Pemilihan (KIP) serta kampanye akbar telah berakhir.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Pilkada Subulussalam; Antara Kualitas Dan Kuantitas Paslon Atau Fanatisme Pemilih

IKLAN

Jika beberapa bulan lalu tulisan di media ini, ‘Menakar Peluang Bintang Kejar Periode II Salmaza Menjadi Rival’ dengan sejumlah keistimewaan Bintang, meski tak bisa dipungkiri sisi kelemahan, fakta hari ini nyaris telah terjawab. Ada sosok petarung siap menghadapi sang incumben, beradu gagasan, ide dan sebagainya untuk merebut jabatan wali kota.

Ketika pentahapan telah selesai, debat dan tebar janji kepada setiap konstituen, termasuk menghadirkan juru kampanye kaliber nasional dan diselingi Tabligh Akbar Dai Kondang UAS ‘dimotori’ satu paslon, secara umum masyarakat tercerahkan. 

Mungkin pertanyaan dasar, apa latar belakang warga menentukan pilihan pemimpin kota ini untuk lima tahun ke depan, 27 November 2024. Tak dipungkiri banyak faktor, seperti fanatisme terhadap sosok yang didukung dan ‘tidak tertarik’ dengan sosok lain bila tidak etis disebut antipati, timbal balik yang mungkin akan diperoleh saat kandidat terpilih, materi maupun faktor lainnya.

Fenomena empat paslon disahkan KIP Kota Subulussalam, meskipun semula satu dari empat paslon disebut Tidak Memenuhi Syarat (TMS). Berubah menjadi MS akibat protes/unjuk rasa massa salah satu paslon ke KIP dua hari berturut.

Konkritnya, dua kali dalam waktu berbeda KIP lakukan Pencabutan Nomor Urut Paslon. Satu nomor urut tersisa, 4 menjadi milik Bisa, sehari sebelumnya Angka 1 untuk Paslon Perseorangan Sabah, 2 Rabbani dan 3 Fakar.

Terlepas fenomena penilaian sisi positif dan negatif terhadap sosok Bintang dan Salmaza (Bisa), periode pra Pilkada 2024 sepaket memimpin dan kini menjadi rival, kans merebut kursi wali dan wakil wali kota tampak lumayan berat.

Paslon Perseorangan, Drs. Salmaza, MAP dan Bahagia Maha (Sabah), tak bisa dipandang sebelah mata.

Salmaza mantan birokrat, pernah Camat Rundeng dan Simpang Kiri, pejabat eselon II Pemko dan dua kali wakil wali kota, diyakini punya basis massa militan. 

Pasangannya Bahagia Maha, lima tahun periode lalu anggota DPRK dikenal cukup vokal. Bagi eksekutif pada era Kepemimpinan Bisa, politisi PAN ini lantang bersuara membela kepentingan masyarakat, mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah jika dinilai tak memberi manfaat kepada masyarakat.

Beda dengan Paslon Urut 2, Haji Rasyid Bancin (HRB) dan Nasir Kombih usungan Partai Gerindra bersama PKB, PKS, Demokrat, PPP dan PNA mengusung ‘Wajah Baru, Harapan Baru’, tak cuma pecundang. 

HRB tokoh muda yang tak asing lagi, berkecimpung di bidang pendidikan, khusus pondok pesantren. Mubaligh dengan pergaulan tak sebatas lokal ini ‘diklaim’ akan mampu membawa perubahan untuk masyarakat dan Kota Subulussalam yang lebih baik. 

Sosok sang wakil Nasir, saudara kandung almarhum Merah Sakti (dua periode wali kota), Periode I bersama Affan Bintang dan II Salmaza.

Lantas Paslon 3, kental politisi. Keduanya mantan anggota DPRK, Fajri Munte dan Karlinus (Fakar). Meski muncul belakangan, awal kehadiran Fakar disambut gegap gempita massa. Slogan, ‘Fakar Solusi Untuk Subulussalam’.

Sosok Fajri Munte, tiga periode unsur Pimpinan DPRK diyakini punya massa dan pengaruh besar pada percaturan politik daerah ini. Partai Aceh dan PBB ada bersama Ketua DPD II Partai Golkar Subulussalam ini, juga masih tergolong muda.

Demikian pula Karlinus, politisi Partai PBB. Dua kali menjadi anggota DPRK meski tidak berturut, bukti sosok ini punya strategi meraup suara.

Di sisi lain, Karlinus bisa jadi dinilai sebagai sosok mewakili ‘massa’ Kecamatan Penanggalan. Tiga kali gelar Pilkada kota ini, perwakilan kecamatan ini nihil sehingga saat Karlinus muncul, suara dukungan menggeliat. 

Karlinus muda, kreatif dan punya pengalaman sebagai legislator, secara ekonomi dinilai cukup mapan. Fakar saling melengkapi sehingga tidak mudah dikalahkan terlebih di-back up sosok pengusaha setempat.

Lantas Affan Alfian Bintang, punya pengalaman masing-masing satu periode sebagai wakil dan wali kota. Hanya ironis, saat sebagai wali kota bersama Salmaza (Bisa), virus covid-19 melanda negeri ini.

Tak ayal, wabah ini seolah menjadi ‘kambing hitam’ pemicu naik angka defisit, pembayaran upah honorer tersendat. Bahkan sampai saat ini era Kepemimpinan Pj. Wali Kota, Azhari mengalami hal sama ‘diklaim’ warisan Bisa.

Sisi negatif sosok kepemimpinan Bisa, kantong-kantong keuangan bermasalah. Kata defisit nyaris tak pernah hilang dimasa Bisa. Defisit telah mempengaruhi langsung para tenaga honorer, tak kecuali PNS dan menyulut terjadi unjuk rasa, protes massa terhadap kebijakan Bisa yang dinilai tega mengabaikan hak-hak tenaga honorer.

Kini, kesungguhan Bintang kejar target dua periode tak tanggung-tanggung. Bintang bermanuver menggandeng birokrat, Irwan Faisal, seperti yang ia lakukan periode lalu bersama Salmaza, juga birokrat. 

Bintang sosok pengusaha, bahkan dermawan yang nyaris tak punya tandingan di Bumi Sada Kata Kota Subulussalam. Bisa jadi tidak ada masyarakat daerah ini yang tak kenal Bintang.

Affan Alfian Bintang – Irwan Faisal, juga dinamai Bisa (Bintang – Faisal). Serupa dengan periode lalu, hanya beda sosok, Salmaza dan Faisal. Bisa diusung Partai Hanura, kursi terbanyak di DPRK periode 2024-2029, didukung PAN, Nasdem dan PSI.

Menarik sosok Irwan Faisal, dia lepaskan atribut Aparatur Sipil Negara (ASN) demi perjuangan posisi wakil. Pengalaman birokrasi, camat dan pejabat eselon II.

Lantas, teredukasikah massa pemilih melalui strategi yang dilakukan para tokoh sentral paslon, termasuk KIP sehingga pemimpin yang terpilih akan benar-benar representatif, bukan buah dari politik uang atau lainnya. Semua kembali terpulang kepada massa pemilih.

Kota ini didiami beragam etnis membutuhkan pemimpin terbaik, harus memahami benar kondisi negeri ini. Ke depan, jika banyak pembiayaan untuk daerah termasuk menutup defisit dan sebagainya, sangat tak pantas jika hak para tenaga honorarium jadi sasaran.

Bukankah pembayaran honorarium sudah lebih dahulu dianggarkan dan nyaris tak beda dengan ASN atau karyawan yang gaji rutinnya dibayar setiap bulan karena penganggaran di depan.

Sebagai penambah referensi pemilih untuk menentukan pilihan, visi dan misi paslon penulis ringkas dalam tulisan ini, sesuai nomor urut paslon.

Sabah, ‘Terwujud perubahan untuk Subulussalam maju berlandaskan Pancasila Islami dan Berkelanjutan’.

Misinya, peningkatan kualitas dan kapasitas manusia, kesejahteraan dan perubahan sosial, potensi ekonomi lokal berdaya saing dan stimulasi pembangunan industri berdasarkan riset dan inovasi dengan prinsip demokrasi ekonomi Pancasila, menjamin kemerdekaan masyarakat menjalankan ibadah, pemenuhan hak dasar, perlindungan kesra dan HAM yang adil, wujudkan infrastruktur berkualitas berwawasan lingkungan demi kemajuan, jalankan reformasi birokrasi secara dinamis dan susun produk hukum berazas Pancasila dalam kerangka NKRI.

Paslon Rabbani, ‘Subulussalam Islami, Maju dan Berkelanjutan’. Misi, tingkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, pelaksanaan Syariat Islam, wujudkan ekonomi kerakyatan dan tata kelola pemerintahan serta keuangan yang baik dan bersih dan merata pembangunan infrastruktur.

Paslon Fakar, ‘Terwujud Kota Subulussalam Maju dan Sejahtera Melalui Pemerintahan dan Transparan’. Misi, kembalikan wibawa Pemko dengan perbaikan tata kelola pemerintahan, ekonomi dan keuangan, bangun kualitas SDM melalui sistem pendidikan dan kesejahteraan guru, ciptakan layanan kesehatan dengan memperbaiki fasilitas kesehatan dan jaminan kesejahteraan dokter dan tenaga kesehatan, tingkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan kemudahan akses modal usaha dan bangun industri kreatif anak muda, bangun infrastruktur berdampak tumbuhnya ekonomi masyarakat dan tata ruang kota berkelanjutan serta jaminan penegakan Syariat Islam, kerukunan beragama dan memberi ruang kesetaraan semua suku. 

Paslon Bisa, ‘Subulussalam Maju Sejahtera dan Islami’. Misi, tumbuhkan ekonomi masyarakat berbasis pertanian, perikanan, perkebunan, UMKM dan pariwisata membuka lapangan kerja dan kurangi kemiskinan, bangun SDM unggul, kreatif, produktif dan berkarakter, tingkatkan layanan kesehatan berkualitas dan terjangkau, bangun infrastruktur yang merata, terukur dan bermanfaat, wujudkan gogo converence, layanan berkualitas dan mudah diakses, penerapan syariat Islam pada sistem sosial budaya dan kemasyarakatan.

Kilas balik Pilkada Subulussalam sejak 2008 (20/10), diikuti enam paslon, Merah Sakti – Affan Alfian Bintang, Mahadi Bancin – Hasan Basri, Muslim Ayub – Usni Basarudin, Rahmi Syukur – Musmuliadi, Asmauddin – Salmaza, Rusdy Hasan – Ismail K dan Mahdani – Tarmini Pinem.

Pilkada II 2013 (29/10) empat paslon, Affan Alfian Bintang – Pianti Mala, Syarifuddin – Musmuliadi, Merah Sakti – Salmaza dan Asmauddin – Salihin.

Pilkada III, 2018 (27/6) lima paslon, Jalaluddin – Wagiman, Sartina – Dedi Anwar, Asmauddin – Asmidar, Anasri – Sabaruddin dan Affan Alfian Bintang – Salmaza.

Khairul Boangmanalu

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE