Pidie KLB Polio, Kemenkes Imunisasi Massal Aceh

  • Bagikan
Pidie KLB Polio, Kemenkes Imunisasi Massal Aceh

JAKARTA (Waspada): Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan akan menggelar imunisasi massal di seluruh wilayah Aceh pada 28 November dan 5 Desember 2022.

Langkah tersebut diambil menyusul temuan satu kasus polio tipe 2 di Kabupaten Pidie, Aceh, pada 10 November 2022.

“Di Pidie kita akan mulai imunisasi massal pada 28 November, dan tanggal 5 Desember untuk seluruh wilayah kabupaten dan kota di seluruh wilayah Aceh,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu, Sabtu (19/11).

Maxi mengatakan satu pasien anak berusia tujuh tahun ditemukan terinfeksi virus polio tipe 2 dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Pasien awalnya mengalami gejala demam sejak 6 Oktober yang dibarengi dengan kelemahan gerak di anggota tubuhnya.

Setelah rasa lemah pada kaki kirinya itu dirasa tak berkurang, anak itu kemudian dibawa ke RSUD Teuku Chik Ditiro, Sigli. Ia dirawat hingga 18 Oktober lalu.

Karena tak kunjung membaik, dokter anak di RS tersebut mulai curiga atas indikasi polio dan memutuskan untuk mengambil asesmen.

Hasil sampel tersebut mulai dikirim ke pusat pada 21-22 Oktober 2022. Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa anak itu positif tipe 2 polio dan tipe 3 Sabin.

“Setelah sampel itu dikirim ke pusat, mulai diperiksa dan tanggal 7 November, keluar hasilnya melalui PCR, dan ternyata tipe 2 polio, dan ada tipe 3 Sabin,” ujar Maxi.

“Kemudian dikirim ke Biofarma pada 8 November untuk hasil sekuensing, dan ternyata benar bahwa dia terkena tipe 2,” katanya menambahkan.

Maxi menyebut pasien tidak memiliki riwayat imunisasi polio sebelumnya, pun juga riwayat perjalanan ke luar negeri. Menurutnya, pasien kini sudah mulai bisa berjalan meski harus dibantu oleh fisioterapi untuk memulihkan massa otot yang lumpuh.

“Kemarin kami cek kondisi anaknya, dan sudah mulai jalan meski masih tertatih-tatih. Memang tidak ada obat, tapi nanti tinggal di-fisioterapi untuk mempertahankan massa otot,” ujarnya.

Maxo menegaskan pentingnya cakupan imunisasi yang merata di seluruh Indonesia. Ia yakin jika imunisasi diimplementasikan dengan tepat, maka virus polio akan tereradikasi per-2026.

“Pencegahan polio satu-satunya ya cuma vaksin polio, dampaknya besar sekali. Jadi kalau anak-anak kita sudah diimunisasi lengkap, saya sangat yakin kita 2026 itu eradikasi, enggak ada virus liar lagi,” katanya.

“Selain kita harus intervensi lingkungan, sekalipun virus liar itu masih ada, tapi kalau semua anak-anak sudah punya kekebalan dia bisa lawan,” imbuhnya.

KLB

Sebelumnya Jumat (18/11) pihak Pemkab Pidie telah melaksanakan konferensi pers kronologis penemuan kasus polio tersebut.

Disebutkan kasus ini sempat menghilang sejak 2014. Virus polio ini kembali ditemukan di Pidie setelah menginfeksi seorang anak berumur tujuh tahun di Kecamatan Mane.

Awalnya anak tujuh tahun yang tidak disebut namanya itu, menderita demam pada 6 Oktober 2022. Tiga hari kemudian mulai muncul gejala nyeri pada persendian dan kelemahan anggota gerak dan lumpuh layu.

Lalu pada 18 Oktober, anak tersebut mulai ditangani secara intensif di Rumah Sakit Umum Tgk Chik Ditiro Sigli dengan mengdiagnosa pasen anak tersebut melalui pemeriksaan di laboratorium kemudian berlanjut ke laboratorium Prof Sri Oemijati, Kemenkes Jakarta. Hasilnya, dikonfirmasi bahwa pasien telah terinfeksi virus polio.

Kontan Penjabat Bupati Pidie Wahyudi Adisiswanto menetapkan kasus ini sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Deklarasi KLB itu dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Pidie, perwakilan Dinkes Provinsi Aceh, perwakilan Kementerian Kesehatan, unsur World Health Organization (WHO), dan perwakilan United Nations Children’s Fund (Unicef), di Pendopo Pidie, Jumat (18/11).

Wahyudi pada kesempatan itu memaparkan, seperti diketahui Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya sudah dinyatakan bebas polio dan dunia saat ini bergerak menuju eradikasi, untuk menghilangkan polio dari seluruh negara. Maka imunisasi adalah hal penting untuk pencegahan virus polio dan penyakit menular lainnya.

Wahyudi juga mengajak pimpinan daerah beserta satuan kerja pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok remaja, PKK, organisasi profesi, ormas, lembaga pendidikan, kader akademisi, media massa, dan swasta untuk mendukung pencegahan penularan virus polio.

Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Arika Husnayanti Aboebakar SpOG K mengatakan khusus untuk penanganan pasien, saat ini sudah dilakukan kunjungan ulang oleh Dokter Spesialis Anak dan dianjurkan untuk dilakukan rehabilitasi medik.

Arika mengatakan, untuk segera menanggulangi KLB maka sesuai petunjuk dari Tim Komite Ahli maka akan segera dilakukan respon imunisasi sub-PIN, dengan memberikan imunisasi tetes polio untuk semua anak usia 0 hingga13 tahun, agar terbentuk kekebalan terhadap polio serta penguatan sistem surveilans untuk mendeteksi cepat adanya kasus lumpuh layuh mendadak di masyarakat. “Target imunisasi adalah 95 persen dan merata di semua wilayah, agar kekebalan komunitas dapat tercapai,” ujarnya.

Selanjutnya, Dinas Kesehatan Pidie bersama dengan tim dari Dinas Kesehatan Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan UNICEF sudah melakukan respon awal berupa Penyelidikan Epidemiologi (PE) termasuk pencarian kasus tambahan di wilayah terdampak baik di masyarakat maupun melalui kunjungan ke puskesmas dan rumah sakit setempat, dan melakukan review cakupan imunisasi dan penilaian kondisi sosial (social assessment) untuk mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat di wilayah terdampak terhadap imunisasi. Selain itu koordinasi dan pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC) juga segera dilakukan.

Dijelaskan Arika, untuk diketahui virus polio menular melalui air yang tercemar tinja yang mengandung virus polio. Jika virus ini masuk ke dalam tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio secara lengkap, maka virus akan berkembang biak di saluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan.

Ini dapat terjadi jika cakupan imunisasi rendah dalam jangka waktu yang cukup lama ditambah dengan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik. “Untuk itu kebiasaan atau perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) harus segera dihilangkan,” ungkap Arika.(cnni)

FOTO: Penjabat Bupati Pidie Wahyudi Adisiswanto saat konferensi pers menetapkan kasus temuan polio sebagai kejadian luar biasa (KLB). Waspada/Ist


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Pidie KLB Polio, Kemenkes Imunisasi Massal Aceh

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *