TAPAKTUAN (Waspada) : Sistemiknya persoalan defisit anggaran yang tengah menggerogoti APBK Aceh Selatan sekarang ini dimana angkanya diprediksi telah tembus diatas seratus miliar rupiah, tak terlepas akibat minimnya capaian Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Untuk mengatasi persoalan yang telah menjadi ‘tradisi’ dari rezim ke rezim itu, Koordinator Forum Peduli Aceh Selatan (For-PAS), T. Sukandi menawarkan solusi dengan harapan dapat ditindaklanjuti segera oleh pemerintah daerah setempat demi mewujudkan Aceh Selatan bangkit, maju dan produktif ke depannya.
“Pandangan kami, satu-satunya solusi yang visioner mengatasi minimnya capaian PAD adalah hanya dengan cara segera wujudkan pendirian pabrik industri manufaktur di daerah ini,” kata T. Sukandi kepada Waspada di Tapaktuan, Jumat (17/1).
Sukandi mengatakan, solusi menghadirkan pabrik industri dinilai merupakan langkah strategis untuk meningkatkan PAD. Sebab peningkatan PAD merupakan salah satu modal serta instrumen untuk mewujudkan perspektif konsep keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan daerah.
Apalagi, sambung Sukandi, langkah menghadirkan pabrik industri di Bumi Teuku Cut Ali itu didukung oleh ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah baik disektor pertambangan, perkebunan, kelautan dan perikanan maupun pertanian.
“Ada 3 sektor ril saya jadikan sampel untuk menjadikan Aceh Selatan dapat bangkit dan maju menyongsong masa depan lebih cerah dan sejahtera ke depannya,” ujar Sukandi.
Pertama, kata T. Sukandi, Kabupaten Aceh Selatan memiliki kandungan material biji besi yang melimpah. Menurutnya, hal itu dapat dibuktikan dengan adanya tumpukan biji besi di Pelabuhan Tapaktuan.
Setiap bulan, sebanyak tiga unit armada kapal bersandar di Dermaga Pelabuhan Tapaktuan mengangkut biji besi ke Sulawesi dengan bobot angkut kapal 10.000 ton per sekali jalan.
“Jika dikalkulasikan sebanyak tiga kapal dalam satu bulan maka setiap bulannya mencapai 30.000 ton biji besi diangkut keluar,” sebutnya.
Dengan melimpahnya ketersediaan material biji besi itu, T. Sukandi meminta kepada Pemkab Aceh Selatan segera mendirikan pabrik industri pengolahan besi (perusahaan manufaktur).
Kehadiran pabrik industri besi siap jadi tersebut akan menyerap tenaga kerja lokal serta Aceh Selatan akan mendapatkan pemasukan PAD melalui deviden (pembagian keuntungan perusahaan).
“Jika program ini terwujud dengan sendirinya kita dapat meningkatkan PAD. Sebab di sektor ril ini kita akan mendapatkan keuntungan maksimal ratusan miliar rupiah per tahun bila industri dapat dikelola secara optimal dan profesional. Untuk modalnya, kita dapat bekerja sama dengan investor luar,” kata Sukandi.
Selain itu, Aceh Selatan yang dikenal memiliki perkebunan sawit yang luas telah berdiri pabrik CPO di Kecamatan Trumon Timur dan Bakongan.
Namun sayangnya daerah itu belum memiliki pabrik industri turunannya seperti pabrik minyak goreng, mentega, sabun dan lain sebagainya.
Atas dasar itu, Sukandi menilai Aceh Selatan sudah sangat tepat dan strategis mendirikan pabrik industri yang mampu mengolah CPO jadi produk siap pakai bernilai jual.
Untuk modalnya, bisa didapatkan dengan kebijakan daerah. Aceh Selatan yang terdiri dari 260 desa maka jika saja 260 desa melalui BUMG menanamkan saham sebesar 100 juta rupiah per desa maka telah ada modal mencapai 26 miliar rupiah.
“Melalui penyertaan modal bersama ini, setiap desa akan mendapat keuntungan berdasarkan berapa jumlah saham yang di tanamkan. BUMG bersama dalam bentuk industri ini juga akan menyerap tenaga kerja serta akan memberikan kontribusinya pada peningkatan PAD,” ujarnya.
Kemudian, Aceh Selatan juga memiliki kandungan material Batu Marmer yang melimpah dimana kualitasnya setara dengan Batu Marmer Italia yang depositnya jutaan kubik berada di Kecamatan Pasie Raja, Meukek, Labuhanhaji Timur dan beberapa kecamatan lainnya.
Batu marmer ini, kata Sukandi, telah diproduksi oleh Kampus Politeknik Aceh Selatan (Poltas) secara manual, hanya saja saat ini kapasitas produksinya secara manual hanya mampu menghasilkan 7 keping Batu Marmer per hari.
“Namun meskipun masih manual, tapi orderan tidak tertampung karena banyaknya permintaan,” ungkap Sukandi.
Dia juga meminta pemerintah daerah dapat mendirikan pabrik industri Batu Marmer di daerah itu dengan bekerjasama dengan investor lokal maupun luar daerah.
“Jika ide dan gagasan ini dapat direalisasikan dengan serius maka secara ekonomi kita bisa tidak akan sepenuhnya lagi bergantung ke Medan, Sumatera Utara akan tetapi Medan yang akan datang berbelanja ke Kabupaten Aceh Selatan. Sesungguhnya kita berkategori mampu untuk bangkit dan maju tapi tergantung keseriusan masyarakat dan pemerintah daerahnya,” pungkas Sukandi. (chm)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.