KUTACANE (Waspada): Pengguna jalan dari berbagai wilayah di Aceh Tenggara, mengaku kesal dan kecewa melihat semrawutnya lalu lintas di ruas jalan Simpang Semadam – Semadam Asal dan Simpang Semadam.
Pasalnya, selain mobil truck dan mobil barang parkir di sembarang tempat, kemacetan dan kesemrawutan juga diperparah lagi dengan banyaknya pedagang meletakkan barang dagangan pada badan jalan Kabupaten Simpang Semadam – Semadam Awal Pantei Dona.
Riko, salah seorang warga mengaku kesal dan heran ketika melintasi jalan Simpang Semadam – Semadam Asal, masalahnya setiap waktu pekan terutama pada hari Selasa, jalan yang juga menuju Bandara Alas Leuser tersebut, seringkali macet akibat centang perenangnya kondisi pasar.

“Heran juga melihat semrawutnya pasar dan tak adanya petugas dari dinas terkait yang mengatur arus lalu lintas, masalahnya setengah badan jalan telah digunakan pedagang untuk memajang dagangannya, akibatnya jalan jadi macet dan sempit,” tukas Riko.
Macet dan semrawutnya jalan kabupaten pada setiap pekan Simpang Semadam, sambung Amin, warga lainnya, memang telah menjadi rutinitas yang mudah ditemukan, karena itu sebaiknya pihak Dinas Perhubungan dan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Tenaga Kerja bersikap tegas mengatur ketertiban di pekan Simpang Semadam tersebut.
Selain itu, pihak Dinas Perhubungan dan Dinas Dagperinaker juga sebaiknya menertibkan kondisi jalan umum di pasar Lawe Sigalagala maupun beberapa pasar lainnya, agar tidak semrawut dan centang perenang.
Kadis Perhubungan, Zahrul Akmal.S.STP kepada Waspada.id, Selasa (29/8) mengatakan, saat ini tak ada lagi petugas Dishub yang menjaga ketertiban jalan pada beberapa pekan di Simpang Semadam, Lawe Sigalagala dan Pekan Lawe Desky,” Sejak pegawai dirumahkan akibat tak ada dana lagi, karena itu tak ada lagi petugas ya g bertugas di lapangan,” ujar Zahrul Akmal.
Kadis Perdagangan Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dagperinaker), Rahmad Fadli.S.TTP kepada Waspada.id, Selasa (29/8) menjelaskan, gelar dagangan pedagang pada setengah badan jalan di Simpang Semadam, akibat tak muatnya lagi lokasi berjualan pada Lods Simpang Semadam.
Karena itu, pedagang menggelar barang dagangannya di badan jalan Simpang Semadam – Semadam Asal, namun demikian, kendati mereka berdagang di badan jalan, pedagang tetap membayar uang cok atau retribusi pada dinas Dagperinaker.
“Setiap pedagang membayar uang cok sebesar Rp2 ribu, sedangkan untuk setiap bulannya retribusi yang dibayar seluruh pedagang sebesar Rp1 juta,” ujar Fadli.(cseh/b16).