“Pak Kapolda Tolong Tangkap Cukong Kayu, Mereka Penyebab Banjir Di Aceh Utara”

- Aceh
  • Bagikan

ACEH UTARA (Waspada): Ketua DPC Kongres Advokad Indonesia, T Hasansyah, SH, Rabu (5/1) pagi melalui siaran pers kepada Waspada.id mengatakan, pihaknya meminta Kapolda Aceh untuk menangkap cukong kayu sebagai penyebab banjir di Aceh Utara setiap akhir tahun.

“Pak Kapolda Aceh, tolong tangkap para cukong kayu yang saban hari merambah hutan Aceh Utara dan Bener Meriah, hingga menyebabkan bencana banjir setiap akhir tahun di Kabupaten Aceh Utara,” kata mantan aktivis ’99 itu.

Kata T Hasansyah, para cukong kayu selama ini terkesan tidak terjamah oleh penegak hukum. Padahal perbuatan mereka cukup meresahkan, sedikitnya setiap akhir tahun 40.000 jiwa warga Aceh Utara menjadi korban bencana banjir.

Menurut T Hasansyah, bencana banjir yang melanda Aceh Utara bukan hanya karena persoalan belum maksimalnya pembangunan tanggul sungai semata, namun lebih disebabkan oleh pembalakan liar.

“Ada tangan-tangan jahat yang merambah hutan Aceh Utara dan Bener Meriah. Merekalah penyebab Utama dari bencana banjir ini. Kita akui curah hujan cukup tinggi selama seminggu ini, tetapi tidak sertamerta jadi alasan utama. Aparat penegak hukum harus buka mata hati mengakui ada pembalakan liar di hulu,” sebut Hasansyah.

Hasansyah berharap dalam waktu seminggu ke depan ada cukong kayu yang ditangkap oleh aparat keamanan. Dan kata Hasansyah, para cukong kayu itu setiap hari berlalu lalang di Lhoksukon dan sekitarnya.

Kemudian, kata T Hasansyah, kunjungan anggota DPR dari komisi tiga bersama Kapolda Aceh ke Lhoksukon, pada 4 Januari harus mampu memberi titik terang penyebab banjir yang melanda Aceh Utara dan Aceh timur.

“Anggota Komisi Tiga DPR RI, Nasir Jamil harus berani tegur Kapolri untuk menghentikan penjarahan hutan di tiga kabupaten yakni Aceh Utara, Bener Meriah dan Aceh Timur,” ucap Hasansyah.

Dalam siaran pers itu juga disebutkan, 40.000 masyarakat Aceh Utara di beberapa kecamatan langganan banjir di Aceh Utara selama seminggu telah merasakan penderitaan akibat bencana alam banjir.

“Hidup di pengungsian itu tidak enak dan tidak nyaman. Kami sangat menderita. Hari-hari makan mi instan di dapur umum,” ungkapnya.

Putra Kecamatan Matang Kuli ini kepada Waspada memgaku sudah cukup jera setiap musim hujan pada setiap akhir Desember di setiap tahun.

“Selain menangkap cukong kayu, pembangunan fisik penahan banjir juga harus dilakukan tepat sasaran. Jika hal ini dilakukan, maka banjir di Aceh Utara tidak akan separah dua tahun terakhir,” katanya.

Persoalan ini kata T Hasansyah akan segera teratasi, apabila Komisi III DPR RI, dalam hal ini Nasir Jamil yang sudah turun langsung ke lokasi bencana, sudah menerima masukan dari masyarakat Aceh Utara tentang kondisi ril di lapangan dan solusi mengatasi banjir di Aceh Utara.

“Harapan kami ada pada Nasir Jamil di Komisi III DPR RI. Komisi III harus benar-benar memperjuangkan aspirasi masyarakat,” harapnya, seraya menambahkan, jikapun Waduk Keureuto selesai dikerjakan dan bisa digunakan, maka belum tentu mampu menjawab tantangan banjir Aceh Utara, sebab di pegunungan Kabupaten Bener Meriah, hutannya sudah gundul dijarah oleh para cukong kayu secara pelan pelan. (b07)

  • Bagikan