SINGKIL (Waspada): Beragam jenis kuliner tradisional khas Aceh Singkil yang kini mulai kembali diperkenalkan kepada masyarakat.
Salah satunya Ndelabakh Manuk, makanan ini biasa disajikan kombinasi dengan kue Nditak Matah, sebagai menu makanan pokok yang mengandung karbohidrat.
Ndelabakh Manuk atau anyang ayam ini merupakan salah satu makanan tradisional khas Singkil, khususnya masyarakat Singkil pedalaman. Kuliner ini biasa disajikan pada saat akan memasuki masa “Ketakhing” atau setelah masa persalinan ibu-ibu.
“Ketakhing (masa nifas) adalah masa berpantang bagi seorang ibu yang baru melahirkan. Yang diberikan makanan Ndelabakh Manuk. Dan ini menjadi makanan khas adat Singkil sejak zaman dahulu,” kata Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Kabupaten Aceh Singkil H Zakirun Pohan SAg MM saat berbincang dengan Waspada.id, di Kantor MAA Desa Pasar Singkil, Jumat (18/10/2024).
Zakirun mengungkapkan MAA akan kembali mengangkat dan memperkenalkan beragam kuliner tradisional Aceh Singkil, yang kini mulai terlupakan
Sehingga harapannya, agar bisa kembali diketahui masyarakat dan khususnya diperkenalkan kepada para kaula muda, agar bisa terus dilestarikan.
Salah satunya dengan kuliner Ndelabakh Manuk ini, MAA juga sudah kembali mengenalkan kepada masyarakat melalui Dialog Interaktif di RRI, oleh Ustadzah Zainab Malau Anggota MAA Bidang Pemberdayaan Putroe Phang, yang berkolaborasi bersama Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Suyatno SAg, ucap Zakirun
Lebih lanjut Ustadzah Zainab menjelaskan, sajian Ndlabakh Manuk saat masa Ketakhing ini, biasanya dari sekitar pukul.07:00 WIB sampai dengan Pukul.17:00 WIB para ibu akan menjalani hari-harinya dekat dengan perapian selama 40 hari.
Dan perapian ini sudah dirancang dan dikhususkan untuk menghangatkan badan serta dilarang mengkonsumsi makanan tertentu atau yang menjadi pantangan.
Kemudian, setelah dua atau tiga hari pasca melahirkan dan lepas dari perawatan bidan kampung atau bidan desa, pihak keluarga akan melaksanakan kenduri kundul Ketakhing (berdoa memasuki masa ketakhing).
Kenduri ini dilaksanakan untuk memanjatkan doa kepada yang maha kuasa agar si ibu dan bayinya sehat dalam menjalani masa ketakhing selama 40 hari ke depan, terangnya.
Selanjutnya makanan khas Ndelabakh Manuk ini diberikan kepada ibu bayi sebagai wujud kasih sayang keluarga, agar si ibu dapat memanjakan lidah “peneppuh babah” (dalam bahasa kampungnya).
Karena setelah masuk masa ketakhing makanan yang dapat dikonsumsi oleh si ibu sangat terbatas seperti ikan panggang, ikan goreng, sayur bening atau makanan sejenis yang tidak mengandung cabai, santan dan bahan-bahan yang dilarang lainnya, sebutnya.
Dan makanan Ndelabakh Manuk (anyang ayam) ini, diolah dari ayam kampung berumur 7 sampai 8 bulan (ayam jantan yang belum tumbuh taji) agar rasa yang dihasilkan manis dan dagingnya lembut.
Sebagian masyarakat mempercayai penggunaan ayam jantan pada menu ini dimaksudkan agar anak dari ibu yang mengkonsumsi ndelabakh ini bisa tumbuh lebih kuat, lebih gesit dan lebih berani seperti sifat ayam jantan pada umumnya.
Dan Ndelabakh Manuk ini biasa disajikan secara utuh dengan kue Nditak Matah.
Nditak Matah ini merupakan sejenis kue yang terbuat dari tepung beras yang mentah (tanpa dimasak), dicampur dengan kelapa parut, gula dan garam secukupnya disesuaikan dengan selera.
Setelah mengkonsumsi makanan ini, diharapkan si ibu dapat menahan selera terhadap makanan yang dipantangkan selama masa ketakhing dan tidak akan meminta makanan lain selain yang diperbolehkan.
Makanan ini juga dipercaya dapat mempercepat dan melancarkan produksi ASI.
“Dan kebiasaan ini masih ada dilakukan masyarakat sampai sekarang , khususnya Singkil pesisir masyarakat yang dipedalaman,” pungkas Ustadzah Zainab.
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Aceh Singkil Suyatno SAg mengatakan, Dinas Perpustakaan Dan Arsip bersama MAA Aceh Singkil telah melaksanakan sosialisasi untuk mengenalkan kembali makanan tradisional khas Aceh Singkil Ndelabakh Manuk yang mulai kurang dikenal masyarakat.
Kegiatan sosialisasi bersama MAA ini kita laksanakan untuk mengenalkan kembali dan melestarikan makanan tradisional ini.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk menghidupkan kembali tradisi kuliner yang memiliki nilai sejarah dan budaya daerah yang harus kita lestarikan.
“Dan ini merupakan salah satu program pemerintah, untuk mencatat seluruh aset nasional budaya, termasuk makanan khas, kedalam Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) secara digital, agar tidak mudah diklaim oleh negara lain,” ucap Suyatno. (B25)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.