Ndaling Khutung, Semarak Musim Durian Di Aceh Tenggara

  • Bagikan
Pendiri dan Pembina Ruman Aceh Ahmad Arif (baju merah) sedang menyantap durian habis ndaling khutung (menjaga durian) di Aceh Tenggara pekan lalu.(Waspada/Ist)
Pendiri dan Pembina Ruman Aceh Ahmad Arif (baju merah) sedang menyantap durian habis ndaling khutung (menjaga durian) di Aceh Tenggara pekan lalu.(Waspada/Ist)

BANDA ACEH (Waspada): Sejak Juni lalu, Kabupaten Aceh Tenggara sedang menikmati musim buah durian hingga Agustus nanti. Pada setiap tahun, seantero wilayah Tanoh Alas tersebut merasakan aroma dan kelezatan buah berduri itu selama tiga bulan berturutan.

Musim durian semakin semarak dengan adanya tradisi ndaling khutung (bahasa Alas, artinya menjaga durian). Pemilik kebun durian dengan senang hati mengundang siapa saja, baik ahli famili maupun kawan kerabat untuk menjaga kebun selama waktu tertentu.

Tradisi ndaling khutung, itu dirasakan oleh Ahmad Arif yang berdomisili di Banda Aceh yang sedang pulang ke kampungnya di Desa Lawe Dua, Kecamatan Bukit Tusam, Aceh Tenggara pada 6-9 Juli 2024. Arif diajak Pamannya ke Desa Jongar, Kecamatan Badar, sekitar 16 Km dari pusat Kota Kutacane ke arah Blang Kejeren, Kabupaten Gayo Lues.

“Ini pengalaman perdana bagi saya. Sebelumnya memang pernah juga diundang oleh adik kelas semasa di Pesantren Raudhah Hasanah Medan yang asal Aceh Tenggara, tapi waktu tidak mengizinkan kala itu”, ungkap Arif, kepada Waspada.id, di Banda Aceh, Jumat (12/07/24).

Untuk sampai ke kebun tujuan, ujar Pendiri dan Pembina Rumah Baca Aneuk Nanggroe (Ruman) Aceh, Arif dan rombongan harus berjalan mendaki menuju kebun selama 20 menit. Tak pelak, hal itu di satu sisi berhasil memantik adrenalin. Namun di sisi lain terhampar pemandangan indah.

“Begitu tiba di kebun, lelah terobati. Sebab mata dimanjakan dengan pemandangan pohon durian yang lebat berbuah. Tak sabar menanti buah itu jatuh, lalu kita berebutan mengambilnya. Kemudian membelah dan memakannya bersama-sama”, imbuhnya tersenyum.

Ridwan Tarigan, pamannya Arif yang mengkoordinir kegiatan itu menjelaskan, ndaling khutung merupakan tradisi yang telah lama berjalan dalam Masyarakat Aceh Tenggara. Seringnya malam hari sampai pagi, tidur dalam gubuk di area kebun.

“Tapi kini, pagi ke sore pun banyak juga. rombongan membawa persediaan makan dan minum selama berjaga itu. Sesekali berkeliling atau mengitarkan sinar dari senter sebagai tanda bahwa di kebun tersebut ada yang sedang ndaling khutung”, kata Ridwan yang berkhidmah pada salah satu SMP Negeri.

Bagi pemilik kebun, lanjut Ridwan, ndaling khutung menjadi momen berbagi kepada sesama sebagai bentuk kesyukuran. Berapapun banyak durian yang didapat selama kegiatan itu, pemilik kebun mengkikhlaskannya dimakan dan atau dibawa pulang oleh rombongan.

“Era sosial media yang sangat luar biasa saat ini semakin menyemarakkan ndaling khutung. Sebab bisa menjadi wadah reunian antar sesama yang telah lama tidak berjumpa atau pengalaman pertama yang pasti membekas sehingga dituturkan kepada siapa saja”, ujarnya.

Di sepanjang jalan nasional Kutacane – Gayo Lues, terlihat banyak mobil kotak dengan beragam ukurannya sedang menanti dimuat durian yang telah disortir untuk dibawa ke luar Aceh Tenggara.(b02)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *