LISTRIK di Kabupaten Simeulue sejak awal bulan Ramadan 1444 tidak dalam kondisi baik-baik saja. Namun catatan Waspada pemadaman listrik untuk masyarakat semakin parah lebih dari 4 jam setiap malamnya pasca terbakarnya sebuah mesin PLN Simeulue pada pertengahan puasa.
Ya, Unit Pembangkit Listrik Tenaga Disel (UPLTD) di Desa Wel-Wel, Kampung Air, Kecamatan Simeulue Tengah, terbakar 16-April-2023. Insiden ini, heboh bahkan sampai ke PLN Pusat, Teruno Joyo, Jakarta.
Dua hari kemudian tepat pada tanggal 18-April-2023, General Manejer (GM) Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Distribusi (UID) Provinsi Aceh, Parulian Noviandri dengan sejumlah anak buahnya menjumpai Pj. Bupati Simeulue Ahmadliyah.
Pada pertemuan di ruang kerja PJ. Bupati Ahmadliyah yang mana Waspada diberi kesempatan khusus untuk meliput langsung pembicaraan itu karena menyangkut kepentingan rakyat Simeulue, Parulian Noviandri meminta waktu penormalan sistem 1 bulan.
Sang GM kala itu memaparkan sejumlah siasat untuk menanggulangi keadaan mulai dari mendatangkan genset portable, menambah teknisi hingga memasok 3 unit engine baru berkapasitas 3 MW (Mega Watt).
Merespon itu, Waspada merekam sepotong kalimat penting yang dilontarkan Pj. Bupati Ahmadliyah, meski dengan gaya slow namun dalam komunikasi tingkat tinggi hal tersebut tergolong kode keras buat PLN.
Kata Ahmadliyah masa itu, kurang lebih begini, “pada prinsipnya dalam masalah listrik ini. Kami rakyat Simeulue tidak butuh keterangan tapi butuh terang pak GM”.
Lantas, sejak pertemuan itu, Parulian Noviandri dan Tim PLN untuk Simeulue bak bahasa gaul saat ini “bergerak super duper” untuk pemulihan.
Ya, rasanya bukan Parulian Noviandri namanya jika tak komit dengan ucapan. Betul saja, beberapa hari jelang lebaran 10 genset portable dan 25 orang teknisi “diimpor” masuk Simeulue.
Lalu sekitar sepekan dari belakang sang leader PLN Aceh ini yang sebelumnya sudah “merantau” jauh di berbagai belahan bumi Nusantara memasukan 3 unit bahkan 4 unit mesin berkapasitas 4 MW yang dijanjikan untuk PLN Simeulue.
Pun demikian, apa saja sudah dibuat PLN hingga hari ini, setali dua uang dengan ungkapan Pj Bupati Ahmadliyah, rakyat tak akan “bahagia” sebelum listrik di Simeulue nyala seperti di Banda Aceh dan atau bahkan di Jakarta.
Kemarin, Jumat (12/5) siang Waspada di Simeulue mengkonfirmasi via seluler ke GM PLN UID Aceh Parulian Noviandri, sejauh mana sudah recovery/
perbaikan di lapangan dan akankah target waktu sesuai yang dijanjikan?.
“Insya Allah mohon doanya selalu pak Rahmad dan doa dari seluruh masyarakat Simeulue. Kami juga terus berusaha maksimal untuk memulihkan keadaan,” jawab Parulian Noviandri.
Kemudian katanya, Sabtu atau hari Minggu depan, satu dari empat unit mesin baru yang dibeli PLN dari Pekan Baru, Riau sudah bisa disambung ke jaringan.
Lantas, kata GM itu lagi, dengan demikian 98 persen kebutuhan PLN Simeulue sudah bisa tercover/terpenuhi.
Disoal lebih jauh, bukan kah janji masa itu dari PLN waktu untuk normalisasi listrik di Simeulue 1 bulan? “Ya, waktu untuk install mesin ke jaringan satu bulan saya minta masa itu,” jawabnya.
Namun ada sedikit pergeseran waktu pengiriman yang dulu diperkirakan 10 hari ternyata lebih. 16 hari karena tidak bisa masuk Ferry dan nyangkut truk pembawa mesin PLN di jalan (red-gunung Naibos).
Sehingga molor sedikit dari target. Akan tetapi semua mesin sudah duduk dan teknisi bekerja terus, untuk itu satu per satu terus kami pacu pengerjaannya.
Lalu katanya, “tatkala satu dari empat mesin sudah selesai Komtes (red-uji coba mesin) maka langsung kami sambungkan ke jaringan”.
“Sehingga dengan begitu kekurangan daya selama ini akan terus teratasi sedikit demi sedikit,” tambah Parulian Noviandri.
Manager PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Simeulue, Syahrul Zulputra yang dikonfirmasi Waspada kemarin menjelaskan pihaknya setiap hari sejak bulan Ramadan bahkan nyaris tak berlebaran terus di lapangan bersama tim PLN bekerja mempercepat penginstalan.
Sejalan dengan pernyataan ‘bossnya’ dari Banda Aceh, meleset waktu sedikit dari yang ditarget karena trouble di perjalanan. “Ada sesuatu masalah diluar perkiraan saat mobilisasi engine,” sebutnya.
Sekedar catatan dampak listrik yang pada setiap malam sekitar 4 jam dan siangnya tak lagi terhitung selama hampir dua bulan ini sudah sangat meresahkan. Air PDAM turut macet.
Kemudian lagi tak hanya membuat puluhan ribu ibu rumah tangga di Simeulue saban hari, mengomel dan mengupat juga sudah mulai merusak sendi ekonomi lainnya di Pulau Simeulue.
Nelayan kesusahan mendapatkan es balok untuk mengawetkan hasil tangkapan juga demikian dengan para penampung ikan serta pedagang lainnya yang bisnis mereka berkaitan dengan listrik. Semua terganggu bahkan ada yang collapse.
Tak kecuali itu pelayanan instansi pemerintahan, pelayanan umum di Simeulue sering kali terkendala disebabkan mati lampu warung tak sedikit tutup karena sering mati lampu.
Rahmad