LANGSA (Waspada): Menjemput berkah di bulan suci Ramadan 1444 Hijriyah, legislator muda Aceh asal daerah pemilihan Kota Langsa dan Tamiang, Irfansyah melaksanakan khittan (sunat) massal gratis kepada keluarga atau anak-anak kurang mampu di sejumlah wilayah Aceh Tamiang dan Kota Langsa, Rabu (12/4).

Menurut Dekpan, sapaan akrab Irfansyah yang kini menakhodai Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) ini, momentum bulan Ramadhan saya kira tepat untuk khittanan.
Bahkan, sambungnya, sudah lumrah di Aceh, anak-anak disunat di bulan ramadan ini. Ada banyak alasan, salah satunya tentu aktivitas anak-anak tidak banyak, sekolah juga biasanya libur, jadi proses pemulihan lebih mudah.
Saban khittan massal, saya selalu sumringah melihat ekspresi anak-anak. Yang wajahnya ketakutan, ada tangis, pun banyak yang tertawa. Tapi yang paling penting adalah bisa meringankan beban keluarga kurang mampu.
“Wajah-wajah polos itu menyimpan perasaan campur aduk. Tersirat takut, sekaligus ada gembirannya. Mereka duduk berjejer di masjid, sabar menunggu giliran, untuk menunaikan salah satu kewajiban yaitu sunat,” ujarnya.

Saat menatap wajah anak-anak ini, saya terharu lagi sedih, betapa banyak masih anak-anak yang tidak cukup beruntung. Sejak kecil, mereka harus berdamai dengan keadaan, keterbatasan di banyak sisi, karena mereka adalah anak yatim, fakir, miskin, dan sebagainya.
Setelah dipesijuk oleh tengku, membacakan doa, juru sunat sudah menunggu di dalam. Satu per satu generasi harapan itu, harus merelakan ujung kulit alat vitalnya hilang. Saya tersenyum menyaksikan proses tersebut. Teringat masa-masa diri khitan dulu.
Apalagi, ujar anggota dewan milinial ini, khitan massal bagi anak-anak kurang mampu, merupakan program rutin saya yang dijalankan oleh tim. Kami percaya, bahwa masih banyak orangtua yang bahkan harus menunda di waktu yang lama untuk anaknya sunat, hanya karena tidak kunjung memiliki uang. Bagi kita, mungkin biaya sunat tak seberapa mana.

Tapi taukah kita, ada banyak orangtua (jika masih ada), lebih memilih membeli sebambu tiga bambu beras, untuk kebutuhan sehari-hari daripada melaksanakan sunat anaknya di waktu yang tepat. “Begitulah realitas kehidupan rakyat kita. Saya belum bisa banyak membantu, tapi ikhtiar sederhana ini, dan sedikit bingkisan. Insya Allah bermanfaat,” ungkap Dekpan.
Mungkin bagi sebagian kita biaya khittan terasa ringan. Namun percayalah, uang seratuh hingga tiga ratusan (misal) untuk biaya khittan, amat berat bagi ayah/ibu yang serba kekurangan. “Semoga kita selalu dalam lindungan dan keberkahan Allah SWT. Amin,” pungkas Irfansyah.(b13)