MAKKAH (Waspada): Kota Makkah, Saudi Arabia sempat dilanda cuaca dingin sekitar dua bulan terakhir, hingga akhir Maret atau awal Ramadhan 1444 H.
Pada awal April, atau pertengahan Ramadhan, musim berganti. Kota Suci Makkah Al-Mukarramah, termasuk Madinah Al-Munawarah, mulai didera cuaca panas seperti biasanya. “Suhu panas mulai terasa selama lima hari terakhir, sejak pertengahan minggu pertama bulan April ini,” ungkap Drs H Zainun Yusuf, Ketua PWI Aceh Barat Daya (Abdya), dalam laporannya Selasa pagi (11/4), sekitar pukul 08.00 WIB.
Mantan wartawan Harian Serambi Indonesia itu, yang saat ini sedang berada di tanah suci Makkah, dalam rangka menunaikan ibadah Umroh menyebutkan, meskipun suhu panas menyengat, namun tidak menyurutkan semangat para jamaah umrah, mengerjakan Thawaf (mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali), yang merupakan rangkaian ibadah umrah.
Menurut Zainun Yusuf, sebagian jamaah, termasuk dari Aceh, Indonesia, memilih Thawaf pada malam hari, setelah jamaah selesai melaksanakan tarawih di Masjidil Haram. Dengan pertimbangan, selain diharapkan suhu bisa bersahabat, kalau dilaksanakan malam hari kepadatan jamaah yang Thawaf, juga bisa sedikit terurai. “Namun, kegiatan Thawaf tetap padat merayap, baik siang maupun malam, selama bulan Ramadhan ini,” ujarnya.

Dalam laporannya, Zainun Yusuf juga mengatakan, akibat dari cuaca panas tersebut, sejumlah jamaah umrah, mulai mengalami penyakit pecah’pecah kulit telapak kaki. Cuaca panas juga rentan penyakit tertentu, terutama batuk. “Dengan kondisi perubahan cuaca dari dingin ke panas di Makkah dan Madinah yang sedang terjadi, kita harapkan kepada calon jamaah umrah dari Aceh dan Indonesia umumnya, yang akan berangkat ke tanah suci agar mempersiapkan diri sebaik-baiknya,” harapnya.
Beruntung lanjut wartawan senior se Barat Selatan Aceh (Barsela) ini, di tengah cuaca panas mendera, tiba-tiba hujan mengguyur Kota Makkah pada Senin (10/4) dinihari Waktu Arab Saudi (WAS), diawali hujan ringan pada Minggu malam.
Guyuran hujan ditengah musim panas tersebut, merupakan peristiwa langka di Kota Makkah Al-Mukarramah. Hal ini tentu saja menjadi rahmat bagi ratusan ribu, hingga jutaan jamaah umrah, yang dating dari berbagai belahan bumi itu. “Saat kita melaksanakan ibadah sholat subuh di Majidil Haram, kita merasakan suasan yang berbeda. Akibat guyuran hujan, selain hawa sejuk, permukaan jalan raya sepanjang 700 meter, yang dilalui dari Ajyad juga basah. Bahkan terdapat genangan air sejumlah titik. Diantaranya, dekat Zam-Zam Tower,” sebut Zainun Yusuf.
Zainun menambahkan, berdasarkan panatuan pihaknya, dua kota suci umat muslim seluruh dunia, Kota Makkah dan Kota Madinah, saat ini kian padat disesaki jamaah umrah. Jumlah jamaah meningkat signifikan, lantaran sudah memasuki fase 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Diantara 10 dan 30 hari Ramadhan ada malam Lailatur Qadar, yang sangat diimpikan semua umat muslim.
Berdasarkan informasi diperoleh pihaknya, jumlah jamaah umrah Ramadhan tahun ini jutaan orang. Dimana, berdasarkan daya tampung Masjidil Haram mencapai 2,5 juta orang, saat ini Masjid terbesar seluruh dunia itu, saat ini tak mampu menampung jamaah yang melaksanakan ibadah shalat fardhu dan sholat tarawih.

Selama dua malam terakhir lanjut Zainun Yusuf, seluruh lantai bertingkat Masjidil Haram, dipenuhi jamaah. Karena membludaknya jamaah, aparat keamanan hanya mengizinkan jamaah yang memakai ihram, untuk memasuki dasar yang terdapat Ka’bah. Selain pakaian itu, dilarang masuk.
Prosesi shalat tarawih meluber jauh dari Masjidil Haram dengan mengikuti imam masjid. Jamaah kaum bapak dan ibu-ibu, tampak mengikuti imam shalat tarawih di trotoar, sebagian badan sekitar Zam-Zam Tower. Demikian juga di pelataran toko/kedai, hingga Ajyad, penuh sesak jamaah shalat tarawih.(b21)