Jhony (kiri) Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Aceh (DPW-PA) Aceh Utara Periode 2023-2028. (Waspada/Zainuddin. Abdullah)
Salah satu kisah yang paling menarik adalah tentang sosok paling berjasa yang berhasil mengantarkan kemenangan untuk Muallem-Dekfad dari Partai Aceh menjadi Gubernur Aceh dan wakil gubernur. Sekaligus paslon Ayahwa- Panyang menjadi Bupati Aceh Utara dan wakilnya. Dia adalah Jhony, SH dengan sepak terjangnya yang luar biasa selaku ketua Timses kemenangan Partai Aceh paslon Muallem – Dek Fad telah berhasil menjadi Gubernur dan wakil gubernur Aceh.
Sosok berkulit sawo matang ini bukan hanya sekadar menjalankan tugas dengan kerja keras. Tapi juga karena kerja cerdasnya meraih kemenangan dalam persaingan politik yang sangat sehat dan damai tanpa menimbulkan permusuhan. Ibarat pepatah Aceh, U bek beukah, kuah beu lemak, ulee beu mati ranting bek patah artinya kelapa tidak terbelah, kuah bisa lemak, ular bisa mati ranting tak patah.
Jhony juga merupakan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Aceh (DPW-PA) Aceh Utara Periode 2023-2028, terpilih dalam Musyawarah Wilayah (Muswil) III yang diadakan di Hotel Lido Graha Lhokseumawe, Selasa (5/9) lalu. Meski tergolong sebagai orang yang baru memijak kaki di kancah dunia politik, namun kecerdasannya mengantarkan kemenangan lain untuk paslon Ayahwa- Panyang sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kab. Aceh Utara.
Jhony hanya menggunakan cara sederhana untuk menaklukkan seluruh lawan politik. Jhony mendatangi seluruh tokoh elit politik dari tingkat lokal yang ada di daerah hingga tingkat nasional yang ada di pusat Jakarta. Semua partai lokal dan partai nasional mampu ditaklukkannya hanya dengan cara lemah lembut tanpa ada paksaan.
Jhony merangkul semua dengan menumpahkan visi dan misi untuk membangun daerah Aceh menjadi lebih baik dari sebelumnya. Keinginannya menyelamatkan nasib rakyat Aceh agar terbebas dari kemiskinan dari hasil sumber daya alam negeri yang berlimpah.
Karena rangkulan politik itu, Jhony berhasil mendapatkan kepercayaan dari semua elit politik. Sehingga semua lawan politiknya berlapang dada untuk memberikan kesempatan kepada anak nanggroe yang diusungnya.
Maka dalam waktu 3 bulan terjadilah kotak kosong dalam Pilkada pemilihan Bupati Aceh Utara, dengan paslon tunggal Ayahwa – Panyang melawan kotak kosong.
Karena telah menguasai wilayah Pase, tingginya jumlah suara di Kab. Aceh Utara secara otomatis mendongkrak kemenangan bagi Muallem-Dekfad.
“Ayahwa-Panyang berhasil meraih suara mencapai 98 persen. Sedangkan untuk Mualem-Dek Fadh berhasil meraih suara mencapai 83,5 persen di Aceh Utara. Itu artinya, masyarakat Aceh Utara dengan senang hati memberikan suara mereka untuk kemenangan Ayahwa dan Tarmizi Panyang. Begitu juga dengan Mualem-Dek Fadh. Ke dua Paslon ini menang telak di Wilayah Pasai,” kenang Jhony.
Jhony lahir di Gampong Simpang Tiga Kec. Langkahan Kab. Aceh Utara pada tahun 1987. Namun sesuai biodata dalam E-KTP Jhonny tercatat lahir di Pirak Timur.
Sekilas pendidikannya, Jhony tamat SMP tahun 2000, lalu bergabung dalam militer GAM di pedalaman Panton Labu.
Jhony pernah menjabat posisi jabatan penting dalam struktur militer GAM diantaranya menjadi keuangan GAM dan komandan kompi. Bahkan dalam perjuangan gerilya dulu telah banyak pengorbanan yang terjadi. Jhony mengaku ayah dan kakak kandung telah syahid dalam pertempuran demi kemerdekaan Aceh. Sehingga Jhony adalah penerus yang melanjutkan perjuangan yang menyesuaikan kondisi Aceh yang telah masuk dalam perdamaian.
Saat Perdamaian Aceh tahun 2005, Jhoni melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan paket C di SMA 1 Lhoksukon. Lalu menempuhkan pendidikan Sarjana Hukum di Universitas Cut Nyak Dhien Kota Langsa.
Meski latar belakangnya sebagai kombatan, namun di tengah masyarakat Jhonny tak pernah bergaya koboi. Malah melebur dengan merendah hati.
Setelah berhasil mengantarkan kemenangan untuk Muallem-Dekfad sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh dan Ayahwa-Panyang sebagai bupati dan wakil bupati Aceh Utara, Jhonny sama sekali tidak pernah mengharapkan sebuah jabatan penting untuk memperkaya diri.
Karena Jhony hanya minta pasangan yang menjadi pemimpin rakyat dapat bekerja sesuai keinginan rakyat Aceh untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup.
Apalagi khusus wilayah Kab. Aceh Utara sudah lebih 10 tahun masyarakat tak bisa turun ke sawah karena persoalan air waduk yang tak kunjung mengalir. Tentunya ke depan pemerintah harus mampu mengatasi masalah air agar rakyat dapat kembali bertani dan turun ke sawah lagi.
Jhonny lebih memilih menjadi orang yang mengawasi dan memantau kinerja pemimpin bangsa Aceh. Jhony akan menegur dan mengkritik bila kelak pemimpin lupa dengan tanggung jawabnya kepada rakyat Aceh.
“Saya juga akan selalu mendorong pemimpin Aceh untuk membangun daerah menjadi lebih maju. Saya juga akan menjadi orang yang akan mengingatkan pemimpin Aceh yang lupa dengan janjinya pada rakyat Aceh. Karena saya tidak minta harta atau jabatan dari pemimpin Aceh, hanya ingin mereka serius membangun negeri ini,” tegasnya.
Sebuah pameo timur berkata, rendah hatilah! maka engkau akan menjadi seperti bintang yang terlihat di permukaan air, namun (sebenarnya) ia berada pada posisi yang tinggi. Dan janganlah seperti asap yang membumbung tinggi dengan sendirinya ke lapisan atmosfir namun (sebenarnya) ia berada pada posisi rendah.
Begitulah kisah sukses dan ramahnya jurus rangkulan politik Jhony menaklukan lawan tanpa menimbulkan pertumpahan darah. WASPADA.id/Zainuddin. Abdullah
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.