LANGSA (Waspada): Melalui Kemah Budaya yang diinisasai oleh Lembaga Inspirasi Budaya Rakyat Aceh (LIBRA) para mahasiswa diharapkan menggalakan dan melestarikan kebudayaan yang ada di Aceh.

Pj Wali Kota Langsa, Ir Said Mahdum Majid diwakili Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Drs Zulhadisyah S MSP menegaskan saat membuka acara Kemah Budaya LIBRA tahun 2022 di Hutan Kota, Gampong Paya Bujok Seuleumak, Kecamatan Langsa Baro, Sabtu (10/12).
Menurut Zulhadisyah, Aceh sangat kaya dengan ragam budaya, sejarah, bahasa dan kearifan lokalnya yang menjadi pilar pencerminan kekhasan daerahnya. Pendidikan akan implementasi kebudayaan tentu harus ditanamkan dengan baik dalam benak generasi muda agar mampu berkontribusi secara nyata dalam upaya menjaga budaya dan kekhasan dari Tanah Rencong Aceh.
“Seiring perkembangan, budaya semakin tergerus oleh zaman. Era globalisasi yang dewasa ini penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan banyak problematika yang dihadapi kaum muda masa kini. Jadi sungguh menjadi apresiasi yang luar biasa jika kita mampu berkontribusi secara nyata menggalakkan kembali kekhasan dari kebudayaan Aceh melalui kegiatan Kemah Budaya ini,” ujarnya.
Lalu, agenda ini dapat mewadahi para generasi untuk mengenal budaya, mengimplementasikan budaya dalam kehidupan, menjaga dan melestarikan budaya sehingga menjadi benteng pertahanan bagi kaum muda untuk terus aktif, produktif dan inovatif dalam upaya
menggalakkan pelestarian dari Budaya Aceh sehingga kegiatan ini diharapkan dapat mampu memunculkan semangat untuk senantiasa mengembangkan diri
menjadi warga negara yang berbudaya, sadar akan budaya dan kembali diajak untuk mencintai budayanya agar tidak terkikis dan punah digempur budaya asing.
“Tidak bisa dipungkiri, dalam pengaplikasian pilar-pilar
kebudayaan kita sadar bahwa upaya menjaga dan melestarikan budaya akan senantiasa mendapat hambatan dan tantangan yang tidak ringan,” katanya.
Dalam hal ini melihat setidaknya ada 3 hambatan dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya tradisional khas Aceh yakni yang pertama hambatan derasnya budaya asing dalam
berbagai bentuk yang masuk dengan berbagai cara.
Padahal jika kita mau obyektif dan selektif, maka tidak sedikit seni budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai dan jati diri budaya Aceh. Jika tidak ada yang peduli, bukan tidak mungkin generasi muda kita akan semakin jauh dari nilai nilai seni budaya tradisional, bahkan tidak mengenal sama sekali dengan kebudayaan aslinya.
Lantas, kedua hambatan keterbatasan manajemen pengelolaan. Sejenak kita perlu berpikir bahwa substansi nilai budaya lokal tetap perlu dikemas secara profesional. Artinya, esensinya tetap budaya lokal akan tetapi manajemen kelompoknya perlu dikelola secara modern, namun tetap menjaga ciri khas dan keasliannya.
Kemudian ketiga hambatan sarana dan prasarana. Seperti sering disampaikan bahwa dalam rangka mencapai puncak kreativitas seni dan budaya memang diperlukan dukungan sarana dan prasarana. Sehingga dibutuhkan dukungan dari semua pihak untuk berperan serta secara aktif dalam menjaga eksistensi dan pengembangan kekhasan dari kebudayaan Aceh.
“Semoga melalui implementasi dan aktualisasi kegiatan ini yang berakar dan berpijak pada kebudayaan Aceh menjadi modal dasar yang kuat dalam rangka menghadapi tantangan di era global. Sehingga diharapkan generasi milenial tetap mempunyai sikap dan perilaku yang berkepribadian, berkarakter, dan berjati diri,” tuturnya.
Ketua Panitia, Maulana Akil, dalam laporannya menyebutkan, kemah Budaya ini bertujuan karena budaya saat ini kian pudar, banyak kalangan milenial saat ini juga sudah hampir melupakan budaya.
Kemah Budaya yang digagas LIBRA mengusung tema ‘Melalui Kemah Budaya kita tingkatkan Inspirasi kecerdasan bangsa melalui cinta budaya warisan Aceh’ dan jumlah peserta 500 dengan katagori 300 mahasiswa dari Aceh Tamiang, Langsa dan juga komunitas serta lomba mewarnai ada 200 peserta.

Ketua Umum LIBRA, Sinta Astuti, menyatakan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan acara ini dengan rangkaian acaranya yaitu peserta design grafis, lomba mewarnai tingkat TK, tarian tradisional, vokal daerah.
“Tujuan kita laksanakan kemah budaya ini yakni prihatin atas budaya yang mana banyak tradisi yang terlupakan, jadi LIBRA hadir untuk ikut melestarikan dan menerima semua inspirasi masyarakat untuk mendukung pelestarian budaya dan tradisi Aceh,” tandasnya.
Open seremonial itu juga ada penampilan dalail khairat dari Kodim 0104/Atim, tarian dari sangar Seni Sidom Gampong PB Blang Pase. (crp)
Foto utama: Kepala Kesbangpol Kota Langsa, Drs Zulhadisyah S, MSPsaat berfoto bersama usai membuka acara Kemah Budaya LIBRA tahun 2022, di Hutan Kota, Gampong Paya Bujok Seuleumak, Kecamatan Langsa Baro, Sabtu (10/12). Waspada/Rapian