IDI (Waspada): Setelah ambruknya jembatan, hingga saat ini 1.000 jiwa masih terisolir di Gampong Naleung, Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur. Menurut rencana Pemerintah, pembangunan jembatan sepanjang 120 meter itu akan dilakukan tahun 2025.
“Sejak setahun yang lalu ambruk hingga saat ini belum ditangani instansi terkait, padahal jembatan ini satu-satunya akses seribuan penduduk dari Naleung ke Kuta Binjei, Ibukota Kecamatan Julok,” kata Ketua Pemuda Gampong Naleung, Marhaban, Jumat (31/5).
Ambruknya jembatan membuat warga terisolir. Langkah yang diambil adalah membuat rakit sebagai sarana penyeberangan, karena saban hari sibuk dengan lalu lalang anak-anak sekolah, baik SD, SMP dan SMA sederajat. “Menggunakan rakit kayu hanya bisa dilintasi kendaraan roda dengan jasa Rp5 ribu per sepeda motor. Sedangkan jasa orang Rp2 ribu per individu,” kata Marhaban.

Diharap, Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur segera memperbaiki jembatan tersebut. Pasalnya jembatan ini tidak bisa dibangun dengan menggunakan dana desa, apalagi ukuran panjang mencapai 120 meter. “Rata-rata masyarakat harus mengeluarkan Rp300 ribu per orang per bulan hanya untuk menyeberang,” keluh Marhaban.
Camat Julok, Adnan, dikonfirmasi terpisah membenarkan jembatan tersebut ambruk tahun lalu. “Kami telah menyampaikan ke pimpinan dan menjadi jembatan prioritas yang akan dibangun tahun depan dengan APBK 2025,” katanya.
Untuk akses menuju Gampong Naleung, lanjutnya, saat ini masyarakat harus menggunakan jasa rakit, baik pejalan kaki maupun pengendara sepeda motor. Tetapi kendaraan jenis mobil harus memutar melalui gampong tetangga yakni Lhok Seuntang. “Jembatan ini memiliki panjang 120 meter dan ambruk bulan Juni 2023 lalu,” pungkas Adnan. (b11).