BANDA ACEH (Waspada): Setelah melengkapi syarat 100 persen, CEO PT Trans Continent (Royal Group), Ismail Rasyid, mendaftar sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Aceh, periode 2022-2027, Selasa (17/5/2022).
Ismail Rasyid datang ke Kantor Kadin Aceh, didampingi oleh pendukungnya yang berasal dari pengusaha, partai politik serta komunitas pengusaha daerah lainnya.
Saat mendaftarkan diri, Ismail Rasyid dilayani oleh panitia penerima calon Ketua Kadin Aceh dan menjelaskan terkait mekanisme setelah proses pendaftaran.
Sewaktu mengambil formulir, Ismail Rasyid telah memenuhi 100 persen persyaratan yang dicantumkan di dalam syarat calon Ketua Kadin Aceh.
“Pada hari ini kita sudah siap dan selesai melakukan pendaftaran sebagai ketua Kadin Aceh. Alhamdulillah hari ini seluruh persyaratan yang dipersyaratkan oleh SC sebagai calon Ketua Kadin Aceh kita sudah lengkapi 100 persen,” sebutnya.
Selanjutnya, kata Rasyid, tinggal menunggu verifikasi berkas dari panitia. Setelah itu baru menyetor dana pendaftaran sesuai yang disyaratkan.
Dalam kesempatan itu, Ismail Rasyid juga mengharapkan dukungan dan doa dari semua pihak, agar dirinya tidak mengalami kendala saat mendaftar, dan dapat mencapai tujuan memimpin Kadin Aceh.
“Saya berkomitmen menjadi bagian penting dari semangat dan kerja serius membangun Aceh. Mohon dukungan dan doa dari segenap pihak, agar langkah dan niat baik kita mendapatkan dukungan semesta,” ucapnya.
Dia juga mengharapkan ke depan adanya komunikasi yang baik dan dua arah dengan para pengurus Kadin tingkat dua di seluruh wilayah Aceh. Hal itu untuk mewujudkan kebersamaan dalam rangka mempercepat proses industrialisasi dunia bisnis yang ada di Aceh.
Sebelumnya Ir M Iqbal, Plt Ketua Kadin Aceh, lebih dahulu mendaftar sebagai calon Ketua Kadin.
Menjelang penurupan pendaftaran awal Juni 2022, baru 2 kandidat yang mendaftar. Sementara Zoe Beungalow yang sebelumnya disebut sebut akan maju, Selasa kemarin telah berkoalisi bersama kubu Ismail Rasyid, untuk memenangi kontentasi di induk organisasi pengusaha di Aceh itu. (Kia/B01)