SUBULUSSALAM (Waspada): Hampir sebulan operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Subulussalam tidak berjalan, sejumlah warga yang selama ini bergantung air bersih dari pasokan PDAM terpaksa menampung tadah hujan.
Pantauan bagian depan beberapa rumah warga di Kecamatan Penanggalan dalam beberapa hari terakhir, disediakan tampungan air tadah hujan. Namun, curah hujan yang terjadi tergolong kecil nyaris tak mampu memenuhi alat penampung, seperti ember plastik hingga tong bekas cat.
Sejumlah warga sangat berharap dinas terkait mengambil solusi, membantu pemenuhan air bersih, terlebih tanda-tanda operasi PDAM normal belum bisa diprediksi.
Diketahui, terhentinya operasional PDAM di sana menyusul terjadi kerusakan mesin pompa PDAM akibat dihantam petir beberapa pekan lalu.
“Karena PAM gak beroperasi normal, malah mati total kami kewalahan mendapatkan air bersih sehingga terpaksa tadah hujan, mandipun ke sungai”, aku sumber, sebut belum tau kapan PDAM normal meski melihat pegawai terkait terus bekerja di sana.
Seorang pelanggan, Darmin kepada Waspada, Kamis (16/11) menilai jika Pemko tidak serius mengurus PDAM. Padahal air sangat riskan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Nampaknya Pemko tidak serius mengurus PDAM, padahal air sangat riskan dalam kebutuhan masyarakat. Kita meminta pemerintah sesegara mungkin mengalirkan air ke rumah rumah warga”, pinta Darmin.
Sumber lain, Jumat (17/11) menyebutkan, terpaksa membeli air melalui armada penyedia/penjual jasa terkait karena tadah hujan terbatas sehingga tidak memungkinkan bisa memenuhi kebutuhan air. “Solusinya, memang pemerintah harus mau melihat jika air sangat diperlukan setiap orang dan pemerintah bertanggungjawab untuk memenuhinya. Kelengkapan perangkat PDAM harus dipenuhi agar beroperasi normal dan masyarakat menikmati air bersih”, kritik sumber.
Catatan Waspada, keluhan warga soal PDAM di sana nyaris belum tersahuti Pemko Subulussalam. Bahkan dinilai gagal memenuhi harapan konsumen. Faktanya, tiga periode definitif kepala daerah, keluhan warga soal PDAM belum terselesaikan.
Bahwa air merupakan hajat hidup orang banyak, maka fakta berulang operasi PDAM tidak normal, terlepas akibat bencana atau lainnya, bisa jadi sebagai indikasi ketidakseriusan pemerintah daerah memenuhi salah satu kebutuhan utama warga, yakni air bersih.
Pasca operasi PDAM ini sekira 2010 lalu, hingga saat ini nyaris persoalan dan keluhan warga, konsumen air bersih pasokan PDAM tak selesai. Bahkan diindikasi warga sudah lelah mengeluhkan soal ini, seperti tidak merata pasokan air ke pelanggan.
Peristiwa kabel jaringan listrik milik PDAM Subulussalam yang pusatnya di Kampong Jontor, Kecamatan Penanggalan awal April lalu terbakar, menjadi titik awal harapan konsumen ada perbaikan maksimal dilakukan pemerintah, disusul pasokan air ke semua pelanggan semakin merata hingga efektif beroperasi, nyatanya kini sebatas harapan.
Pelaksana PDAM, Junaidi Simbolon dikonfirmasi terpisah akui pihaknya berupaya secepatnya melakukan perbaikan. “Secepatnya diupayakan”, pesan Junaidi.
Soal pompa rusak karena hantaman petir, Junaidi benarkan. Dikatakan, untuk kebutuhan pompa empat unit di sana minimal dibutuhkan sebesar dua miliar rupiah.
Sebelumnya, Junaidi menegaskan jika idealnya pompa intake PDAM itu harus empat unit agar beroperasi normal 24 jam. Dua unit, hanya bisa beroperasi selama 9 hingga 10 jam sehingga terkendala pengaliran air ke konsumen.
Sekira 1.700-an konsumen, fokus di Kecamatan Penanggalan 800-an bisa terpenuhi. “Idealnya, pengaliran air bisa normal jika ada empat pompa. Dua pompa tak bisa operasi selama 24 jam,” jelas Simbolon.
Disebutkan persoalan di lapangan, pipa induk bocor di sejumlah titik, valve dan meteran banyak rusak. Upaya yang seharusnya dilakukan, selain efektif empat pompa perlu ditambah operator profesional minimal satu orang dan benahi pipa induk agar meteran bisa diaktifkan kembali. (b17)