SIGLI (Waspada): Wakil Ketua DPRK Pidie Muhammad Saleh, Kamis (12/10), meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), serius menangani persoalan laju inflasi di daerah berpenduduk 425.974 itu.
Kata Muhammad Saleh, seperti diketahui, pada Septermber 2023 inflasi Kabupaten Pidie berada pada angka 1,40 persen. Rendahnya angka inflasi ini, sebut politisi Partai Gerindra, Kabupaten Pidie itu sangat berpengaruh karena menentukan harga pasar terhadap semua kebutuhan kehidupan masyarakat sehari-hari.
Inflasi ini juga berpengaruh besar terhadap pengusaha atau pedagang karena berkaitan dengan operasional pengusaha atau perusahan. “ Karena itu kami meminta kepada Pj Bupati Pidie untuk menggenjot kinerja TPID. Jangan sibuk dengan kegiatan seremonial. TPID harus mengambil langkah konkrit dalam penanganan inflasi, dengan mencari solusi ataupun inovasi supaya inflasi dapat ditekan secara maksimal,” kata Muhammad Saleh.
Menurut dia, dampak dari tingginya angka inflasi dan mahalnya harga beras serta beberapa barang komoditi lainya, membuktikan bahwa Pemkab Pidie melalui beberapa dinas terkait, gagal menekan inflasi dan menurunkan harga beras dan sembako lainya. “ Kami pantau ke beberapa pasar kecamatan yang ada di Pidie. Harga beras dan beberapa kebutuhan pokok lainnya harganya sangat ugal-ugalan. Artinya, pemerintah daerah kita gagal ya dalam menekan laju inflasi” tegasnya.
Ketua Partai Gerindra, Kabupaten Pidie itu menjelaskan, upaya menekan laju angka inflasi ini dinilainya sangat penting karena itu berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pidie, sehingga diperlukan menjaga stabilitas harga-harga supaya terkendali dan masih dalam rentangnya.
Begitupun dia meminta Pemkab Pidie perlu melakukan kerjasama dalam upaya menjaga ketersediaan pasokan. ” Kerjasama itu perlu dilakukan agar bisa mereview perkembangan harga dan mencarikan solusi agar harga bisa stabil,” jelas Muhammad Saleh.
Muhammad Saleh, menuturkan, sejak beberapa pekan terakhir ini dia bersama timnya ikut memantau pasar. Beberapa pedagang atau pengusaha yang dijumpainya mengaku pendapatannya menurun karena tidak banyak masyarakat yang melakukan transaksi berbelanja. Tidak saja pada pedagang toko pakaian dan pedagang yang menyediakan bahan-bahan sembako, Muhammad Saleh juga melakukan mewawancarai pedagang nasi kari kambing di Kota Sigli.
Rata-rata mereka mengaku sepi pembeli, karena umumnya langganannya adalah para pedagang di Kota Sigli, tidak lagi membeli atau makan di tempatnya dan memilih makan di rumah masing-masing, itu terjadi karena barang dagangan tidak laku. Menurut Muhammad Saleh, pedagang nasi kari kambing itu biasanya memotong dua ekor kambing ukuran besar, sekarang hanya sebelah daging kambing saja susah laku.
Begitupun dengan nasib pedagang gorengan, mereka juga mengaku hal yang sama omsetnya menurun karena sepi pembeli. “Karena itu, saya pikir ini persoalan serius yang perlu cepat di atasi oleh Pemkab Pidie” tandasnya (b06).