BLANGPIDIE (Waspada): Daerah Milik Jalan (Damija), Aceh Barat Daya (Abdya), yang menghubungkan antara Desa Gunong Cut, menuju Desa Mesjid, Kecamatan Tangan-Tangan, memprihatinkan. Dimana yang yang saban harinya dilintasi ribuan penduduk dalam sejumlah desa di kawasan itu, saat ini dipenuhi tumbuhan liar yang hampir menutupi badan jalan.
Akibat rimbunnya tanaman liar itu, badan jalan yangh seyogyanya berdiameter luas sekitar kurang lebih 4 meter, saat ini hanya menyisakan kurang lebih 2,5 meter. Hal ini dikarenakan, tumbuh-tumbuhan liar yang tumbuh di Damija dimaksud, sudah merembes ke badan jalan. Imbasnya, saat ada kendaraan yang melintas dan berpapasan dengan kenderaan lainnya dari arah berlawanan, salah satu kenderaan terpaksa harus menghentikan laju kenderaannya (parkir), agar tidak saling menyerempet, karena luas jalan yang tersisa tidak mendukung lagi dilalui kenderaan berpapasan.
Bukan hanya saat berpapasan sesama kenderaan roda empat, namun saat pengendara roda empat berpapasan dengan roda dua maupun roda tiga (becak motor), pengendara mobil pun harus bersikap sabar, dengan memberi jalan lebih dahulu pada kenderaan roda dua dan becak, jika tidak ingin badan mobil tergores semak saat mengambil jalan tepi. “Mobil saya sering kali jadi korban goresan semak, saat berpapasan dengan roda dua dan becak,” ungkap Syahrizal Husein, salah seorang warga Desa Mesjid di lokasi. Kamis (2/6).
Selain beresiko terhadap kenderaan yang melintas, rimbunnya belukar di Damija kawasan itu, juga menciptakan suasana angker pada malam hari. Dimana, dengan rimbunnya semak di Damija, ditambah tidak adanya lampu penerang jalan di kawasan itu, mengakibatkan jalan tersebut menimbulkan kesan horror dan takut untuk dilalui pada malam hari. “Ancaman ular sudah pasti ada dimalam hari. Karena bukan sekali dua, warga sangat sering melihat ular besar warna hitam, memotong badan jalan pada malam hari. Biasanya, ular hitam besar itu muncul ba’da magrib dan ba’da shubuh,” sebut Karman, warga lainnya.
Ditambahkan, munculnya ular hitam besar itu memamng belum menimbulkan korban gigitan atau semacamnya. Namun, penampakan ular tersebut, sudah menimbulkan trauma bagi yang sudah pernah melihat ular itu. Sehingga warga yang melihat ular, diserang demam panas hingga kurang lebih seminggu. “Akibat lain, warga yang trauma tidak mau lagi melintasi jalan itu, meskipun siang hari,” katanya.
Pihaknya, juga warga pada umumnya berharap, Damija di kawasan itu segera dibersihkan. Agar jalan tersebut mudah dilalui kenderaan, maupun pejalan kaki lainnya. “Biasanya, ada anggaran perawatan Damija itu, di Pemkab Abdya, kalau tidak salah di Dinas PUPR,” demikian Karman.(b21)