BLANGPIDIE (Waspada): Gelombang pasang yang terjadi sepanjang pantai pesisir Aceh Barat Daya (Abdya) dan sekitarnya, sejak beberapa waktu terakhir, tidak hanya berimbas terjadinya abrasi. Namun juga berdampak bagi kelangsungan nasib petani penduduk ‘Nanggroe Breuh Sigupai’.
Seperti halnya yang terjadi pada nasib petani areal persawahan Sangkalan, Kecamatan Susoh. Akibat gelombang pasang tersebut, mulut muara Sangkalan jadi tersumbat tinggi, sehingga, tidak dapat ditangani secara manual. Imbasnya, muara Sangkalan meluap dan merendam tanaman padi penduduk sekitar, yang mengancam gagalnya panen mendatang. Padahal, areal persawahan penduduk di kawasan itu dan sekitar, jelang memasuki masa panen.
Menyikapi masalah itu, Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Abdya, Kamis (13/6) lalu, langsung menurunkan satu unit alat berat jenis ekskavator, dalam upaya mengeruk mulut Muara Sangkalan yang tersumbat tinggi itu. “Upaya ini kita laksanakan, sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib petani kita, agar tidak sampai gagal panen gegara rendaman banjir luapan muara ini,” ujar Hendri Yadi SP, Plt Kadistanpan Abdya di lokasi.
Diakui Hendri Yadi, sebelumnya pihaknya sudah menerima laporan dari masyarakat, terkait puluhan areal persawahan jelang masa panen yang terendam air. Rendaman itu terjadi akibat luapan muara Sangkalan yang telah tersumbat dan menghambat air mengalir ke laut. “Kondisi di lapangan tidak dapat dikerjakan secara manual. Makanya kita turunkan alat berat, agar memudahkan dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan, air juga dapat mengalir lancar ke laut lagi,” ungkapnya.
Hendri Yadi memastikan, tersumbatnya mulut muara Sangkalan itu, dikarenakan terjadinya abrasi di kawasan pesisir Susoh akkbat gelombang pasang yang melanda kawasan itu dan sekitarnya sejak beberapa waktu terakhir. “Kami berupaya membuka kembali mulut muara ini, sehingga air pasang segera surut dan petani kembali bisa memanen padinya,” pungkasnya.(b21)