BIREUEN (Waspada): Kabupaten Bireuen memang tidak memiliki kebun kopi, tetapi dulunya pengekspor biji kopi pilihan ke luar daerah, bahkan ke luar negeri dari Bireuen. Bukti dari itu, sebelumnya kota juang memiliki sejumlah gudang penyortir.
“Tujuan kegiatan ini salah satunya untuk membangkit pelaku usaha coffee di Bireuen. Salah satu pendongkrak ekonomi Bireuen waktu itu adalah dari kopi. Kebunnya di Takengon Aceh Tengah dan Bener Meriah, tetapi Bireuen bisa memanfaatkan produk kopi dengan cara dijemur, sortir dengan kualitas terbaik di dalam gudang, baru dikirim ke seluruh Indonesia dan luar Negeri,” kata Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Dr Amiruddin Idris M.Si, dalam sambutannya pada pembukaan Festival Coffee Kulinary di eks Stadion Cot Gapu, Jumat (13/9) malam.

Kondisi sekarang, Kota Juang tersebut kini jauh berbeda dengan masa masa itu, yang tidak memiliki gudangnya lagi, bahkan tidak memanfaatkan tempat strategis segitiga emas ekonomi Aceh. Keadaan seperti ini perlu ditelaah ataupun dikaji dengan cara dibuat marketing kembali oleh pemerintah daerah, sehingga kota segitiga emas di daerah tersebut akan terwujud kembali.
“Saya pernah mencetus sebuah buku dan telah tersebar ke berbagai penjuru yang isinya adalah Kabupaten Bireuen segitiga emas Provinsi Aceh, kita lihat dengan letaknya segitiga antara Bener Meriah dan Aceh Tengah (Takengon). Karena Bireuen merupakan kota transit yang dulunya sangat maju, tapi tentunya di masa yang akan datang lebih maju lagi daripada masa yang lalu,” harap Amiruddin.
Dia menyebutkan, pembukaan Festival Kulinary tersebut, dibuka secara sederhana mengingat Aceh dalam berduka atas berpulangnya Ulama Kharismatik Aceh, Tgk Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop).
Di tempat itu malam sebelumnya juga dilaksanakan doa bersama untuk Almarhum Tu Sop yang di hadiri oleh seribuan masyarakat Kabupaten Bireuen.
“Untuk itu, kemarin saya memanggil pelaksananya ke rumah agar acaranya dikemas sesederhana mungkin. Harus disesuaikan dengan keadaan bergabungnya Aceh, Bireuen khususnya. Maka acaranya sangat sejuk dan kemarin malam juga kita lakukan tahlil dan doa bersama di sini kepada Almarhum,” ucap Dr Amiruddin idris dengan nada sedih atas kepergian Tu Sop untuk selamanya.
Festival Kulinary itu, dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh dan Dinas yang diikuti 55 usaha kopi dan kuliner Aceh dari Kabupaten Bireuen, 10 warung kopi dan 40 stand UMKM, satu Gallery Coffee Gayo dan empat coffee truck. (czan)