ACEH UTARA (Waspada): Ketua Gerakan Pemuda Berusaha Tani (Geupeubut) Aceh Utara yang juga lulusan Fakultas Pertanian Unimal, Zulfikar Mulieng, Selasa (6/9) sore menyebutkan, akibat jebol Bendung Krueng Pase, Aceh Utara mengalami loss income lebih dari Rp.407 miliar untuk dua kali musim tanam.
Mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Malikussaleh itu merincikan kehilangan pendapatan dari sektor pertanian padi di 9 kecamatan yang ketergantungan suplai air dari Daerah Irigasi (DI) Pase Kiri dan Pase Kanan.
Total luas lahan persawahan di 9 kecamatan itu adalah 8,671 Ha. Maka, jika dikalikan produktifitas rata-rata per hektar sebanyak 5 ton, maka dalam satu kali musim tanam, Aceh Utara mengalami kehilangan gabah di 9 kecamatan itu sebanyak 43.355 ton.
“Itu baru satu kali musim tanam. Sedangkan masyarakat petani sawah di 9 kecamatan itu sudah dua kali gagal turun sawah, maka Aceh Utara kehilangan produksi gabah sebanyak 86,750 ton. Dan jika dikalikan dengan harga Rp.4,670 per Kg, maka lebih dari Rp.407 miliar, Aceh Utara mengalami loss income dari sektor pertanian padi di 9 kecamatan itu,” rinci Zulfikar Mulieng.
Memang kata Zulfikar, tidak semua lahan tersebut terlantar akibat terjadinya kerusakan bendung, namun ada 2 Ha lahan yang ditanami kacang dan sebagian lainnya masih produktif karena ada pompanisasi.
“Tapi dominan dari luas lahan sawah 8,671 Ha terlantar karena tidak ada suplai air. Jika pekerjaan pembangunan Bendung masih berlangung lama, loss income yang dialami Aceh Utara akan semakin banyak. Dan tentunya, kondisi ini sangat merugikan masyarakat petani di 9 kecamatan itu,” sebutnya.
Terpaksa Harus Menunggu Irigasi Mikail
Seharusnya dalam dua tahun terjadinya kerusakan bendung, petani di 9 kecamatan tersebut telah mengalami 4 kali turun sawah. Namun, karena dalam setahun mendapat suplai air dari irigasi Mikail, maka masyarakat petani di 9 kecamatan itu hanya mengalami kegagalan dua kali musim tanam.
“Mikail itukan malaikat pembawa hujan. Andai tidak ada hujan dalam dua tahun kemarin, maka 4 kali petani di 9 kecamatan itu gagal turun ke sawah untuk bercocok tanam,” urai Zulfikar Mulieng tersenyum. (b07).
Foto: Ketua Geupeubut Aceh Utara, Zulfikar Mulieng. Waspada/Ist