ACEH TAMIANG (Waspada): Memasuki hari terakhir masa pendaftaran pencalonan Bupati- Wakil Bupati untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh Tamiang tahun 2024 dikabarkan baru satu pasangan calon yang akan mendaftar sebagai peserta Pemilukada ke kantor KIP Aceh Tamiang.
Desas – desus pada Kamis (29/8) yang berkembang di masyarakat bahwa, pasangan calon (Paslon) yang akan mendaftar pada sore ini adalah Armia Fahmi sebagai calon bupati dan Ismail sebagai calon wakil bupati yang disebut-sebut telah mendapat dukungan sejumlah partai politik baik nasional maupun partai lokal.
Tidak tertutup kemungkinan, saat ini juga sudah berkembang Pilkada Aceh Tamiang tahun 2024 akan adanya sebutan lawan kotak kosong. Hal ini karena baru ada gambaran satu Paslon yang akan mendaftar ke KIP Aceh Tamiang. Kendatipun sebelumnya beredar kabar Paslon H Hamdan Sati – Suprianto,ST juga ikut mendaftar,tetapi hingga Kamis siang belum adanya tanda-tanda Paslon dimaksud akan mendaftar sebagai peserta Pilkada.
Menyikapi kondisi ini, KNPI Aceh Tamiang angkat bicara dengan mengutip sepenggal kalimat tong kosong nyaring bunyinya. “Proses pemilihan dengan satu calon ini menunjukan upaya sistematis untuk membatasi persaingan elektoral, yang sering kali diatur oleh aktor politik yang kuat dan dinasti,” sebut Aidil Afriza, Bendahara Umum KNPI Aceh Tamiang kepada Waspada, Kamis (29/8) di Karang Baru.
Menurutnya, praktik semacam ini dapat mengosongkan demokrasi,mengurangi pemilihan menjadi formalitas belaka dari pada kontes ide, gagasan dan kepemimpinan yang sesungguhnya .Partai politik juga memperburuk kondisi dengan menuntut kontribusi yang besar dan sistem terpusat yang berlaku hari ini membuat seluruh keputusan dukungan diatur oleh pengurus di pusat sehingga membuat partai politik di daerah seolah tidak berdaya.
“Para pejabat memiliki keuntungan tidak adil dalam pemilihan, karena memungkinkan pejabat yang sedang menjabat untuk memanfaatkan sumber daya negara dan dukungan birokrasi untuk mengamankan partai dukungan dan suara dalam pemilihan,” tegasnya.
Aidil berpendapat,bahwa dalam kondisi demokrasi yang normal saja seperti hari ini seolah-olah kita diberikan kebebasan dalam memilih pilihan terbaik kita dalam Pileg maupun Pilkada, padahal pilihan itu sendiri telah dikondisikan oleh para elit partai di tingkatan tertentu.
“Apa lagi kita di Aceh Tamiang telah dihadapkan kepada keadaan yang terburuk yaitu tidak adanya pilihan atau kotak kosong, bagaimana kita bisa mencerdaskan masyarakat dan memberikan warisan yang baik bagi generasi penerus di bumi muda sedia,” ucapnya seraya mengatakan, terlebih parahnya jika tidak ada terjadinya adu gagasan pada Pilkada 2024 ini dan sangat memprihatinkan keadaan serta bagaimana semangat bertanding untuk bersanding telah tidak ada di Aceh Tamiang.
Lanjutnya,semoga kejadian tidak terjadi atau tidak terulang lagi dalam sejarah Aceh Tamiang, “kami selalu mendoakan orang tua, senior, dan para tokoh-tokoh agar bisa ikut mencerdaskan bangsa dengan ikut andil dalam Pilkada adu gagasan, bukan hanya sekedar memiliki isi tas dan logistik, ”tegas Aidil lagi.(b15).