Scroll Untuk Membaca

Aceh

Abu Manan Peubeut (Ajari) Ayah Wa

Abu Manan Peubeut (Ajari) Ayah Wa
Ketua MPU Aceh Utara yang juga salah seorang ulama kharismatik Aceh, Abu Manan, Kamis (24/4) menyampaikan muizah di hadapan Bupati Aceh Utara, Ismail A jalil pada acara peresmian Program Tahfiz Quran untuk jenjang SD dan SMP se Aceh Utara.Waspada/Maimun Asnawi

ABU MANAN salah seorang ulama kharismatik Aceh diundang oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Utara H. Jamaluddin Usman, S.Sos.,M.Pd untuk menyampaikan nasehat atau pengajaran yang baik dan bijaksana kepada seluruh tamu undangan yang berhadir pada acara launching program tahfiz quran untuk tingkat SD dan SMP se-Aceh Utara.

Harapan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara, program ini diluncurkan untuk mengatasi buta huruf baca quran terhadap seluruh pelajar. Target dari program ini, setiap anak yang telah tamat SD wajib mampu hafal juz 30. Dan bagi siswa yang akan tamat SMP mampu menghafal juz 29 dan 30.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Abu Manan Peubeut (Ajari) Ayah Wa

IKLAN

Peresmian program ini dilaksanakan oleh Bupati Aceh Utara Ismail A. Jalil atau yang akrab disapa Ayah Wa. Bersama bupati ikut hadir, Sekretaris daerah (Sekda), Dr. A. Murtala, M.Si, Asisten III Setdakab Aceh Utara Fauzan, Kepala Disdukcapil, Safrizal, para kepala sekolah dan guru.

Kegiatan launching Program Tahfiz Quran dilaksanakan secara seremonial di halaman SMP Negeri 1 Syamtalira Bayu, Kamis (24/4) pagi. Setelah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara menyampaikan kata sambutan terkait tujuan meluncurkan program tersebut.

Giliran Bupati Aceh Utara, Ayah Wa naik ke panggung. Di atas mimbar di hadapan hadirin, Ayah Wa memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada kepala dinas dan kepala sekolah yang telah berinisiatif membuat program yang dinilai sangat baik. Pada kesempatan itu, orang nomor satu di Aceh Utara itu, menekankan kepala dinas dan kepala sekolah agar dapat menjalan program ini dengan baik.

Sebelum mengakhiri kata sambutannya, Ayah Wa dengan penuh semangat, meminta seluruh tamu undangan, termasuk Abu Manan untuk berdiri sejenak. Dia meminta seluruh hadirin untuk mengepalkan tangan dan mengucapkan kalimat, bangkit…bangkit…bangkit setelah dia mengatakan Aceh Utara. Karena menurut Ayah Wa, perkataan adalah doa.

Setelah selesai yel-yel Aceh Utara bangkit, Ayah Wa turun dari panggung dan MC mempersilahkan Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Utara, Abu Manan (Tengku H. Abdul Manan) untuk menyampaikan nasehat atau pengajaran yang baik dan bijaksana terhadap kegiatan yang dilaksanakan pada hari itu. Juga diminta agar Abu Manan menutup kegiatan itu dengan doa.

Nasehat yang disampaikan oleh Abu Manan kepada seluruh tamu undangan adalah bertujuan untuk mengingatkan dan mengarahkan Bupati Aceh Utara dan Sekda Aceh Utara beserta seluruh asisten, kepala dinas dan kepala sekolah kepada kebaikan.

Setelah memberi salam, menyampaikan puji-pujian kepada Allah SWT dan menyampaikan selawat dan salam kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, Abu Manan melanjutkan dengan kalimat, yang terhormat dan yang dimuliakan Bupati Aceh Utara, Sekda Aceh utara, para asisten, terkhusus Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara beserta seluruh tenaga pengajarnya.

Kemudian Abu melanjutkan, “bapak-bapak dan para hadirin yang terhormat, di ujung adalah doa, sebentar adalah dua tiga menit lebih sedikit adalah muizah (peringatan/nasehat). Bapak yang terhormat, rencana kita pada hari ini adalah bukan untuk melahirkan baca quran tetapi untuk menjalankan isi yang ada dalam quran”.

Abu Manan Peubeut (Ajari) Ayah Wa
Bupati Aceh Utara Ismail A. Jalil bersama Sekda, para asisten dan kepala dinas saat mendengar nasehat Abu Manan pada acara launching Program Tahfiz Quran di SMP Negeri 1 Syamtalira Bayu, Kamis (24/4) pagi.Waspada/Maimun Asnawi

Lalu Abu mengatakan, launching Program Tahfiz Quran, bukan untuk mencari tata bahasa Al-Quran, tetapi peresmian program ini adalah untuk menjalankan apa yang disampaikan dalam bahasa Al-Quran.

“Tidak mungkin kita menjalankan program tersebut jika quran tidak dibaca. Justru karena demikian, bapak-bapak dan hadirin serta sidang jamaah yang terhormat, mari sedikit kita merenung pengalaman yang terjadi pada masa lalu,” ajaknya.

Semenjak zaman pertama sampai zaman sebelum zaman kita, sebut Abu Manan, apabila di satu tempat dan tempat tersebut dalam posisi kurang bersih dan tempat itu telah diisi dengan benda yang tidak berarti.

Lalu kemudian, tempat tersebut ingin dibersihkan. Dengan maksud bukan hanya sekedar bersih. Tetapi, setelah tempat itu dibersihkan atau lahan itu bersih, harus ditanami beberapa jenis tumbuhan yang berguna.

Tanaman apa yang bisa ditanami, kata Abu, apapun bisa ditanam. Kalau memang mampu dengan tanaman yang pohonnya tinggi seperti kelapa dan kepala sawit, maka itu lebih baik. Jika tidak mampu menanam tanaman yang pohonnya tinggi seperti itu, maka sebut Abu, tanamilah di lahan yang sudah bersih itu dengan tanaman kangkung dan bayam.

Jika lahan yang sudah dibersihkan itu telah ditanami dengan beberapa jenis tanaman seperti yang sudah disebutkan tadi, sebut Abu, pada lahan itu tidak akan tumbuh rumput. Maka karenanya, bapak bupati, sebut Abu Manan, program Tahfiz Quran di jenjang SD dan SMP ini harus dijalankan.

“Maka hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang bupati adalah mengisi tanaman di lahan yang sudah dibersihkan tadi,” terang Abu Manan.

Maknanya apa, tanya Abu Manan, maknanya, jangan hanya sekadar meresmikan program seperti yang baru saja dilakukan oleh bupati. Kalau hanya sekedar program, maka kata Abu, selesai Ayah Wa menjabat sebagai kepala daerah di Aceh Utara, datang bupati yang lain dan datang bupati yang lain, maka lain lagi programnya.

“Percayalah, program yang dilaunching hari ini tidak akan dijalankan oleh bupati berikutnya, karena bupati lain akan melaksanakan program yang lain. Maka program baca quran di sekolah tidak boleh bernasib seperti itu. Namun program ini harus diikat dengan qanun yang menjadi sebuah aturan di Kabupaten Aceh Utara,” pinta ulama kharismatik Aceh itu.

“Aturan itu tertulis dalam buku dan di dalam buku tersebut tertulis aturan tentang program tahfiz quran di lingkungan sekolah se-Aceh Utara. Jika ini sudah dilakukan, maka siapapun bupati ke depan wajib menjalankan aturan (qanun) yang telah dibuat pada masa Ayah Wa menjadi bupati di Kabupaten Aceh Utara,” sebut Abu Manan memberitahukan.

“Pak Sekda,” panggil Abu. “Untuk menjalankan program terbaik ini jangan sampai tidak ada anggaran untuk membuat qanun tahfiz quran di Aceh Utara. Program ini akan terus menerus dijalankan, jika qanun telah dibuat. Jika tidak ada qanun, maka setelah Ayah Wa memimpin, datang bupati yang lain, program ini akan berganti dengan program yang lain,” Abu Manan kembali mengingatkan.

Maka karenanya, lanjut Abu, apa yang disampaikan oleh Ayah Wa tadi, mudah-mudahan lima tahun ke depan program tahfiz quran di sekolah memiliki aturan khusus yang menjadi pegangan setiap bupati. Pengalaman yang lalu, berapa banyak program baca quran di sekolah hingga saat ini satupun tidak berjalan.

“Bapak-bapak yang terhormat,” kata Abu lagi, sembari menyarankan, “Program ini memerlukan biaya, seperti biaya makanan bergizi untuk pelajar di sekolah. Untuk menjalankan program makanan bergizi, negara mengambil anggaran dari anggaran yang telah dijatahkan untuk program yang lain. Maka Ayah Wa dan Sekda, juga harus melakukannya untuk menjalankan program tahfiz quran ini di Aceh Utara”.

“Bapak-bapak dan hadirin yang terhormat,” kata Abu. “Berapa banyak pekerjaan yang baik, dan berapa banyak pekerjaan yang tidak baik, tidak berjalan dengan hanya mencetuskan program. Maka karenanya, siapa yang menjalankan program tahfiz quran ini. Jangan sekedar membuat program tapi tidak ada yang menjalankan,” katanya.

Lalu muncul pertanyaan, sebut Abu Manan, bagaimana hukum untuk menjalankannya. Setelah meresmikan program ini, lalu siapa yang menjalankannya. Dan untuk persoalan ini jangan diserahkan tanggungjawab untuk menjalankan program pada ustadz (tengku). Kalau ustadz yang menjadi orang yang menjalankan program ini, maka dipastikan tidak berhasil.

“Yang ada, ustadnya rugi waktu dan capek, program tidak berjalan sesuai harapan. Tapi siapa juga yang tepat untuk menjalankan program seperti ini yaitu seseorang yang memiliki kekuasaan,” katanya.

Abu teringat sebuah riwayat yang tidak mungkin dipungkiri. Riwayat itu, kata Abu, terkait seseorang yang menyatakan bahwa quran adalah makhluk. Dan itu bukanlah persoalan baru tetapi merupakan persoalan yang lama. Sesudah seseorang itu mencetus program quran adalah makhluk dan bukan kalam Allah.

Kemudian, lanjut Abu, seseorang itu sendiri mencoba untuk menjalankan program tersebut, satu bulan, dua bulan. Kemudian setahun, dua tahun dan seterusnya, programnya tetap tidak berjalan.

Lalu pada diri seseorang itu, kata Abu Manan, muncul ide, kalau dirinya harus menyampaikan masalah ini kepada raja. Lalu seseorang ini bertemu dan memberitahukan kepada raja, bahwa quran lebih baik dijalankan dengan cara, masyarakat harus mau mengatakan bahwa quran itu makhluk.

“Pada saat seseorang ini telah menyampaikan pikirannya, raja merespon dengan mengatakan, bahwa inilah pikiran yang baik. Kalau saja ada dua orang lainnya yang berpikiran seperti yang disampaikan oleh seseorang itu, maka, kata raja, inilah pikiran yang baik,” ucap Abu sambil bercerita.

Setelah seseorang ini memikirkan yang baik menurutnya, kata Abu Manan lagi, maka seseorang ini menyampaikan kepada raja agar pikirannya ini dapat dijalankan di kerajaan tersebut. Dan raja adalah orang yang memiliki kekuatan. Untuk menjalankan program ini, maka raja mendapatkan ide, jika ada masyarakatnya yang tidak mau mengakui kalau quran itu adalah makhluk, maka orang tersebut ditangkap dan dipenjara. Kalau setelah dipenjara tetap dia tidak mau mengakui kalau quran itu adalah makhluk, maka raja akan membunuh orang tersebut.

“Akibat merasa takut dengan tindakan yang diambil oleh raja, maka orang-orang dengan terpaksa mengakui bahwa quran adalah makhluk dan bukan kalam Allah. Mengapa program ini berjalan, karena yang menjalankan adalah raja,” sebut Abu Manan.

“Hari ini, kita membuat launching tahfiz quran, apakah program ini berjalan atau tidak. Jalan atau tidak berjalan tergantung pada bupati. Dulu, sebut Abu Manan, para imam gampong dipanggil ke provinsi oleh gubernur untuk menjalankan program membuat mushalla di setiap sekolah, agar seluruh pelajar dapat melaksanakan shalat Dhuhur berjamah di sekolahnya masing-masing,” kata Abu.

Abu menambahkan, pulang dari provinsi, tengku imum menyampaikan program tersebut kepada pihak terkait dan berhasil mendirikan mushalla di setiap sekolah hingga mushalla itu masih ada hingga saat ini. Kenapa ada mushalla di sekolah? Karena yang menjalankan program adalah pemerintah.

Nah, kata Abu lagi, untuk menjalankan program baca quran di sekolah juga harus dijalankan oleh pemerintah. Bagaimana menjalankan program ini, yaitu dengan mengajari baca quran dan kemudian dijalankan dengan sikap. Artinya, di setiap mushalla di seluruh sekolah yang ada di Aceh Utara harus ada shalat Dzuhur berjamaah.

Bagaimana agar pelajar mau shalat berjamaah di sekolah yaitu dengan cara tidak memaksa pelajar untuk shalat, tetapi guru jangan sampai ada di luar pagar sekolah, dan guru harus mampu menjadi imam.

Kalau ada guru belum bisa baca quran, maka dengan adanya program ini, 10 atau 15 tahun ke depan, tidak ada lagi pelajar dan guru yang tidak mampu membaca Al-Quran.

“Pertanyaan saya kepada hadirin semuanya, lebih cepat berhasil yang mana, memarahi pelajar (anak-anak) untuk shalat berjamah atau lebih cepat berhasil dengan cara kerlingan mata. Jawabnya adalah lebih cepat dengan kerlingan mata,” kata Abu.

Abu Manan Peubeut (Ajari) Ayah Wa

Lalu muncul lagi pertanyaan, kata Abu, lebih cepat berhasil dengan cara yang mana, jika pada saat masuk waktu shalat, guru langsung masuk mushalla atau dengan cara memarahi anak-anak masuk ke dalam mushalla. Jawabnya kata Abu, lebih cepat berhasil dengan cara guru lebih dulu masuk mushalla.

“Maka karenanya, program tahfiz quran di seluruh sekolah SD dan SMP di Aceh Utara merupakan barang berharga. Dan Insya Allah, program ini hanya ada di Aceh Utara. Momen ini dapat diambil oleh Ayah Wa untuk menjalankan keinginan Ayah Wa agar Aceh Utara ini bangkit,” kata Abu dalam tausiyahnya itu.

Kalau hanya dengan cara menghafal slogan bangkit…bangkit…bangkit pada setiap momen pertemuan, lanjutnya, dikhawatirkan nantinya bangkitnya jjalan, yang nanti menjadi jalan semakin rusak.

“Jadi kalau memang ingin bangkit, maka tolong Ayah Wa jalankan. Kalau sudah ada niat maka Ayah Wa jangan diam. Inilah kira-kira sambutan sederhana saya. Mudah-mudahan pengalaman di masa lalu menjadi guru di masa depan,” harapnya.

Namun sebelum membaca doa, Abu Manan sempat meminta maaf kepada Ayah Wa selaku bupati di Aceh Utara dan meminta maaf kepada Sekda. Semoga dapat dimaklumi.

“Tolong, program hafal quran ini benar-benar sukses. Target dari program ini, setelah tamat SD, anak-anak mampu menghafal juz 30. Dan mampu menghafal juz 29 dan 30 saat tamat SMP..”

“Mengapa ini perlu saya tekankan. Pada saat saya menjabat sebagai Anggota DPRD di Aceh Utara dulu, ada kegiatan untuk memilih seseorang untuk ditempatkan pada satu posisi penting. Dan untuk mengikuti tes, seseorang itu harus mampu membaca quran. Dan pada waktu itu, saya merupakan salah seorang yang melakukan uji baca quran.”

Lanjut Abu, “Dan dalam kegiatan itu ada satu peserta dengan nomor antrean 13. Pada saat seseorang ini dipanggil, ternyata seseorang ini tidak datang. Tidak lama kemudian, seseorang ini hadir dan saya bertanya pada seseorang ini, tentang mengapa dia tidak memenuhi panggilannya. Lalu seseorang ini yang telah memiliki gelar S2 pada saat itu menjawab, kalau dirinya pulang ke rumah sebentar untuk mengambil yasin dengan tulisan latin.”

Lalu Abu mengatakan pada seseorang itu, “Kalau yasin bertulisan latin, pastilah anda mampu membacanya karena anda orang sekolahan. Coba anda baca yasin bertulisan arab. Dan seseorang ini langsung menjawab, kalau dia tidak mampu membacanya”.

Ternyata kata Abu Manan, persoalan mampu tidak mampu baca quran adalah persoalan yang sudah ada sejak dulu. Jika maslah ini terus bertambah, maka sangat aneh.

“Mudah-mudahan ke depan, kalau ada pemilihan calon pemimpin, jangan sampai tidak mampu membaca yasin bertulisan arab. Bagaimana kalau sekiranya kita menghadiri acara yasinan ditempat orang meninggal dan di tempat itu tidak ada yasin bertulisan latin,” tanya Abu.

“Mudah-mudahan yang terjadi pada seseorang tadi, dapat menjadi pemicu semangat, agar program baca quran di sekolah dapat dijalankan hingga berhasil. Berjalan atau tidak berjalan program ini setelah dilounching tergantung pada bupatinya,” tambahnya.

“Sedangkan wali murid bertindak sebagai pendukung dan kemudian pihak sekolah adalah pihak yang menjalakan apa yang diperintahkan oleh bupati. Jika ini dilakukan, maka Insya Allah berhasil,” demikian Abu Manan mengakhiri nasehatnya.

Maimun Asnawi, SH.I.,M.Kom.I

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE