IDI (Waspada): Seluas 8.400 hektar lahan sawah yang memiliki jaringan irigasi di sejumlah kecamatan dalam Kabupaten Aceh Timur, mulai memasuki musim panen. Sebagian petani melakukan panen menggunakan mesin pemotong padi modern, namun sebagian tetap menggunakan sabit dan mesin perontok.
“Sebagian lahan pertanian disini memanen menggunakan mesin modern. Tapi sebagian memilih menggunakan sabit untuk memanen padi di sawah, karena lahan persawahannya tidak bisa dilewati mesin pemotong padi,” kata Imran, petani sawah di Banda Alam, Selasa (6/12).
Dikatakannya, tidak seluruh petani menggunakan mesin modern dalam memotong padi, karena sebagian lahan persawahan berlumpur, sehingga sulit diturunkan alat mesin modern dalam memotong padi. “Tapi sebagian yang memanen menggunakan sabit dan mesin perontok, karena ingin menyimpan gabah untuk dijadikan beras,” timpa Imran.
Camat Banda Alam, Iskandar, terpisah mengiyakan, sebagian besar petani di kecamatannya sedang melakukan panen. Begitu juga dengan beberapa kecamatan lain yang bertetangga dengannya, seperti Idi Tunong.
“Sebagian masyarakat sedang memasuki musim panen,” sebut Iskandar, seraya menyebutkan, jumlah sawah yang memiliki jaringan irigasi lebih luas dibandingkan dengan sawah tadah hujan.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Timur, Masri, dikonfirmasi terpisah mengatakan, sawah yang memiliki jaringan irigasi hampir imbang dengan luas sawah tadah hujan.
“Luas sawah tadah hujan 8.266 hektar. Selebihnya adalah sawah yang memiliki jaringan irigasi dan waduk,” pungkasnya. (b11).
Teks Foto: PANEN PADI: Petani melakukan panen padi secara tradisional di Gampong Seuneubok Pango, Banda Alam, Aceh Timur, Selasa (6/12). Waspada/M. Ishak
