IDI (Waspada): Tidak kurang dari 40 individu gajah sumatera kembali masuk dan merusak berbagai jenis tanaman di kebun milik warga di Gampong Sri Mulya, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur, Minggu (24/11). Meskipun tidak ada korban jiwa, namun keberingasan gajah membuat lahan pertanian lenyap.
“Sekitar 40 gajah masuk dan merusak berbagai jenis tanaman milik warga di Dusun Makmur, lokasi tidak jauh dari rumah warga. Kejadian berturut-turut selama tiga malam,” kata Keuchik Gampong Sri Mulya, Sumarlin, kepada Waspada, Senin (25/11).
Dia mengatakan, puluhan gajah tersebut telah berulang kali masuk dan mengobrak-abrik ladang warga. Bahkan tiga bulan yang lalu sejumlah rumah dan pondok milik warga ikut di rusak satwa liar berbadan jumbo itu.
“Pekan lalu aksi po meurah (gajah—red) terlihat disejumlah titik di desa ini, tadi malam aksinya kembali dilakukan dengan merusak tanaman warga dan masuk ke ladang perkebunan dan pertanian milik warga,” ujar Sumarlin, seraya menyebutkan, jenis tanaman yang dirusak antara lain pisang, sawit, kakao, pinang dan tanaman padi darat (gogo—red).
Upaya yang dilakukan pihaknya selama ini bersama Ranger Forum Konservasi Leuser (FKL), lanjut dia, melakukan pengusiran dengan membunyikan mercon. “Namun rata-rata ketika kami bunyikan mercon kawanan gajah ini tidak peduli. Bahkan justru mendekat ke arah warga yang melakukan pengusiran,” timpa Sumarlin.
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Peunaron, Agus Kiswanto, terpisah mengakui adanya aksi keberingasan gajah sumatera di sejumlah gampong (desa—red) dalam wilayah kerjanya, antara lain Gampong Sri Mulya, Sp VI (Arul Pinang) dan Peunaron Baro. “Kita sering berdiskusi soal konflik gajah ini dengan teman-teman FKL, namun sampai saat ini belum ditemukan solusi,” katanya.
Oleh karenanya, Agus Kiswanto berharap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh untuk melakukan penanganan secara permanen, seperti melakukan penangkaran ke habitat. “Caranya adalah melanjutkan penyelesaian barrier (pagar alam—red) di sejumlah titik yang berbatasan dengan sejumlah perusahaan perkebunan, sehingga gajah tidak lagi berkonflik dengan manusia,” saran Agus Kiswanto.
Sebagaimana diketahui, barrier gajah adalah pembatas pergerakan gajah liar yang dibangun untuk mencegah konflik gajah dengan manusia, seperti pembuatan parit, menanam tanaman yang tidak disukai gajah seperti tanaman lemon dan power fencing atau kawat kejut.
Pembangunan barrier gajah merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian gajah tanpa mengesampingkan upaya konservasi dan pembangunan manusia. Di Aceh, pembangunan barrier gajah telah dilakukan di Aceh Jaya berupa parit yang dibangun CRU Aceh. Sedangkan barrier berupa parit di Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Selatan dibangun FKL. (b11).
Teks Foto :
GAJAH SUMATERA: Kawanan gajah sumatera terlihat di perkebunan warga Gampong Sri Mulya, Peunaron, Aceh Timur, Senin (18/11) lalu. Waspada/Ist.