SIGLI (Waspada): Setidaknya 174 pengungsi etnis Rohingya yang terdampar di lepas pantai Gampong (desa-red) Ujong Pie, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, selamat, Senin (26/12) sore.
Sementara 20 orang dilaporkan meninggal dunia, satu diantaranya anak-anak. Mereka yang meninggal dunia di dalam kapal karena kelaparan. Begitu diketahui ada penumpang yang meninggal, jenazahnya langsung dilarung ke laut. Demikian disampaikan Muhammad Taher, 35, salah seorang pengungsi Rohingya, saat ditemui waspada.id di tempat pengungsian sementara di SMPN 2 Cure, Kecamatan Muara Tiga, Selasa (27/12).
Kata Muhammad Taher, kapal reot yang membawa rombongan pengungsi muslim etnis Rohingnya, ini terdampar di perairan laut Gampong Ujong Pie, Kabupaten Pidie setelah 35 hari terombang*ambing di laut, tanpa makanan dan air.
“Selama di dalam kapal, posisi kami penumpang semua duduk, tidak bisa tidur karena jumlah kami sangat banyak. Yang meninggal dunia langsung dilarung ke dalam laut,” cerita Muhammad Taher.
Dia mengungkapkan kapal yang mengangkut rombongannya tersebut terdampar karena mesin mengalami kerusakan, sementara gelombang laut yang tinggi disertai angin kencang membuat kapal kayu yang mengangkut rombongannya terdampar ke Gampong Ujong Pie, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie.

Genosida
Muhammad Taher, menuturkan, kapal yang mengangkut rombongannya terdampar di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, Indonesia, ini dalam upaya melarikan diri dari aksi kekerasan dan genosida di Myanmar. Sebelumnya, dia bersama jutaan ribu pengungsi etnis Rohingya lainya pernah mengungsi dan tinggal di Bangladesh.
Lanjut dia, untuk menghindari kesulitan hidup di kamp-kamp pengungsi yang sangat padat di Bangladesh, dia bersama ratusan pengungsi Muslim-Rohingya ini berupaya melarikan diri ke Indonesia dan Malaysia karena menilai dua negara itu pendudukanya mayoritas Muslim.
Sekda Pidie H Idhami S.Sos, MSi, ditemui Waspada, di sela-sela melakukan pemantauan pengungsi etnis Rohingya di SMN2 Cure, Kecamatan Muara Tiga, Selasa (27/12) mengatakan sambil menunggu datangnya pihak terkait dalam penanganan pengungsi Rohingya, Pemerintah Kabupaten Pidie akan menanggulangi sementara dengan mendirikan satu dapur umum.
Petugas dapur umum akan menyiapkan sarapan pagi, makan siang dan makan malam serta makanan snack lainnya. Untuk selanjutnya, kata H Idhami, Pemkab Pidie berkoordinasi dengan Lembaga International Organization for Migration (IOM) dan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
Terkait penanganan kesehatan para pengungsi, H Idhami mengungkapkan pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Dinkes dan Puskesmas Muara Tiga, serta unsur TNI/Polri. Sekarang yang paling diperlukan oleh pengungsi Rohingya, MCK, air minum, dan pakaian. “Insya Allah kami akan koordinasi dengan Dinsos untuk penyiapkan kebutuhan tersebut,” pungkasnya.
Muhammad Rafki Syukri, Protection Associate UNHCR, mengatakan dengan kondisi konflik yang tidak aman di negara asalnya etnis Rohingya, Myanmar pergerakan kelompok pengungsi untuk mencari tempat aman sangat tinggi, namun UNHCR belum mengetahui data sebenarnya terkait jumlah kapal pengangkut rombongan pengungsi Rohingya, baik itu dari Bangladesh maupun dari Myanmar.
Terkait dengan pengungsi Rohingya yang terdampar di Pidie dan tempatkan SMPN 2 Cure, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Muhammad Rafki Syukri, mengatakan UNHCR akan fokus pada pemberian pelayanan kemanusiaan. Hal ini kata dia, termasuk penyediaan makanan, minum, kesehatan termasuk pendidikan. Terkait dengan lokasi pengungsian, UNHCR kata dia, akan berkoordinasi dengan pemerintah dalam hal ini Pemkab Pidie. (b06)