DI UJUNG timur Kota Langsa, terdapat sebuah gampong yang sunyi namun menyimpan banyak kisah, Buket Meutuah namanya. Gampong ini bukan sekadar titik di peta, melainkan gerbang terakhir Kota Langsa yang menghadap langsung ke perbatasan wilayah Aceh Tamiang.
Di balik kesunyian dan kesederhanaannya, tersimpan harapan besar dari masyarakat yang menggantungkan asa di tanah perbatasan. Gampong Buket Meutuah, yang berada di Kecamatan Langsa Timur, Kota Langsa, Provinsi Aceh, seolah berjalan dengan ritme waktu yang lebih lambat.
Di balik rumah-rumah kayu yang mulai renta, harapan kecil seringkali berbisik lirih. Desa ini berada di tengah rimbunnya pepohonan dan jalanan tanah yang berdebu saat panas, serta berlumpur saat hujan mengguyur.
Anak-anak berlarian tanpa alas kaki di antara ilalang, menyimpan mimpi yang mereka semai sendiri, meski jalan menuju cita-cita kerap tertutup kabut ketertinggalan. Akses jalan penghubung desa menjadi luka lama yang belum pernah sembuh, menjadi saksi bisu keterpinggiran pembangunan. Seolah negeri ini lupa bahwa mereka juga bagian dari ibu pertiwi.
Potret Kehidupan Sebelum TMMD
Suasana pagi di Buket Meutuah selalu diwarnai oleh aktivitas warga yang tak kenal lelah. Di ladang-ladang yang terbentang luas, tampak para petani berjibaku membawa hasil panen melintasi jalan tanah yang becek dan berlubang. Jalan setapak yang sempit dan rusak menjadi kendala utama dalam kehidupan sehari-hari.
Di sudut lain jalan, Pak Hariyanto, 54 tahun, tampak kesulitan saat mesin perontok padinya yang akrab disebut odong-odong terperosok ke dalam lubang. Bersama kernetnya, ia berjuang menarik mesin itu dari kubangan lumpur. Jalan yang rusak tak hanya menghambat aktivitas ekonomi, tetapi juga menambah beban hidup masyarakat.
Sementara itu, Nek Marliah, seorang lansia berusia 72 tahun, harus menuruni lereng ladang karet demi mengambil air dari embung kecil hasil tadah hujan satu-satunya sumber air bersih bagi warga. Setiap hari ia memikul ember berisi air, menempuh jarak yang cukup jauh demi memenuhi kebutuhan hidup.
Di sisi lain, Wilen Yopi Latul, seorang buruh serabutan berusia, 34 tahun, hanya bisa menggantungkan harapan pada sebuah rumah yang layak huni. Rumah kayunya yang lapuk dengan atap bocor dan dinding berlubang, menjadi tempat berteduh seadanya. Hembusan angin mudah menyusup, membawa dingin yang menusuk di setiap malam.
Kondisi tersebut tidak luput dari perhatian Serma Fahri Solihin, Babinsa Koramil 23/Langsa Timur. Ia dengan penuh kepedulian mendengarkan keluhan warga dan menyerap setiap aspirasi yang disampaikan. Laporan yang ia sampaikan kepada komando atas kemudian menjadi dasar dilaksanakannya TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-123 di Gampong Buket Meutuah.
Kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) merupakan wujud nyata sinergi antara TNI dan pemerintah daerah dalam mendukung percepatan pembangunan di wilayah pedesaan. Salah satu implementasi nyata program ini terlihat pada pelaksanaan TMMD Reguler Ke-123 Tahun 2025 yang dilaksanakan oleh Kodim 0104/Aceh Timur.
Upacara pembukaan TMMD Reguler Ke-123 dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2025. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Langsa, Syaridin, S.Pd., M.Pd., yang bertindak sebagai inspektur upacara. Momentum tersebut menjadi titik awal perubahan signifikan bagi masyarakat di Desa Buket Meutuah, Kecamatan Langsa Timur, yang menjadi lokasi utama kegiatan TMMD.
Kodim 0104/Aceh Timur hadir dengan semangat pengabdian yang tinggi untuk membangun desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Komandan Kodim 0104/Aceh Timur, Letkol Inf Tri Purwanto, S.I.P., selaku Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) TMMD Reguler Ke-123, memimpin langsung seluruh rangkaian kegiatan yang mencakup program pembangunan fisik dan non-fisik.
Dalam pelaksanaan program fisik, Satgas TMMD bersama masyarakat bahu membahu membangun infrastruktur strategis berupa pembukaan dan pengerasan jalan penghubung antara Desa Buket Meutuah dan Desa Matang Ceungai, yang selama ini menjadi salah satu kendala utama dalam aktivitas ekonomi dan mobilitas warga. Pembangunan ini diharapkan dapat memperlancar arus transportasi, mempercepat distribusi hasil pertanian, serta meningkatkan konektivitas antar wilayah.
Selain itu, TMMD Reguler Ke-123 juga mencakup kegiatan pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) milik salah satu warga, yaitu Bapak Wilen Yopi Latul. Pembangunan rumah ini merupakan wujud nyata kepedulian TNI terhadap kondisi sosial masyarakat yang membutuhkan bantuan. Program RTLH ini menjadi bagian penting dari sasaran non-fisik TMMD, yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara langsung.
Tak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur, program TMMD juga diisi dengan berbagai kegiatan non-fisik, seperti penyuluhan pertanian, penyuluhan penghijauan, serta kegiatan keagamaan dan kesehatan. Kegiatan-kegiatan ini menjadi sarana penting dalam memperkuat semangat gotong royong, mempererat persatuan dan kesatuan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pembangunan berkelanjutan.
Melalui pelaksanaan TMMD Reguler ke-123 ini, diharapkan tercipta sinergi yang harmonis antara TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam membangun desa yang mandiri, maju, dan sejahtera. Kegiatan ini tidak hanya membawa perubahan secara fisik, tetapi juga membangkitkan semangat kebersamaan dan kepedulian sosial di tengah masyarakat.
Menyulam Akses, Mengalirkan Harapan
Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler Ke-123 Tahun 2025 yang dilaksanakan oleh Kodim 0104/Aceh Timur menjadi tonggak nyata semangat kebersamaan antara TNI dan rakyat dalam membangun desa. Sasaran fisik yang menjadi prioritas utama pada kegiatan ini tidak hanya sebatas pembangunan infrastruktur, tetapi juga menghadirkan harapan baru bagi masyarakat di perbatasan.
Salah satu sasaran utama dalam program ini adalah pembangunan jalan perkerasan sepanjang 2.320 meter. Jalan ini dibagi menjadi dua segmen, yaitu Segmen I sepanjang 520 meter dengan lebar 3 meter, dan Segmen II sepanjang 1.800 meter, juga dengan lebar 3 meter.

Jalan tersebut menghubungkan Gampong Buket Meutuah dengan Gampong Matang Ceungai, membuka akses yang sebelumnya sulit dijangkau, dan menjadi jalur penghubung vital bagi aktivitas ekonomi, pendidikan, serta pelayanan sosial masyarakat. Jalan ini diharapkan menjadi nadi baru bagi geliat kehidupan warga, memudahkan mobilitas hasil pertanian, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal.
Tak hanya itu, sentuhan kemanusiaan juga hadir melalui rehabilitasi satu unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) milik Wilen Yopi Latul, seorang warga yang selama ini hidup dalam kondisi yang serba terbatas. Rumah yang sebelumnya berdinding papan rapuh dan atap bocor, kini berubah menjadi hunian yang lebih layak dan nyaman.
Kehangatan dalam rumah itu tak hanya hadir dari dinding dan atap yang kokoh, tetapi juga dari semangat gotong royong antara Satgas TMMD dan masyarakat setempat. Perubahan rumah tersebut menjadi simbol bahwa pembangunan tidak hanya menyasar fisik, tetapi juga menyentuh sisi kemanusiaan.
Lebih dari itu, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, TMMD juga menghadirkan lima titik sumber air bersih yang layak konsumsi dan mudah dijangkau oleh warga. Titik-titik air bersih tersebut dibangun di lokasi strategis agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya yang selama ini kesulitan memperoleh air bersih. Air yang mengalir dari sumber-sumber itu kini menjadi harapan baru, memberi kehidupan, dan menjaga kesehatan masyarakat.
Ketiga sasaran fisik tersebut menjadi bukti bahwa TMMD Reguler Ke-123 tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga menanam harapan dan memperkuat hubungan antara TNI dan rakyat. Jalan yang menghubungkan desa, rumah yang menghangatkan keluarga, serta air yang menghidupkan semuanya menjadi rangkaian jejak pengabdian yang menyatu dalam semangat kebersamaan demi kemajuan negeri.
Di balik derap langkah prajurit TNI yang gagah membangun infrastruktur desa, terdapat jejak pengabdian lain yang tak kalah pentingnya pengabdian itu melalui sasaran non-fisik. Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler Ke-123 Tahun 2025 Kodim 0104/Aceh Timur tidak hanya menyentuh aspek pembangunan fisik semata, namun juga menyentuh hati dan pemikiran masyarakat melalui kegiatan edukatif dan pemberdayaan yang berkelanjutan.
Di Desa Buket Meutuah dan sekitarnya, para prajurit bersama instansi terkait turun langsung ke lapangan, menyapa masyarakat dengan semangat perubahan. Mereka tidak sekadar membangun jalan dan memperbaiki rumah, tetapi juga membangun kesadaran, pengetahuan, serta harapan baru bagi warga.
Salah satu kegiatan yang menjadi titik fokus adalah sosialisasi pertanian dan ketahanan pangan. Dalam suasana hangat di balai desa, para petani berkumpul menyimak materi yang disampaikan oleh narasumber dari Dinas Pertanian.
Mereka diajarkan cara memanfaatkan lahan sempit untuk budidaya hortikultura, teknik pertanian ramah lingkungan, hingga pengelolaan hasil panen agar lebih bernilai ekonomi. Semangat para petani pun menyala kembali, menyadari bahwa kemandirian pangan bukan hanya cita-cita, tetapi sesuatu yang bisa diraih bersama.
Tak hanya soal pangan, TMMD juga menghadirkan edukasi tentang pentingnya penghijauan lingkungan. Di tengah cuaca yang makin tidak menentu dan kerusakan ekosistem yang terus mengancam, kegiatan ini menjadi langkah kecil yang berdampak besar.
Anak-anak sekolah dasar diajak menanam pohon bersama prajurit, sembari diberi pemahaman tentang peran pohon dalam menjaga keseimbangan alam. Senyum mereka mengembang saat tangan kecil mereka memegang bibit pohon, seolah turut menanam harapan bagi masa depan yang lebih hijau.
Sementara itu, di posyandu desa, kegiatan penyuluhan penurunan angka stunting berlangsung dengan penuh perhatian. Para ibu muda mendengarkan dengan seksama informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang gizi seimbang, pentingnya ASI eksklusif, serta pola asuh yang sehat.
Mereka dibekali dengan pengetahuan praktis yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di sela penyuluhan, sesi tanya jawab berlangsung aktif, menandakan antusiasme dan kesadaran yang mulai tumbuh di kalangan warga.
Tak kalah penting, sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi ekonomi masyarakat, TMMD turut menyelenggarakan pasar murah. Tenda-tenda sederhana di lapangan desa menjadi tempat warga mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
Senyum bahagia terpancar dari wajah para ibu rumah tangga yang dapat membawa pulang beras, minyak goreng, telur, dan kebutuhan lainnya tanpa harus menguras isi dompet. Bagi mereka, pasar murah bukan sekadar kegiatan sosial, melainkan bukti nyata kehadiran negara di tengah rakyat kecil.
Semua rangkaian kegiatan non-fisik ini menjadi penyeimbang dari pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh Satgas TMMD. Sebab, pembangunan sejati bukan hanya tentang jalan yang mulus atau rumah yang kokoh, tetapi juga tentang jiwa yang tercerahkan, pengetahuan yang bertambah, dan kehidupan sosial yang semakin harmonis.
Dengan semangat gotong royong dan cinta tanah air, TMMD Reguler Ke-123 Tahun 2025 diharapkan menjadi titik tolak perubahan yang menyeluruh baik dari segi fisik maupun mental-spiritual masyarakat. Di tanah Buket Meutuah, prajurit TNI tidak hanya membangun desa, tetapi juga menyemai harapan.
Sementara, mentari pagi perlahan menyapu hamparan perbukitan Desa Buket Meutuah. Di tengah kesejukan alam yang sederhana, tampak wajah-wajah bahagia penduduk desa yang kini menyambut harapan baru. Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler Ke-123 telah menghadirkan perubahan nyata di desa mereka bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga menghadirkan semangat baru dalam kehidupan masyarakat.
Geuchik Buket Meutuah, Yasir, tak mampu menyembunyikan rasa syukurnya. Dalam nada penuh haru, ia menyampaikan, “Kami sangat bersyukur atas perhatian dan kehadiran TNI di desa ini. Jalan yang dulu hanya berupa setapak sempit, kini telah terbuka lebar.
Jalan ini bukan sekadar penghubung antar-desa, tetapi juga jembatan harapan yang mempererat persaudaraan dan membuka akses menuju kemajuan.
Suara rakyat pun bergema menyuarakan kebahagiaan yang sama. Di antara hamparan sawah yang menghijau, Pak Ucok, seorang petani yang setiap hari menggantungkan hidup dari hasil ladangnya bercerita dengan mata berbinar.
“Dulu, untuk ke sawah kami harus berjalan kaki melewati jalan sempit dan becek. Sekarang kendaraan sudah bisa masuk sampai ke ladang. Terima kasih kepada Bapak-bapak TNI, sekarang kami merasa hidup lebih mudah. Kami benar-benar senang,” sebutnya.
Tak jauh dari sana, sebuah rumah baru berdiri kokoh menggantikan gubuk reot yang dulunya nyaris roboh. Herwita, 29, istri dari Wilen Yopi Latul, tampak menahan haru saat melihat tempat tinggal baru mereka. Air mata bahagia menetes perlahan saat ia berkata, “Saya tidak pernah membayangkan bisa tinggal di rumah seperti ini. Sekarang kami tak lagi kehujanan, dindingnya kokoh, angin pun tak lagi masuk. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak TNI yang telah memberi kehidupan baru bagi keluarga kami.”
Di sudut sisi gampong lainnya, suara lembut Nek Marliah menambah kisah bahagia yang tak terlukiskan. “Alhamdulillah, sekarang untuk mengambil air tidak perlu berjalan jauh ke ladang lagi. Semua menjadi lebih mudah sejak ada pembangunan ini,” tuturnya dengan penuh rasa syukur.
Perjalanan TMMD semakin berwarna saat Komandan Korem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Ali Imran, bersama Aster Kasdam Iskandar Muda, Kolonel Inf Fransisco, S.E., M.I.Kom., datang meninjau langsung lokasi kegiatan.
Kehadiran mereka bukan hanya bentuk pengawasan, tetapi juga suntikan semangat bagi Satgas TMMD agar terus bekerja tulus demi rakyat. Mereka memastikan bahwa setiap sasaran pembangunan benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat.
Dan akhirnya, momen penutupan TMMD menjadi babak penuh makna yang tak terlupakan. Dalam suasana penuh keharuan, Inspektur Daerah Militer Iskandar Muda, Brigjen TNI Yulistyanto, M.A., menegaskan bahwa TMMD adalah wujud kolaborasi nyata lintas sektor yang menghadirkan harapan dan perubahan di pelosok negeri.
“TMMD bukan hanya tentang membangun infrastruktur, tetapi juga membangun jiwa kebersamaan, menyatukan tekad untuk membangun bangsa dari desa-desa terpencil,” ujarnya.
Langkah demi langkah TMMD Reguler Ke-123 telah meninggalkan jejak loreng di tanah Buket Meutuah jejak yang tak sekadar membekas di tanah, tapi juga tertanam dalam hati masyarakat. Jejak asa yang terus tumbuh, menyemai harapan bagi masa depan yang lebih cerah.
TMMD Reguler Ke-123 bukan hanya tentang pembangunan infrastruktur, melainkan tentang membangun kembali semangat kebangsaan dan karakter masyarakat. Keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan telah menjadi bukti nyata sinergi yang harmonis antara TNI dan rakyat. Gotong royong kembali tumbuh subur, kebersamaan mengakar kuat, dan nilai-nilai kearifan lokal kembali menemukan ruangnya di tengah modernisasi.
Di Buket Meutuah, semangat itu hidup. Kehadiran loreng TNI tak hanya terlihat dari suara alat berat atau derap langkah pasukan, tetapi juga dalam pelukan hangat persaudaraan bersama warga. Di sinilah TMMD menunjukkan bahwa pertahanan negara tidak semata tentang senjata, tetapi juga tentang harapan, tentang menyemai semangat juang dalam kehidupan masyarakat di perbatasan. Keberhasilan pembangunan jalan penghubung, renovasi rumah warga tak layak huni, serta edukasi kepada masyarakat menjadi bukti nyata bahwa program ini adalah wujud kehadiran negara hingga ke pelosok.
“Jejak Loreng di Buket Meutuah Menyemai Asa di Tanah Perbatasan” bukan sekadar narasi pembangunan, melainkan kisah nyata bagaimana TNI AD hadir dan menjadi bagian dari denyut kehidupan masyarakat. Di setiap jengkal tanah yang disentuh alat berat, di setiap rumah yang direnovasi, dan di setiap tetes keringat yang mengalir bersama rakyat tersimpan jejak pengabdian dan cinta pada negeri.
Apa yang dibangun bukan hanya fisik berupa jalan dan rumah, tetapi juga membangun harapan, memperkuat semangat kebangsaan, serta menanamkan nilai-nilai solidaritas dan kemandirian. TMMD bukan akhir, melainkan awal dari perubahan yang berkelanjutan.
Semangat TMMD adalah semangat Indonesia. Ia lahir dari gotong royong, tumbuh dari pengabdian, dan berbuah dalam ketahanan masyarakat. Melalui program ini, TNI AD menegaskan bahwa pembangunan tidak boleh hanya berpusat di kota, tetapi harus menyentuh batas negeri, menjangkau pelosok, dan merangkul seluruh elemen bangsa.
Dengan semangat TMMD, pemerataan pembangunan bukan sekadar cita-cita, tapi menjadi kenyataan. Ketahanan pangan nasional pun dapat diraih melalui sentuhan nyata di desa-desa. Karena sejatinya, “TNI AD Selalu di Hati Rakyat”, dan loreng TNI akan selalu menjadi warna yang menumbuhkan harapan di setiap penjuru negeri. WASPADA.id/Dedek Juliadi
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Karya Jurnalistik TMMD ke-123 Tahun 2025
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.