Ramadhan & Idul Fitri; Momentum Penguatan Ekonomi

  • Bagikan
Ramadhan & Idul Fitri; Momentum Penguatan Ekonomi

Oleh Darmawan Sriyanto

Peningkatan konsumsi selama Ramadhan, terutama berbelanja ke UMKM, akan menggerakkan roda perekonomian. Tradisi mudik juga tidak hanya menjalin silaturahmi, tetapi juga mendorong kegiatan ekonomi di daerah yang akan menstimulasi pemerataan ekonomi antar wilayah

Ramadhan menjadi bulan yang penuh berkah, menjadikan bulan yang selalu dinanti oleh umat Islam. Tidak mengherankan jika umat Islam menyambut bulan Ramadhan dengan sukacita. Selama sekitar satu bulan kita dapat menyaksikan betapa istimewanya bulan ini. Ramadhan mampu memberi pengaruh positif bagi setiap Muslim dan bahkan non-muslim dalam berbagai aspek.

Aspek spiritual merupakan salah satu yang ingin diraih oleh setiap Muslim, untuk mempererat hubungan dengan Tuhannya melalui peningkatan ibadah, termasuk puasa, sholat, membaca Al-Quran, tarawih dan refleksi diri. Terlebih pahala yang dilipatgandakan semakin menjadi penguat umat muslim untuk meningkatkan iman selama bulan Ramadhan.

Selain dampak spiritual, bulan Ramadhan juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Salah satu hal konkret dapat dilihat melalui zakat. Zakat fitrah wajib dibayarkan di bulan Ramadhan, sementara zakat maal biasanya dibayarkan juga bulan Ramadhan (walaupun sebenarnya boleh dibayarkan kapanpun setelah harta mencapai nisab).

Zakat secara simultan juga membantu meringankan beban kaum fakir, miskin, dan mustahik lainnya. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sendiri menargetkan penghimpunan Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) mencapai Rp 30 triliun secara nasional di tahun 2024 dan menargetkan lebih tinggi di tahun 2025 ini. Belum lagi pengumpulan zakat yang dikumpulkan oleh Lembaga Lembaga swasta terdaftar, dan juga yang dikumpulkan di masjid, musholla, sekolah sekolah atau individu yang langsung disalurkan kepada yang mustahik.

Hal ini bisa langsung berdampak sosial dan menciptakan kegembiraan yang sangat bagi mustahik yang menerimanya. Jika pengumpulan zis ini bisa dihitung secara keseluruhan, niscaya akan mendapatkan jumlah yang fantastik. Selain zakat, umat muslim juga berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, seperti berbagi sembako, makanan gratis untuk buka puasa, bersedekah, dan lain-lain. Karena itu, Ramadhan juga menjadi waktu untuk memperkuat solidaritas di antara umat Muslim, meningkatkan kepedulian, dan mengurangi kesenjangan sosial.

Hadirnya Ramadhan juga dapat memberikan dampak ekonomi yang mana selama Ramadhan, banyak sekali penyelenggaraan acara festival yang didukung oleh lembaga pemerintah ataupun swasta untuk memfasilitasi para UMKM menjualkan dagangannya, baik dari makanan dan minuman takjil hingga pakaian muslim. Semakin menjamurnya Usaha mikro dan kecil di berbagai daerah salah satunya dikarenakan adanya tradisi pembelian takjil menjelang buka puasa.

Tingginya permintaan makanan dan minuman takjil ini tidak hanya disebabkan oleh umat Muslim yang berpuasa, tetapi masyarakat non-nuslim juga ikut meramaikan kegiatan ini. Hal ini diketahui karena tengah viralnya beberapa konten masyarakat non-Islam yang ikut atau berburu takjil hingga kegiatan berbuka puasa bersama sehingga menambah semaraknya perputran ekonomi warga. Tingginya permintaan akan berdampak pada sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat yang meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan barang dan jasa, yang menjadi bagian dari perayaan tahunan ini.

Seperti diketahui, setiap menjelang lebaran, masyarakat akan mengeluarkan belanja untuk keperluan hari raya, seperti kebutuhan makanan, minuman, pakaian, dan transportasi. Terlebih dengan adanya pemberian THR, dimana ASN menerima tunjangan kinerja dan gaji ke-13 lebih awal, dan libur cuti bersama yang cukup panjang pada tahun ini. Demikian juga pekerja muslim akan menerima THR.

Bagi pekerja swasta penerimaan THR ini memiliki rentang jumlah bervariasi dengan minimal jumlah 1 kali gaji (tergantung kebijakan masing masing). Hal ini menyebabkan adanya peningkatan pengeluaran dan belanja masyarakat saat mudik lebaran, yang tentu saja mendorong geliat UMKM serta pariwisata, terutama di daerah, baik di kampung halaman dan daerah wisata. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut sampai BI harus menyiapkan uang kartal sebanyak 200 triliun pada tahun 2025 ini. Secara menyeluruh, Ramadhan dan idul fitri memberikan dampak yang besar bagi individu maupun perekonomian secara keseluruhan.

Peningkatan konsumsi yang terjadi selama Ramadhan, terutama saat banyak yang berbelanja ke UMKM, akan menggerakkan roda perekonomian untuk terus tumbuh.

Tradisi mudik juga tidak hanya menjalin silaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara, tetapi juga mendorong kegiatan ekonomi di daerah yang diharapkan akan menstimulasi pemerataan ekonomi antar wilayah. Di sisi lain, peningkatan konsumsi selama ramadhan akan memicu peningkatan jumlah produksi barang, terutama bahan pokok, bahkan sampai meningkatkan konsumsi barang dan jasa yang non esensial.

Setelah berpuasa Ramadhan, seseorang diharapkan mengalami perubahan positif dalam sikap dan karakter, yaitu lebih sabar, lebih ikhlas, lebih empati dan yang terpenting lebih disiplin dan jujur serta produktif. Idealnya sikap ini tidak hanya muncul saat berpuasa tetapi juga terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelahnya.

Setelah Ramadhan, dampak ekonomi diharapkan dapat terbangun di berbagai sektor seperti terjadinya peningkatan perdagangan khsusnya kepada para UMKM, peningkatan di sektor pariwisata, perhotelan, transportasi pengembangan industri kreatif serta peluang investasi baru disaat daya beli masyarakat sedang meningkat. Dengan kombinasi perbaikan sikap individu dan pertumbuhan ekonomi, Ramadhan tidak hanya menjadi bulan ibadah, tetapi juga momentum perubahan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Stimulus ekonomi dari Ramadhan memang dapat membantu menopang ekonomi dalam jangka pendek, terutama dengan meningkatnya konsumsi dan perputaran uang. Namun, jika masalah struktural seperti PHK massal dan korupsi tidak segera ditangani, maka efek stimulus ini tidak akan cukup kuat untuk memperbaiki pondasi ekonomi secara jangka panjang.

Namun setidaknya peningkatan ekonomi yang terjadi di bulan ramadhan dan idhul fitri diharapkan tidak hanya terjadi sesaat tetapi diharapkan dapat menjadi stuimulis ekonomi jangka panjang. Diperlukan reformasi kebijakan yang lebih luas agar momentum ini bisa benar-benar menjadi fondasi untuk memperkuat perekonomian bangsa.

Penulis adalah Staf Pengajar STIE Graha Kirana, Kepala Departemen Pendidikan Tinggi Pondok Pesantren Hidayatullah Medan dan Staf Pengajar Administrasi Bisnis Fisip USU.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Ramadhan & Idul Fitri; Momentum Penguatan Ekonomi

Ramadhan & Idul Fitri; Momentum Penguatan Ekonomi

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *