Foto Ilustrasi
BINJAI (Waspada) : Beberapa bulan terakhir pelajar SMA Negeri 4 Binjai diresahkan dengan sikap “predator” anak yang kerap melayangkan chat tak senonoh.
Keresahan pelajar khususnya para siswi bukan tanpa alasan. Ya, “predator” anak tersebut mengincar mereka untuk membuat foto berbusana minim atau menggunakan bikini.
Berdasarkan keterangan korban, “predator” anak yang menghantui mereka saat ini berstatus honorer di sekolah dimaksud. Dia (pelaku) bekerja sebagai staf tenaga pendidik (Tendik) dan sudah beristri.
Menurut keterangan korban, dalam melancarkan aksinya, pelaku melayangkan chat ke sejumlah siswi. Dari obrolan chat tersebut, pelaku kemudian meminta foto siswi menggunakan kostum seksi dan dikirimkan kepadanya (pelaku).
Alasan pelaku, kata siswi ini, foto-foto yang diminta akan diikutsertakan dalam kompetisi Casual Girl Gen Z. Namun, para siswi yang mendapat chat dari pelaku memilih untuk tidak ikut serta.
Siswi yang mendapat chat itu menilai, kompetisi yang dimaksud tidak jelas dan pelaku menyampaikan agar tidak menyebar luaskan percakapan mereka.
“Katanya mau jadi peserta casual, tapi tanya ke orang tua atau kawan-kawan yang lain gak boleh. Kami jadi takut kalau foto itu nantinya dijadikan hal-hal yang negatif,” kata siswi yang menjadi korban chat tak senonoh tersebut.
Siswi ini juga mengakui, korban chat tak senonoh itu dialami lebih dari dua orang. Sehingga mereka merasakan takut dan tidak nyaman untuk sekolah. “Takut lah kami pak. Kalau di sekolah itukan ketemu juga sama dia (pelaku). Jadi gak nyaman aja mau sekolah,” sebutnya.
Dia berharap, agar pelaku dapat ditindak atau dikeluarkan dari sekolah. Sehingga para korban tidak merasa takut. “Kalau dia masih bekerja di situ, kami takut perbuatan itu terus dilakukan. Masing-masing korban chat banyak yang pilih diam karena takut. Bisa saja sudah ada yang memberi foto-foto yang diminta. Karena itu kami minta dia secepatnya diberhentikan,” tegasnya.
Sementara itu, Meri Simbolon, selalu guru BK, tidak menepis adanya peristiwa tersebut. Bahkan, dia mengakui telah menghubungi salah satu siswi penerima chat untuk menghapus semua isi percakapan tersebut.
“Ya ada. Saya waktu telpon siswi itu bukan untuk intimidasi. Saya bilang, kalau gak mau tersebar lebih baik dihapus saja. Bukan saya bilang itu fitnah dan saya suruh hapus. Kalau fitnah ngapain saya suruh hapus,” cetusnya.
Terkait tindaklanjuti pihak sekolah, Meri menjelaskan, bahwa mereka sudah mengundang orangtua siswi untuk datang ke sekolah. “Dari empat yang kami undang, baru dua yang hadir. Jadi kami menunggu dua lagi, biar kami tahu apa mau dari orangtua,” katanya.
“Kalau dari dua orang yang sudah datang, mereka minta agar tidak ada korban yang lain. Mereka minta dibuatkan surat pernyataan. Tapi belum kita buat, karena menunggu dua orangtua siswi yang lain,” tambahnya.
Untuk pelaku, sebut Meri, sudah diberikan teguran secara lisan oleh pihak sekolah. Chat itu, lanjut Meri, dilayangkan ke siswi karena khilaf akibat masalah yang dihadapi. “Katanya dia ada masalah. Jadi chat itu kekhilafannya,” ungkap Meri.
“Sejauh ini belum ada orangtua minta agar pelaku diberhentikan. Kalau memang itu ada, kita akan ikutkan apa mau orangtua siswi,” tegas Meri. (a34)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.