MEDAN (Waspada) : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan soal cuaca ekstrem yang dapat mengakibatkan bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan banjir bandang menyusul musim penghujan yang melanda sejumlah kawasan di Indonesia akhir-akhir ini.
BMKG merilis peringatan ini dalam jumpa pers yang dilakukan secara daring, Minggu (2/2). Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan imbauan kepada masyarakat supaya lebih awas terhadap cuaca demi melakukan langkah antisipatif.
Dwikorita merasal perlu kami menyampaikan kepada pemerintah daerah bersama dengan pihak-pihak terkait serta masyarakat untuk siap-siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Menurut Dwikorita, tindakan yang perlu dilakukan masyarakat adalah lebih memantau ketika sudah melihat bahwa awan mulai gelap, terutama di atas gunung.
Meskipun awan yang berada di sekitar masih terang, namun ada baiknya untuk segera melakukan langkah antisipasi terutama bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai.
“Misalnya kita tinggal di bantaran sungai, di dataran rendah. Kita melihat ke arah gunung itu awannya sudah mulai gelap, tetapi di tempat kita cuaca masih cerah, awan masih putih. Tapi di hulu sungai, di daerah gunung itu sudah gelap, apalagi menggumpal, membumbung tinggi. Segera saja tinggalkan lembah dan bantaran sungai, menjauh dari lembah dan bantaran sungai sampai beberapa kilometer,” sebutnya.
Dwikorita menambahkan jarak yang aman untuk mengungsi adalah satu hingga 2 kilometer.
“Karena hujan lebat yang sedang terjadi di hulu, ditandai dengan awan hitam tadi, itu dapat menjadi banjir bandang, mengalir ke arah hilir tempat kita berada dan kecepatannya sangat tinggi. Sangat tinggi, membawa batu-batu, pasir, lumpur, kayu-kayu,” timpalnya.
Menurut Dwikorita, kejadian tersebut sudah terjadi beberapa kali di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Papua, Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
“Itu sudah terjadi berkali-kali dengan korban jiwa yang sangat menyedihkan. Sehingga poin ini yang perlu ditegaskan, mohon situasi cuaca saat ini ada tendensi mengarah ke sana. Jadi mohon seluruh pihak berupaya untuk keselamatan, menghindar dari potensi,” ujar Dwikorita.
Demi agar masyarakat dapat menjauh dari sungai dan meninggalkan daerah bantaran, BMKG akan memberikan informasi terkait kapan hujan akan turn dan kapan hujan akam berhenti.
“Bahkan hujannya tanggal berapa, itu kami memberikan informasi tadi. Kemudian untuk menghindar dari bencana longsor, kami imbau juga mohon menjauh dari lereng yang rawan longsor. Biasanya sudah ada gejala-gejalanya itu. Nah, kapan menjauhnya? Saat cuaca mulai mendung,” tambah Dwikorita.
BMKG mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di lereng untuk segera mencari tempat yang datar dan jauh dari lereng apabila sudah terjadi gerimis.
“Kemudian, perlu terus memonitor perkembangan informasi cuaca dari BMKG, karena di puncak musim hujan ini kondisi cuaca memang sangat labil dan dinamis. Maka perlu terus memonitor, memantau perkembangan kondisi cuaca, mengetahui perakiraan cuaca enam hari ke depan di aplikasi hp atau laman BMKG. Cek cuaca hari ini sampai enam hari ke depan, bagaimana kondisinya setiap tiga jam untuk wilayah setiap desa, kecamatan, atau kabupaten, kota,” sambung Dwikorita.
Selain itu, BMKG Wilayah Sumatera Utara pun merilis peringatan dini cuaca dalam beberapa kali sehari di laman instagramnya @infobmkgsumut.
“Berpotensi terjadi Hujan Sedang-Lebat yang dapat disertai Kilat/Petir dan Angin Kencang,” bunyi pengumuman peringatan dini cuaca yang dirilis BMKG pada pukul 19:18 WIB, Minggu (2/2).
Ciri Banjir Bandang ;
• Awan gelap, membumbung di gunung.
• Hujan lebat di hulu sungai.
• Aliran sungai mulai keruh.
• Debit air meningkat di hilir.
Adapun tanda-tanda lereng akan longsor antara lain ;
• Kondisi tanah yang retak ataupun amblas.
• Pohon-pohon yang mulai tampak miring dan condong ke arah bawah lereng.
• Pada lereng muncul rembesan air.
• Lereng tiba-tiba menggembung.
• Pintu atau jendela rumah tiba-tiba sulit dibuka, menandakan pergeseran tanah.
“Juga kalau ada rumah di atas lereng tiba-tiba pintunya atau jendelanya sulit dibuka berarti tanah di bawah rumah itu sudah mulai bergerak. Segera, kalau tiba-tiba pintu seret atau rumahnya retak, bahkan ada yang amblas, tinggalkan lereng tersebut,” pungkas Dwikorita. (Adn)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.