PADANGLAWAS (Waspada): Diduga praktik eksploitasi anak berkedok badut beroperasi di daerah Kabupaten Padanglawas (Palas), seperti terlihat di sekitar Kelurahan Pasar Sibuhuan, Rabu (9/10).
Praktek eksploitasi anak berkedok badut ini sudah berlangsung sejak beberapa minggu belakangan, bahkan hampir setiap hari terlihat menghiasi jalanan di sekitar kelurahan Pasar Sibuhuan.
Menurut keterangan salah satu badut ketika ditanyai Waspada mengatakan bahwa mereka ada sembilan orang yang rata-rata masih usia sekolah.
Dan setiap hari berjalan menelusuri jalanan sekitar kelurahan Pasar Sibuhuan sambil menari-nari menarik simpati.
Katanya terkadang ada yang memberi Rp. 2.000 dan ada yang Rp. 5.000, hingga satu hari bisa terkumpul lebih Rp. 50.000, tetapi belakangan sudah sangat jauh berkurang, banyak yang enggan memberikan uang. Sementara sore harus disetor Rp.50.000.
Seperti Putra, katanya ia berusia 10 tahun yang berhenti sekolah saat duduk di bangku kelas V SD. Ia dikeluarkan dari sekolah karena sering berkelahi dengan temannya.
Katanya ia ada yang mengajak, dengan harapan bisa menambah penghasilan. Apalagi ia merupakan anak ke enam dari sepuluh orang sekeluarga.
Sungguh disayangkan ada oknum yang mempekerjakan dan mengeksploitasi anak-anak. Padahal eksploitasi anak sangat bertentangan dengan undang-undang perlindungan anak.
Sekalipun praktek eksploitasi anak berkedok badut ini sudah berlangsung beberapa minggu masih belum ada tindakan pemerintah Padang Lawas.
Sementara Kepala dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KB3A), saat dihubungi terkait adanya praktek eksploitasi anak berkedok badut tersebut baik via telepon seluler maupun pesan WhatsApp tidak ada jawaban. (a30/B)