SINGKIL (Waspada): Berbagai inovasi dan terobosan terus dilakukan Pemkab Aceh Singkil untuk menciptakan beragam peluang lapangan kerja bagi masyarakat.
Kali ini Dinas Perindustrian Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop) Kabupaten Aceh Singkil kembali berinisiasi untuk mengolah limbah kulit lokan (kerang hasil sungai Singkil) yang selama ini banyak berserakan di halaman rumah warga, agar bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi masyarakat.
Pelatihan bagi para ibu-ibu di Aceh Singkil serta diikuti Bumdesma Singkil, dilaksanakan selama 5 hari dimulai dari 3 sampai 7 September kemarin, yang menghadirkan narasumber dari pengrajin pengolah kulit Lokan berpengalaman dari Kota Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.
Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Malim Dewa mengatakan, kegiatan diikuti peserta dari 3 desa. Meliputi Desa Siti Ambia, Teluk Ambon dan Selok Aceh.
Kegiatan ini bertujuan untuk memajukan perekonomian masyarakat, dengan memberikan keterampilan bagi para ibu-ibu rumah tangga dan remaja.
“Dengan dilaksanakannya kegiatan ini kita harapkan kedepan dapat memajukan perekonomian masyarakat, dengan memanfaatkan bahan baku sampah kulit lokan, yang ternyata memiliki beragam manfaat setelah diolah dengan baik dan memiliki nilai rupiah,” ucap Malim.
Sementara narasumber dalam kegiatan tersebut, Rasidah, 63, menyampaikan, jika kulit lokan setelah diolah memiliki banyak manfaat untuk kebutuhan rumah tangga.
Dipaparkannya, untuk pengolahannya, kulit (cangkang) lokan ini akan diolah menjadi tepung dan bisa bertahan lama jika disimpan.
Untuk proses pembuatannya, kulit lokan ini harus dibakar terlebih dahulu selama 2 jam diatas bara api yang terus menyala.
Setelah dibakar dan berubah warna menjadi putih, kulit lokan dipindahkan ke baskom besi dan kemudian disiram air mendidih, dan dibiarkan sampai dingin diperkirakan selama 2 jam.
Setelah dingin, kulit lokan tersebut akan hancur, dan selanjutnya diayak hingga menghasilkan tepung halus. Kemudian untuk kulit yang masih kasar bisa dilanjutkan ditumbuk sampai halus hingga menjadi tepung.
“Dari satu karung kulit lokan, biasanya kami mendapatkan sekitar 8 baskom tepung yang belum diayak,” ucap Rasidah.
Lebih lanjut Rasidah menjelaskan, usaha sebagai pengrajin kulit lokan ini sudah dilakoninya sejak turun-temurun neneknya.
Sejak zaman dulu kulit lokan di sekitaran rumah mereka yang dianggap sampah selalu dikumpulkan dan dimanfaatkan oleh keluarganya.
“Tepung dari cangkang lokan ini banyak manfaatnya, diantaranya bisa untuk bahan kapur sirih, kemudian campuran cat. Kemudian untuk pengolahan makanan membuat keripik singkong, peyek, obat lontong, dan lainnya,” jelas Rasidah.
Rasidah mengaku hasil olahan kulit lokannya itu telah dipasarkan hingga ke berbagai pasar-pasar di Aceh. Seperti Banda Aceh, Aceh Selatan, Subulussalam dan lainnya.
“Selain kerang sungai atau lokan ini, masyarakat di Aceh Selatan biasa juga memanfaatkan cangkang Kimo, Keong dan Umang untuk diolah menjadi kapur,” pungkas Rasidah.
Perwakilan dari BUMDesma Singkil Makmur Sejahtera (SMS) Firman mengungkapkan, pelatihan yang diselenggarakan Disperindagkop ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Sebab bahan baku yang bisa diolah masih banyak tersedia yang selama ini hanya dilihat sebagai sampah. Namun dengan keterampilan ini kedepan dapat dimanfaatkan untuk membantu perekonomian masyarakat Aceh Singkil.
“Daripada dibuang dan berserakan, lebih baik kulit ini dimanfaatkan karena masyarakat dapat memperoleh keuntungan dari lokan ini,” ucapnya.
Setelah ini BUMDes akan langsung membantu mencari terobosan pemasaran ke Medan, sekaligus melakukan survei harga dan kualitas, agar pemasaran tepung lokan ini bisa cepat berkembang dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran, ucapnya.
Sebelumnya kegiatan pelatihan dibuka secara resmi di Oprrom Kantor Bupati Aceh Singkil, dan resmi ditutup Sekretaris Disperindagkop Syafrizal di Kantor Disperindagkop, Sabtu (7/9) kemarin. (B25)