JAKARTA (Waspada): Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) sangat komit terhadap masalah kesehatan. Kampus yang terakreditasi unggul ini bahkan merencanakan menjadi kampus unggulan di bidang kesehatan yang berbasis teknologi, serta menerapkan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Karena itu UKRIDA membuka peluang berkolaborasi dengan dunia industri guna bersama-sama mengembangkan karya bagi kemanusiaan khususnya di bidang kesehatan.
Didasari komitmen mengembangkan pengetahuan bidang kesehatan, UKRIDA menjalin kolaborasi dengan Actxa Pte. Ltd, yang memiliki keselarasan strategis dalam nilai dan tujuan. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Penelitian dan Kolaborasi (RCA) antara UKRIDA dan Actxa, Rabu (24/7/2024) di Kampus I UKRIDA, Jakarta. Penandatanganan dilakukan oleh Rektor UKRIDA Prof. Dr.-Ing., Ir. Herman Parung, M. Eng., dan Chief Executive Officer Actxa Pte. Marcus Soo.
Sedangkan penandatanganan Research Collaboration Agreement dilakukan oleh Wakil Rektor I UKRIDA Bidang Pengembangan Akademik dan Inovasi Dr. Ir. Oki Sunardi, ST, MM, IPM, ASEAN Eng., dan Emeritus Professor Satvinder Singh Dhaliwal, Advisor & Clinical Research Consultant of Actxa.
Turut hadir dalam penandatanganan MoU dan RCA tersebut para Wakil Rektor UKRIDA, Sekretaris Badan Pengurus YPTK Krida Wacana, dan beberapa Dekan Fakultas, serta perwakilan dari Living In Fitness (LIF) yang merupakan mitra Actxa.
Rektor UKRIDA Prof. Herman Parung menyambut gembira kolaborasi penelitian ini. Menurutnya, baik UKRIDA maupun Actxa memiliki komitmen yang kuat terhadap inovasi dan pengembangan solusi kesehatan preventif.
“Kerjasama ini diharapkan dapat mempercepat pengembvangan solusi kesehatan yang canggih, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu serta komunitas,” ujar Prof. Herman Parung.
Dia juga mengungkapkan keyakinannya terhadap kerjasama yang akan menghasilkan kemajuan yang signifikan di bidang kesehatan, dan mempererat hubungan antar institusi.
Chief Executive Officer Actxa Marcus Soo, mengatakan, pihaknya merasa terhormat dapat bekerja sama dengan UKRIDA, dan menandai tonggak penting bagi Actxa.
“Ini adalah kolaborasi pertama kami dengan perguruan tinggi Indonesia yang melakukan penelitian di lingkungan rumah sakit. Kemitraan ini mencerminkan komitmen bersama kami terhadap inovasi dan pemberdayaan individu dengan alat untuk membuat keputusan gaya hidup yang informatif dan positif,” ujar Marcus.
Pernyataan CEO Actxa diperkuat oleh dr. Amanda Dianky, AIFO-K, dari LIF yang merupakan mitra Actxa, bahwa kolaborasi ini akan membuka banyak kesempatan untuk mengimplementasikan teori dan ilmu pada kehidupan nyata. “Sehingga memberikan dampak positif bagi komunitas yang lebih luas. Selain itu, potensi untuk melahirkan suatu inovasi sangat besar dari kolaborasi seperti ini,” imbuhnya.
Actxa melihat UKRIDA sebagai mitra ideal karena komitmennya terhadap inovasi dan pemberdayaan individu untuk membuat gaya hidup yang lebih baik. Keahlian UKRIDA dalam penelitian akan saling melengkapi saat membangun kemitraan dan kolaborasi penelitian global, untuk mengembangkan model kesehatan preventif yang kritis guna pencegahan penyakit kronis.
Ini merupakan kolaborasi penelitian pertama Actxa di Indonesia, khususnya dengan institusi Pendidikan tinggi. Kedua pihak sama-sama memiliki keahlian dalam teknologi seperti AI diyakini dapat memberikan dampak yang berarti pada pencegahan dan penanggulangan penyakit kronis bagi individu di Singapura, Indonesia, dan sekitarnya,” tambah Marcus.
Dalam kolaborasi ini bidang yang akan menjadi fokus utama meliputi proyek penelitian dan pengembangan, uji klinis dan analisis data, inovasi, integrasi, dan implementasi, berbagi sumber daya, kekayaan intelektual dan komersialisasi, pengembangan sumber daya manusia dan Pendidikan dan layanan komunitas.
Kepala Laboratorium Riset Terpadu Ilmu Kedokteran dan Kesehatan UKRIDA dr. Eka Widrian Suradji, Ph. D., mengatakan misi UKRIDA yang adalah menjadi pelopor dalam pengembangan ilmu kesehatan telah mengadopsi kecerdasan buatan sebagai teknologi inovatif terdepan yang menjadi fokus utama upaya Penelitian dan Pengembangan UKRIDA.
“Proyek penelitian bersama ini akan memberikan manfaat besar bagi UKRIDA dan Actxa yang kepentingannya sangat sesuai,” ujar Eka.
Menurut Eka, ketertarikan UKRIDA dalam mengembangkan perawatan kesehatan berbasis teknologi inovatif, telah menemukan bahwa BGEM Actxa memiliki potensi besar dalam evaluasi dan pengendalian metabolisme glukosa, terutama karena Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit metabolik utama yang perlu dicegah dan dikendalikan.
“Proyek bersama dengan Actxa untuk mengembangkan BGEM dan menyesuaikannya dengan populasi Indonesia, akan memungkinkan UKRIDA menjadi pelopor dalam teknologi pencegahan dan pengendalian penyakit kronis di Indonesia,” kata Eka.
Sejak 2017, Actxa telah berada di garis depan kolaborasi dengan institusi penelitian dan medis di Singapura dan secara global, dengan fokus pada pengembangan teknologi dan solusi kesehatan preventif yang mengubah hidup menggunakan AI. Salah satu pencapaian signifikan Actxa adalah BGEM, solusi pemantauan glukosa darah non-invasif pertama di dunia. Didukung oleh algoritma AI berbasis cloud, BGEM terintegrasi dengan perangkat pintar dan hearables menggunakan sensor Photoplethysmography (PPG) untuk menilai risiko gangguan regulasi glukosa.
Rektor UKRIDA, Herman Parung menambahkan, dengan demikian proyek bersama ini juga akan menjadi contoh komitmen UKRIDA dalam mengembangkan ilmu kesehatan berbasis teknologi inovatif, sekaligus upaya membangun mitra strategis dari lingkaran nasional, regional, dan internasional untuk membawa kemajuan dan manfaat lebih besar bagi masyarakat(J02)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.