IDI (Waspada): Setelah pengusiran etnis Rohingya terjadi di sejumlah daerah, hal serupa juga dilakukan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur. Pasca mendaratnya 50 etnis Rohingya dan warga Bangladesh, warga setempat tidak menerima dan mengusir paksa kedatangan mereka di Tanah Rencong.
Sejak mendarat melalui Pantai Kuala Idi Cut, lalu puluhan imigran asing itu dikumpulkan dan diamankan pihak keamanan di Gampong Seuneubok Baroh, Kecamatan Darul Aman, Kabupaten Aceh Timur, Kamis (14/12) sekira pukul 04:00 WIB. Melihat ‘tamu tak diundang’ berada di desa mereka, lalu maayarakat setempat bereaksi dan berbondong-bondong ke lokasi serta menyatakan penolakan.
Bahkan warga memberikan limit waktu hingga pukul 17:00 Wib, namun berkat koordinasi dan komunikasi yang dibangun unsur muspika, akhirnya seluruh etnis Rohingya itu diangkut dengan mobil Reo Satpol-PP ke Gedung Futsal Komplek Idi Sport Center (ISC) Aceh Timur di Idi, sekira pukul 15:30 Wib.
Tidak lama setelah tiba dan beristirahat di Gedung Futsal, puluhan pemuda dan warga dari beberapa desa kembali melakukan aksi penolakan. Mereka sengaja mendatangi lokasi penampungan etnis Rohingya, menyatakan penolakan terhadap imigran dari negara Myanmar itu, Kamis (14/12) malam.
Bahkan dalam aksi penolakan itu para pemuda meminta pemerintah setempat segera menyerahkan puluhan imigran itu ke UNHCR untuk dipindahkan ke tempat penampungan di Aceh Utara. “Kami harap pemerintah segera memindahkan etnis Rohingya dari Idi,” kata Ali, warga Idi Rayeuk.
Warga beralasan, kedatangan etnis Rohingya ke Aceh dalam setahun terakhir dinilai bukan lagi faktor kemanusiaan, tetapi lebih kepada sindikat human traficking atau perdagangan manusia, apalagi di dalam 50 imigran asing ini juga terdapat warga Bangladesh sebanyak lima orang dan selebihnya etnis Rohingya.
“Mereka sengaja diangkut ke Aceh, bahkan ke-50 pria imigran ini harus membayar jasa Rp66 juta per orang sebagai biaya dari negaranya menuju Malaysia. Tapi agen menipu mereka dan membawa dan menurunkannya ke Aceh Timur,” kata Ali.
Kepala Badan Kesbangpol Aceh Timur, H. Iskandar SH, melalui Kabid Intelijen Samsul, dikonfirmasi Waspada, Jumat (15/12) membenarkan adanya penolakan etnis Rohingya di Aceh Timur, baik masyarakat di Darul Aman dan Idi Rayeuk. “Awalnya mereka ditemukan di Darul Aman, tapi warga disana menolak. Lalu kita bawa ke Idi Rayeuk, dan disini mereka juga ditolak dengan berbagai alasan,” katanya.
Terkait penolakan ini, pihaknya sedang berkoordinasi dengan pihak UNHCR sebagai lembaga yang mengurusi pengungsi dunia. “Kita sudah menghubungi mereka (pihak UNHCR–red) dan menyampaikan persoalan penolakan etnis Rohingya dari masyarakat. Mudah-mudahan segera ada solusi,” demikian Samsul. (b11)