Kekerasan Simbolik

  • Bagikan
Kekerasan Simbolik

Oleh Feri Irawan, S.Si., M. Pd

Dari banyak definisi mengenai kontes kecantikan, hampir semua mendefinisikan sebagai ajang yang mengutamakan keindahan fisik meskipun terdapat penilaian lain. Cantik dalam ajang ini hanya fisik yang digiring dalam tafsir dari tinggi badan proporsional, lingkar pinggang, panjang kaki…

Kompetisi antarnegara bisa beraneka ragam. Bisa dari berbagai macam bidang lomba. Contohnya keikutsertaan para atlet Indonesia di Olimpiade. Tentu menjadi sebuah kebanggaan apabila kita memiliki kesempatan untuk menjadi seorang duta bangsa. Menjadi perwakilan atau representasi dari Negara Indonesia dalam sebuah pertandingan atau kompetisi antarbangsa. Apalagi di sebuah kompetisi kita meraih prestasi, pastilah nama Indonesia otomatis terangkat naik. Sungguh kebahagian paripurna.

Lalu bagaimanakah dengan partisipasi Indonesia di ajang Miss Universe? Tentu saja sama! Namun ajang Miss Universe Indonesia dan ajang kontes kecantikan lainnya, seperti Puteri Indonesia, Miss Indonesia, Miss Mega Bintang Indonesia, Putri Nusantara, serta Putri Pariwisata Indonesia dan Putri Bumi Indonesia pastilah menimbulkan pro dan kontra. Mengapa demikian? Bagi yang kontra, alasannya cantik tidaklah harus mengikuti standar atau patokan yang dibawa oleh kapitalisme kontemporer seperti yang ditemukan dalam Disney Princess atau Barbie.

Timbul pertanyaan, apa tujuan sebenarnya diadakannya kontes-kontes kecantikan ini? Padahal ini tidak lebih dari sebuah eksploitasi terhadap perempuan yang dibungkus dengan kata perlombaan. Apakah peserta kontes kecantikan tidak tahu atau tidak pernah mau tahu bahwa dalam kontes pemilihan tersebut? Sebenarnya mereka hanyalah sebuah objek yang dikelola sedemikian rupa menjadi tayangan yang menghasilkan jutaan dolar bagi kaum kapitalis. Tentunya Anda memiliki cara pandang yang beragam terhadap pertanyaan diatas

Ya, penulis juga sepakat bahwa cantik itu tidak mesti putih, langsing, berambut panjang dan bertubuh tinggi semampai. Menurut psikolog sosial Jane Maryam, penulis buku Married (diterbitkan di UWRF15), juga seorang instruktur yoga dan meditasi yang fokus pada pengembangan diri melalui spiritualitas, menyatakan bahwa cantik itu bukan kompetisi, bukan pula hierarki. Sudah tentu ajang ‘ratu-ratuan’ seperti Miss Universe Indonesia dan segenap ajang lainnya menjadi tidak sesuai karena telah mempertontonkan sebuah kompetisi, hierarki dan kekerasan simbolik akan siapa yang lebih unggul, provinsi mana yang perempuannya lebih cantik, atau siapakah yang jauh lebih seksi dibandingkan kontestan lainnya.

Di sisi lain, kontestan juga harus mempublikasikan tubuh “wilayah privasi” kepada publik. Kasus teranyar, adanya dugaan pelecehan seksual di Miss Universe Indonesia Tahun 2023 melalui pemeriksaan tubuh dalam kondisi bugil atau body checking. Melansir dari Medical News Today, body checking atau pemeriksaan tubuh adalah tindakan yang digunakan oleh seseorang untuk memperoleh informasi tentang bentuk tubuh, ukuran, atau berat badan. Mungkin bagi sebagian kontestan kegiatan body checking bisa meningkatkan kepercayaan diri, tetapi efek negatifnya bisa depresi dan rendahnya harga diri. Lalu, bagaimana jika pesertanya ada dari kalangan pelajar? Seharusnya mereka sibuk bermain dengan teman-temannya, sekolah, menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan dan liburan bersama keluarganya, malah sudah sibuk mencari ketenaran, kepopuleran, dan kekayaan dengan mengeksploitasi dirinya.

Kajian Dari Sisi Agama

Pada hakekatnya Islam sangat menghargai keindahan dan kecantikan. Ketika seseorang ingin mengetahui dan memahami identitas seorang perempuan termasuk dari sisi kecantikan yang dimilikinya. Islam memberikan tuntutan bahkan membolehkan sepanjang tujuan yang diharapkan dalam kerangka memilih teman hidup sebagai calon isteri. Islam memang tidak membolehkan memperlihatkan tubuh dan harus menutupnya secara sempurna, kecuali wajah dan telapak tangan.

Bila ditinjau dari pakaian yang dipakai dalam kontes kecantikan sudah barang tentu Islam melarang atau tidak membenarkan hal tersebut. MUI sendiri menyatakan kontes kecantikan tidak sesuai dengan Alquran dan Hadis. Selain itu, juga dinilai tidak sesuai dengan budaya bangsa, menonjolkan kemewahan, dan sebagainya. Acara kontes kecantikan ini dikhawatirkan akan menjadi contoh yang negatif dan akan ditiru oleh para remaja dan wanita untuk menggunakan pakaian yang terbuka.

Hal ini sangat kontradiktif dengan usaha pemuliaan perempuan. Semakin banyak perempuan menggunakan kecantikan fisik sebagai kekuatan, dia semakin terjebak kedalam kesadaran palsu yang telah dikonstruksikan oleh industri kecantikan.

Dari banyak definisi mengenai kontes kecantikan, hampir semua mendefinisikan sebagai ajang yang mengutamakan keindahan fisik meskipun terdapat penilaian dari segi bakat, wawasan, dan perilaku. Selain itu, cantik dalam ajang ini hanya dipandang dari sudut fisik semata yang digiring dalam tafsir dari tinggi badan yang proporsional, lingkar pinggang, panjang kaki, bahkan sampai ukuran dada. Pergelaran kontes kecantikan tersebut jelas-jelas menunjukkan perempuan dihargai tubuhnya bukan kepandaiannya.

Maka jangan heran yang dilombakan adalah tubuh-tubuh semampai, wajah yang cantik dengan berbagai pakaian yang terbuka. Padahal jelas kontes semacam itu sebenarnya satu bentuk eksploitasi terhadap wanita, dan tidak mendidik bangsa untuk menghargai wanita dengan tepat. Unsur-unsur fisik yang bukan merupakan hal yang diperjuangkan oleh seorang wanita, dihargai melebihi prestasi keilmuan.

Bagai Langit Dan Bumi

Ajang Kontes kecantikan bagi penulis tidak lebih dari sebuah gerakan syahwat. Namun mendapatkan tempat yang tinggi oleh banyak kalangan dan bahkan pemerintah. Padahal, masih banyak guru-guru wanita di berbagai pelosok negara di berbagai daerah miskin yang gigih mengabdikan diri, mendidik masyarakat, mendapatkan penghargaan yang sangat minim dan tidak manusiawi. Bahkan masih ada guru yang mendapatkan gaji Rp100.000 per bulan. Seharusnya merekalah pahlawan bangsa yang sesungguhnya. Mereka mendidik anak-anak dengan ilmu, bukan dengan membanggakan kondisi fisik, yang merupakan anugerah sang pencipta.

Tapi lihat bagaimana misrisnya kondisi pendidikan negeri kita, kita semua tahu urutan Kualitas Pendidikan Indonesia di mata dunia selalu menduduki urutan bawah. Kenapa? Karena negara kita menempatkan para guru pada posisi yang tidak manusiawi, sedang ajang syahwat mendapatkan dukungan luar biasa. Bahkan Indonesia menduduki urutan negeri pornografi kedua terbesar setelah Rusia. Menurut data dari search engine sekitar dua minggu lalu, Indonesia menjadi negara pengakses situs pornografi tertinggi di dunia

Lalu bagi kami guru yang mendidik anak bangsa ini, apakah kehidupan yang serba glamour, hedon dan liberal baik dalam berperilaku, cara berpakaian, cara berpikir, secara otomatis menciptakan role model baru mengenai sosok perempuan modern yang seakan-akan harus ditiru?

Karena itu, mari sama-sama kita jaga nama Aceh Serambi Mekkah sebagai provinsi syariat dengan menghargai wanita sebagai manusia bukan sebagai benda. Islam telah menempatkan perempuan pada posisi mulia, sebagai kehormatan sebuah keluarga bahkan juga sebuah bangsa. Karenanya perempuan dihormati, bukan dieksploitasi. Justru islam menempatkan kaum perempuan dalam posisi strategis dan terhormat sebagai ibu generasi dan manajer keluarga.

Karenanya perempuan yang mulia bukanlah dari fisiknya, tapi yang alim dan berilmu, juga yang berdedikasi menyumbangkan waktu, ilmu dan hartanya untuk kebaikan. Yang jelas bahwa bagaimanapun gelaran dan misi yang ditawarkan dalam kontes tersebut, sarat dengan berbagai dampak sosial “mudharat” ketimbang “manfaat” di tengah kehidupan sosial, masyarakat, bangsa dan Negara

Penulis adalah Kepala SMKN 1 Jeunieb dan Ketua IGI Daerah Bireuen.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Kekerasan Simbolik

Kekerasan Simbolik

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *